Pada 7 Januari 2015, sekitar pukul 11:00 CET (10:00 UTC), tiga pria menggunakan masker melakukan penyerangan di kantor pusat majalah satir PrancisCharlie Hebdo di Paris. Laporan awal menyebutkan bahwa 12 orang tewas dan 10 orang terluka dalam serangan ini.[3][4] Pria bersenjata memasuki gedung dan mulai menembak dengan senjata otomatis, dilaporkan sekitar 50 tembakan telah dilakukan.[5] Insiden ini merupakan serangan yang mematikan di Paris sejak tahun 1989.[5][6][7]
Charlie Hebdo (pengucapan bahasa Prancis: [ʃaʁliɛbdo]; bahasa Prancis untuk Mingguan Charlie) adalah media satir asal Prancis yang menampilkan kartun, laporan, polemik dan lawakan. Menggunakan gaya bahasa yang cenderung formal dan mendengungkan non-konformis, media ini dinilai anti religius[8] dan politik sayap kiri.
Muncul pertama kali dari tahun 1969 hingga 1981; setelah itu menghilang, tetapi direstrukturisasi kembali pada tahun 1992. Stéphane "Charb" Charbonnier sudah menjadi editor sejak 2012 hingga kematiannya dalam peristiwa ini.
Kejadian
Pada 7 Januari 2015, tiga pria bersenjata melakukan penyerangan di kantor Charlie Hebdo, menewaskan kurang lebih 12 orang dan 5 orang mengalami luka serius.[3] Dua di antara yang tewas merupakan petugas kepolisian.[9] Pria bersenjata tersebut dilaporkan meneriakkan "kami telah membalaskan dendam Nabi Muhammad" di saat melakukan serangan.[10] Beberapa saksi mata melaporkan bahwa pria bersenjata tersebut diidentifikasi merupakan anggota Al-Qaeda di Yaman.[11]
Korban
Dua belas orang tewas dalam serangan ini: sepuluh orang di dalam kantor Charlie Hebdo dan dua petugas kepolisian di luar.[3]
Saïd Kouachi (Lahir 7 September 1980) dan Chérif Kouachi (lahir 29 November 1982) yang sudah terindentifikasi oleh kepolisian Prancis sebagai tersangka utama yang menggunakan topeng dan melakukan penembakan. Kedua pria ini berasal dari Gennevilliers berlatang belakang etnis Aljazair kelahiran Prancis berumur 34 dan 32.