Mus Mualim, (12 Februari 1935 – 1 Januari 1991), yang nama aslinya adalah Muslim, adalah seorang pemusik asal Indonesia. Dia adalah suami dari Titiek Puspa.
Biografi
Mus muda adalah guru mengaji di kampungnya, Cirebon. Ayahnya adalah pedagang barang bekas. Pada suatu hari di tumpukan barang bekas dagangan ayahnya itu Mus menemukan sebuah gitar tua. Dengan gitar itulah ia mulai mempelajari musik. Setelah pandai memetik gitar, kemudian ia beralih belajar bermain bass dan bergabung dengan sebuah grup orkes keroncong yang sering tampil di RRI Cirebon. Ia sempat belajar piano secara gratis dengan seorang guru berkebangsaan Belanda, tetapi tak berlangsung lama karena saat itu ia tidak memiliki piano, di samping guru itu terlalu cepat pulang ke negara asalnya, Belanda.[1]
Menjelang penyelenggaraan Festival Bintang Radio di Cirebon, pemain piano sebagai pengiring lomba tersebut menghilang dan pimpinan orkes langsung memilihnya sebagai pemain piano untuk menggantikanya. Setelah dilatih secara spartan selama dua bulan, akhirnya Mus Mualim tampil juga sebagai pianis. Sejak saat itu memperdalam ketrampilannya memainkan piano.[1]
Pada awal tahun 1950-an, diajak Sadikin Zuchra pindah ke Jakarta. Mendengar kabar pianis jazz bernama Nick Mamahit akan tampil di sebuah konser yang diselenggarakan di RRI Jakarta, dengan antusias besar ia datang ke tempat pertunjukkan tersebut. Maksudnya, agar dapat melihat gerakan jemari "jagoan" gaya progresif lulusan sekolah musik Belanda itu. Pengagum Duke Ellington ini mulai serius memperdalam jazz sejak tahun 1961 dan mulai tampil sebagai aranger Orkes Simfoni Radio Jakarta. Bersama Bubi Chen, ia membuat rekaman jazz, dan bersama Benny Mustapha membentuk band populer dengan nama Mus Mustapha, sempat juga membuat album rekaman mengiringi Sitompul Bersaudara di bawah label Irama.[1]
Pada periode 1960-an, Mus Mualim kemudian bergerak dalam bidang rekaman. Mulanya sebagai musical supervisor Studio Piringan Hitam Irama pada tahun 1963. Pernah menyelenggarakan acara-acara jazz beberapa kali di ITB pada tahun yang sama. Berturut-turut membuat piringan hitam sendiri, Long Play (LP) yang menghasilkan 100 rekaman selama periode 1962-1969. Pada tahun 1965, membentuk Badan Kerjasama Artis dengan Kostrad bernama BKS-Kostrad dan ia memangku jabatan Wakil Ketua.[2]
Pada masa Orde Lama, musik jazz menjadi salah satu kesenian yang dibantai oleh PKI/Lekra. Tetapi ia justru membuat konser jazz pertama pada tahun 1965, di kampus Universitas Indonesia. Dalam Expo 1970 di Osaka, Jepang, Mus dipercaya memimpin grup Indonesia VI yang terdiri dari Maryono (saksofon), Sadikin Zuchra (gitar), Tjok Sinsoe (bass), Benny Mustapha (drum), Munir Mus, Idris Sardi (biola), dan Mus Mualim sendiri sebagai (piano sekaligus sebagai aranger). Ketika TVRI baru lahir, awal tahun 1960-an, suami Titiek Puspa ini memegang jabatan sebagai koordinator artis musik. Juga bertugas menyiapkan aransemen musik bagi musisi yang akan tampil. Bersama Jack Lesmana, Mus menggelar acara yang diberi judul Pojok Jazz. Selain memainkan musik jazz, ia pernah menjadi sutradara film Bawang Putih serta menjadi ilustrator musik film yang berjudul Pelabuhan, The Big Village, Hidup, Bintang Kecil (1963), Di Balik Cahaya Gemerlapan, Minah Gadis Dusun, Menyusuri Jejak Berdarah (1965), Cinta dan Air Mata (1970), Ambisi (1973), Inem Pelayan Seksi (1976) dan lain-lain.[1][2]
Pada tahun 1970, pernah mengadakan konser musik pop The Gipsy. Bersama istrinya Titiek Puspa, pernah memproduksi Operet untuk TVRI tahun 1978-1979.
Referensi
Pranala luar