Pandangan Syi'ah mengenai Al-Qur'an memiliki pandangan yang banyak berbeda dengan pandangan Sunni, tetapi teks (naskah) Al-Qur'an tidak berbeda (persis). Terdapat perbedaan pendapat tentang Al-Qur'an bahwa Syi'ah memperselisihkan keabsahan Al-Qur'an menurut penyusunan Utsmaniyah,[1] Sejak abad ke-10, hanya satu dati total tujuh sarjana Syī‘ah yang mempercayai bahwa terdapat penghilangan naskah dalam penyusunan Utsmani.[2]
Syī‘ah menggunakan memfungsikan Al-Qur'an sama dengan Sunni, tetapi mereka tidak percaya bahwa Al-Qur'an pertama kali disusun oleh Utsman bin Affan.[3] Syi'ah percaya bahwa Qur'an telah dikumpulkan dan dilengkapi oleh Nabi Muhammad selama masa hidupnya.[4][5][6]
Terdapat beberapa kesalahpahaman dan tuduhan yang sering diperdebatkan tentang Syiah terkait keyakinan mereka, seperti Muhibb-ud-Deen Al-Khatib,[12] mengklaim bahwa Syiah membantah versi saat ini, termasuk bahwa mereka menambahkan dua sūrah tambahan, Surah al-Wilayah dan al-Nurain.[13]
The Sunni reproach that the Shiites believe in another, i.e. falsified, Koran was already encountered in the heresiographic literature of the twentieth century and was emphatically denied by the Shia, whereas the Shiite defenders of a tahrif theory such as al-Tabrisi or his student Agha Bozorg al-Tehrani always remained in the minority.
Another consequence of this false allegation against the Shia is that some radical Salafis, such as Muhibb al-Din al-Khatib, contend that Shias have two Qur’ans: there is the standard Qur’an, which they pretend to venerate so as to be accepted by other Muslims, and there is the peculiar Shia version of the Qur’an, which contains the false chapter regarding the virtues of Ali and which they hide from other Muslims (al-Khatib, 1999).