(Krueng Geukueh - Krueng Mane)
(Krueng Mane - Kutablang)
(Krueng Geukueh - Muara Satu)
(Besitang - Sungai Liput)
Jalur kereta api lintas Aceh adalah segmen Jalur kereta api nonaktif yang dahulu pernah dioperasikan oleh Atjeh Tram dan terus beroperasi hingga PJKA pada tahun 1974–1976. Hingga kini jalur ini masih dalam tahap reaktivasi oleh DJKA sebagai bagian dari pengembangan jalur kereta api Trans-Sumatra. Perlu diingat bahwasanya dalam proses reaktivasi ini DJKA tidak sepenuhnya menggunakan trase milik AT/ASS.
Jalur ini aslinya merupakan sepur sempit 750 mm (2 ft 5+1⁄2 in) dan didukung oleh rel ringan berbantalan besi. Jalur ini ditutup dalam dua tahap: yang pertama adalah pembongkaran segmen Ulee Lheue–Banda Aceh pada tanggal 1 November 1976; kemudian diikuti oleh lintas lainnya pada 1980-an. Inspeksi PJKA Aceh mengungkapkan bahwa proyek ini terkait dengan rencana pelebaran jalan raya yang bersebelahan dengan jalur kereta api, atas permintaan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Aceh. Kegiatan perbengkelan kereta api di Sigli akhirnya dipindahkan ke depo Medan dan Balai Yasa Pulu Brayan, Medan.[2]
Tidak terhubung dengan lintas aktif manapun
Bagian ini hanya membahas mengenai daftar stasiun kereta api di trase tersebut. Untuk informasi yang lebih mendetail mengenai jalur kereta api ini, silakan lihat Atjeh Tram.
Khusus untuk "reaktivasi" jalur ini merupakan produk dari masterplan yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian menurut studi yang dibuat oleh SNCF,[3] namun hasilnya hanyalah segmen pendek Krueng Mane–Krueng Geukueh yang dilayani oleh kereta api perintis Cut Meutia. Dikatakan "reaktivasi" dalam artian yang tidak sebenarnya karena jalur ini tidak mutlak menggunakan rute ASS. Bahkan jalur tahap pertama segmen ini—yang menggunakan sepur 1.435 mm—hanya sebagian menggunakan rute lama dan dicampur dengan rute baru dari DJKA.
Jalur ini dibuka pada tanggal 2 April 1917 untuk jalur ke Pangkalan Susu.[4] Pada tahun 1916, DSM mengajukan konsesi untuk membangun jalur dari Besitang menuju Pangkalan Brandan, yang dibuka pada tahun 1919.[5] Hubungan ini bertujuan untuk menghubungkan Banda Aceh dengan Medan, hanya saja jalur-jalur milik ASS semuanya menggunakan sepur 750 mm, sedangkan DSM adalah 1.067 mm. Karena berbeda, maka agar pengiriman ke Pelabuhan Pangkalan Susu lancar baik dari Aceh maupun Medan, maka dibangun jalur dengan lebar sepur ganda (double gauge) dari Besitang dengan Pangkalan Susu. Jalur double gauge ini selesai pada tanggal 29 Desember 1919.[6]
Keterangan:
Referensi:
TBA
<ref>
verslag