Krisis pengungsi Danau-Danau Besar adalah istilah yang mengacu kepada peristiwa keluaran sekitar dua juta orang Rwanda ke negara-negara tetangganya di kawasan Danau-Danau Besar Afrika pada April 1994. Sebagian besar dari pengungsi ini adalah orang-orang Hutu yang melarikan diri dari Front Patriotik Rwanda (RPF) yang didominasi orang Tutsi, karena mereka takut RPF akan membalas dendam setelah orang-orang Hutu membantai orang-orang Tutsi di Rwanda selama peristiwa Genosida Rwanda.[1] Upaya untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan sangat terganggu oleh menyusupnya kelompok Interahamwe dan pejabat-pejabat pemerintahan yang telah melakukan genosida. Mereka bahkan menggunakan kamp-kamp pengungsi sebagai markas untuk menyerang pemerintahan baru Rwanda yang dipimpin oleh Paul Kagame. Kamp-kamp pengungsi di Zaire pun dipolitisasi dan dimiliterisasi. Setelah mengetahui bahwa bantuan kemanusiaan mereka dipakai untuk kepentingan para pelaku genosida, banyak organisasi-organisasi kemanusiaan yang menghentikan penyaluran bantuan.[2] Konflik ini terus memanas hingga akhirnya Perang Kongo Pertama meletus pada tahun 1996. Perang tersebut dimulai setelah para pemberontak yang didukung oleh RPF menyerbu Zaire dan mencoba memulangkan para pengungsi.[3]
Des Forges, Alison (1999). Leave None to Tell the Story: Genocide in Rwanda. New York: Human Rights Watch.
Pottier, Johan (2002). Re-Imagining Rwanda: Conflict, Survival and Disinformation in the Late Twentieth Century. Cambridge: Cambridge University Press.
Umutesi, Marie Béatrice. Surviving the Slaughter: The Ordeal of a Rwandan Refugee in Zaire. Translated by Julia Emerson. University of Wisconsin Press, 2004. ISBN0-299-20494-4.
Waters, Tony (2001). Bureaucratizing the Good Samaritan. Boulder: Westview.
Artikel bertopik sejarah ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.