Pandemi koronavirus di Yunani ditemukan pertama kali pada 26 Februari 2020 pada seorang wanita berusia 38 tahun yang berasal dari daerah Thessaloniki. Seorang wanita tersebut diduga terinfeksi koronavirus setelah mengunjungi daerah Italia Utara. Kasus-kasus positif selanjutnya yang terjadi di Yunani terjadi karena banyak orang yang pulang dari bepergian ke daerah Italia dan para peziarah yang pulang dari Israel. Tidak lama setelah itu, kasus kematian pertama yang disebabkan oleh koronavirus ditemukan di Yunani. Jika dihitung dari awal pandemi koronavirus terjadi untuk pertama kali di Yunani hingga 2 Juni 2020, total kematian yang telah terhitung sejumlah 179 kasus.[1]
Kronologi
Kasus positif koronavirus pertama kali dikonfirmasi pada 26 Februari 2020 yang dialami seorang wanita setelah kunjungannya ke daerah Milan, Italia Utara. Wanita tersebut dinyatakan positif setelah melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Universitas AHEPA. Sehari setelah kasus pertama diumumkan, pada 27 Februari 2020 pemerintah mengonfirmasi adanya kasus baru yang dialami oleh seorang anak berusia 9 tahun beserta ibunya, wanita 40 tahun yang baru saja melakukan perjalanan dari Italia. Wanita tersebut dinyatakan positif setelah melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Universitas Attikon, Yunani. Setelah ditemukan sejumlah kasus baru di Yunani, pemerintah Yunani lalu mengambil tindakan untuk menutup Sekolah Dasar tempat anak 9 tahun yang dinyatakan positif tersebut bersekolah. Pemerintah menutup sekolah tersebut selama 14 hari dan semua warga sekolah dianjurkan untuk melakukan swakarantina dan isolasi diri di rumah.[2][3]
Pada bulan Maret 2020, total kasus positif koronavirus di Yunani sudah mencapai 1314. Kasus kematian akibat pandemi koronavirus di Yunani pada bulan Maret 2020 mencapai 49 kasus kematian. Pada bulan Maret 2020, juga terdapat kasus ibu hamil yang terinfeksi koronavirus dan melahirkan bayi sehat di salah satu rumah sakit di daerah Athena.[4] Pada bulan April 2020, kasus koronavirus di Yunani terus bertambah dan angka kasus positif terbesar yang dialami Yunani terjadi pada bulan April, yaitu berjumlah 156 kasus sehari pada tanggal 21 April 2020. Pada bulan Mei 2020, kasus positif koronavirus mulai mengalami penurunan dan angka pasien yang sembuh mulai banyak. Namun, kasus kematian pada bulan Mei juga bertambah. Pada bulan Mei, seorang profesor kardiologi Yunani, Dimitris Kremastinos wafat dalam perjuangannya melawan pandemi koronavirus. Hingga awal Juni 2020, total kasus positif koronavirus di Yunani mencapai 2937 dan total orang yang berhasil sembuh 1442 orang.[5]
Kebijakan pemerintah
Mulai 9 Maret 2020, semua perjalanan ke luar negeri sudah dilarang, baik perjalanan dinas maupun sekolah. Pemerintah mengambil kebijakan untuk menghentikan seluruh kegiatan olahraga yang harus melibatkan banyak orang dan semua kegiatan kejuaraan sekolah juga turut dibatalkan demi menjaga keamanan dan kesehatan seluruh penduduk yang terlibat. Pemerintah Yunani juga melakukan penghentian terhadap seluruh penerbangan dari Italia Utara, negara yang paling terdampak koronavirus. Pembatasan penerbangan hanya dilakukan untuk penerbangan sipil dan tidak berlaku bagi kargo.[6][7]
Pada 10 Maret 2020, pemerintah memutuskan untuk menutup semua lembaga pendidikan selama 14 hari untuk menekan penyebaran virus. Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis menyampaikan kepada seluruh penduduk Yunani untuk mengikuti dan menaati aturan yang disampaikan oleh para dokter dan ahli kesehatan. Selain itu Gereja di Yunani turut bekerja sama dalam menegakkan peraturan kesehatan masyarakat.[8]
Mulai 12 Maret 2020 sampai waktu yang belum dapat ditentukan, pemerintah melakukan penutupan ruang-ruang publik yang sering menjadi tempat berkumpul bagi orang banyak, seperti bioskop, gedung teater, gimnasium, taman bermain anak-anak, klub atau tempat-tempat hiburan malam lain, kamp pengungsi, supermarket, pusat perbelanjaan, kafe, restoran, museum, dan tempat-tempat wisata. Kafe dan restoran hanya dibuka untuk pembelian makanan yang dibawa pulang. Gereja-gereja di Yunani juga menangguhkan seluruh kegiatan gereja yang melibatkan orang banyak, pernikahan, dan pembaptisan. Gereja mengeluarkan pengumuman bahwa gereja hanya terbuka untuk umat yang ingin melakukan doa-doa pribadi.[9]
Pada 18 Maret 2020, Wakil Menteri Perlindungan Sipil dan Manajemen Krisis, Nikos Hardalias mengumumkan kepada seluruh warga negara Yunani bahwa ada larangan untuk mengadakan dan menghadiri pertemuan publik yang melibatkan 10 orang atau lebih. Jika ada warga negara Yunani yang melanggar peraturan tersebut, maka ada denda yang dikenakan sejumlah 1.000 euro untuk para pelanggar. Sanksi tersebut diberikan kepada warga negara karena pada saat itu Yunani telah menerapkan kebijakan karantina wilayah atau lockdown. Walaupun demikian, pemerintah masih memperbolehkan para warganya untuk berlolahraga sendiri atau sekadar berjalan-jalan dengan hewan peliharaannya. Untuk mengontrol para warganya, pihak kepolisian selalu siap siaga berjaga dan berpatroli dengan pengeras suara. Pihak kepolisian juga membubarkan para warga yang masih nekat berkumpul dan mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh banyak orang.[10]