Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Institut Teknologi Yogyakarta (ITY) adalah sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Yogyakarta. Keberadaan Institut Teknologi Yogyakarta tidak bisa terpisahkan dengan pendirian Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL) YLH yang telah berdiri dan beroperasional sejak tahun 1983.
Lahirnya Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan “Yayasan Lingkungan Hidup” (STTL “YLH”) Yogyakarta berdasarkan falsafah Jawa “Mamayu Hayuning Bawono” (mamayu = payu, payung; hayuning = ayu, cantik; bawono = biosfer, bumi). Falsafah tersebut dapat diartikan bahwa bumi tempat kita hidup dan bernaung harus selalu “dipayungi”, dilindungi, dipelihara, dikelola dengan baik dan sungguh-sungguh agar tetap lestari dan “ayu”, terhindar dari kerusakan-kerusakan.
Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi oleh semangat “Hing Ngarso Sung Tulodho Hing Madya Mangun Karso”, KRT. Ir. Tjokrokusumo (almarhum) yang juga sebagai seorang Pejuang Kemerdekaan RI, mempelopori berdirinya STTL “YLH”. STTL bernaung di bawah “Yayasan Lingkungan Hidup” (YLH) yang saat ini diketuai oleh Sri Paduka Paku Alam IX, yang juga sebagai Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam perjalanannya yang cukup panjang dan banyak hambatan, STTL “YLH” memperoleh status “Terdaftar” pada tahun 1988 dengan terbitnya SK Mendikbud Nomor: 045/0/1988 tanggal 28 Januari 1988. Selanjutnya pada tahun 1993 dengan terbitnya SK Dirjen DIKTI nomor: 232/DIKTI/Kep/1993 tanggal 1 Mei 1993, status STTL “YLH” berubah menjadi “Diakui” .
Lima tahun kemudian, dengan segala upaya peningkatan oleh semua unsur baik penyelenggara maupun pengelola, berdasarkan Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional (SK BAN) Nomor: 002/BAN-PT/Ak-II/XII/1998 tanggal 22 Desember 1998, STTL “YLH” memperoleh status “Terakreditasi” dengan peringkat “C”. Sejak saat itu STTL “YLH” berhak mengelola program pendidikannya / program studi secara mandiri selama sedikitnya tiga tahun, yang selanjutnya diberi kesempatan untuk memperbaiki peringkat akreditasinya.
Dengan telah memperoleh status “Terakreditasi” ini bukan berarti STTL “YLH” berpuas diri, tetapi justru sebaliknya. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan untuk dapat meningkatkan peringkatnya. Dengan kerja keras dan berbagai upaya peningkatan baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya, akhirnya membuahkan hasil dengan terbitnya SK BAN nomor: 002/BAN-PT/Ak-V/S1/III/2002 tanggal 8 Maret 2002, STTL “YLH” berstatus “Terakreditasi” dengan peringkat “B” . Saat ini STTL ”YLH” sedang menyusun ”Borang Akreditasi” yang segera akan disampaikan ke Badan Akreditasi Nasional (BAN) untuk evaluasi menuju ke peringkat akreditasi “A” yang merupakan suatu peringkat akreditasi tertinggi.
STTL “YLH” yang merupakan perguruan tinggi pertama di bidang teknik lingkungan, pada tahun 1999 kehilangan pendirinya yang juga sebagai Ketua STTL yang pertama, yaitu bapak Ir. KRT. Tjokrokusumo yang wafat pada tanggal 11 September 1999 . Selanjutnya pada akhir tahun 1999 Yayasan Lingkungan Hidup melantik bapak Ir. Soetomo Poerodiprodjo sebagai Ketua STTL “YLH” yang kedua sampai dengan tahun 2002.
Pada awal tahun 2003, dilakukan pemilihan Ketua dan menetapkan bapak Prof. Dr. Ir. H. Djoko Marsono sebagai Ketua STTL “YLH”. Pada tahun 2003 tersebut selain dilantiknya Ketua baru, juga dilakukan suatu terobosan baru, yaitu diperluasnya keanggotaan Senat STTL “YLH”. Selain dosen-dosen yang memang memenuhi kriteria sebagai anggota Senat, keanggotaan Senat ditambah dengan masing-masing seorang perwakilan dari dosen, karyawan, mahasiswa dan juga seorang perwakilan dari alumni. Mulai tahun 2003 itu juga, unsur Pimpinan di lingkungan STTL “YLH” bertambah menyusul ditetapkannya Pembantu Ketua IV, yang tugasnya membantu Ketua dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian dan penerapan teknik lingkungan, kerjasama dan penerbitan jurnal.
Berbagai terobosan baru telah dirintis, yang kesemua itu dimaksudkan untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan dunia pendidikan dan menghadapi persaingan global di dalam rangka menuju institusi pendidikan yang lebih mumpuni.
Salah satu terobosan tersebut adalah rencana pembentukan program/jurusan baru yang sudah dipersiapkan sejak tahun 2004, dan berkas pengajuan pembentukan program/jurusan baru telah dikirimkan ke Depdiknas; selanjutnya tinggal menunggu turunnya SK Izin Penyelenggaraan. Program/jurusan yang dimaksud adalah Program S-2 (Program Magister Ilmu Lingkungan) dan jurusan baru pada S-1 (Teknik Konservasi Lingkungan dan Teknik Kesehatan Lingkungan).
Di bidang keakademikan khususnya kurikulum, pada tahun akademik 2003/2004 mulai diberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk menggantikan kurikulum lama (Kurikulum Nasional) yang sudah berjalan sejak tahun 1996. Untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran pada kurikulum baru ini, telah dirintis berdirinya laboratorium komputer pada awal tahun 2004. Selanjutnya berturut-turut penambahan laboratorium bahasa, penyempurnaan sarana dan pra sarana serta gedung laboratorium; yang semua itu untuk melengkapi sarana penunjang proses pembelajaran.
Untuk mendukung proses belajar mengajar sekaligus meningkatkan kualitas program studi dan kredibilitas STTL “YLH” dalam pembangunan sektor pendidikan, STTL “YLH” menjalin kerjasama dengan institusi lain, baik institusi pendidikan, Pemerintah maupun swasta. Adapun bentuk atau bidang kerjasamanya adalah bidang pendidikan, penelitian dan bentuk kerjasama yang lain.
Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan “YLH” mempunyai 2 (dua) Kampus yaitu:
Kampus I: terletak di jalan Janti KM 4 Gedongkuning Yogyakarta
Kampus II: terletak di Winong, Tinalan, Kotagede, Yogyakarta
Kampus I yang menempati areal tanah seluas ± 2.790 m 2, dipergunakan untuk kegiatan/ruang kuliah, ruang pimpinan, ruang dosen, kegiatan administrasi, perpustakaan, pusat komputer, ruang sidang/pertemuan, ruang kemahasiswaan, musholla dan sebagainya. Sedang Kampus II berdiri di atas tanah seluas ± 1.358 m 2, digunakan untuk ruang kuliah, ruang dosen, ruang seminar/pendadaran, laboratorium teknologi lingkungan, laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan gambar serta lapangan olahraga.
Untuk mendukung kemudahan dan kelancaran komunikasi antar ruang, di setiap ruang dilengkapi dengan earphone. Komputerisasi telah dijalankan untuk administrasi akademik, administrasi keuangan, perpustakaan serta pelayanan skripsi dan kerja praktik (PSKP). Untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing (bahasa Inggris), STTL “YLH” telah dilengkapi dengan laboratorium bahasa yang merupakan sumbangan dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Pengabdian Pada Masyarakat yang merupakan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas dalam rangka kontribusi Perguruan Tinggi terhadap masyarakat yang bersifat konkret dan langsung dapat dirasakan manfaatnya.
Bentuk Pengabdian Pada Masyarakat bagi tenaga pengajar STTL “YLH” bermacam-macam; dapat berupa penyuluhan, seminar, peragaan, auditing maupun penerangan melalui media massa . Sedangkan pelaksanaannya ada yang secara mandiri maupun secara kelompok, sedangkan sumber dana beaya sendiri, dari Yayasan, Kopertis Wilayah V atau sumber yang lain.
Dengan aktivitas Pengabdian Pada Masyarakat ini diharapkan adanya umpan balik ke Perguruan Tinggi, yang akan digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih lanjut.
Tahun 2006 ini satu kelompok dosen telah berhasil mendapatkan dana untuk pengabdian pada masyarakat dari DIKTI dan beberapa dosen juga mendapatkan dana dari Kopertis Wilayah V.
PENELITIAN
Sebagai perguruan tinggi, STTL “YLH” selalu mendorong tenaga pengajarnya untuk melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat.
Kegiatan penelitian yang merupakan dharma kedua dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian tentunya tidak hanya semata-mata untuk hal yang dapat dimanfaatkan dan diterapkan secara langsung oleh masyarakat, tetapi juga penelitian-penelitian yang sifatnya untuk proyeksi masa depan.
Dalam melakukan kegiatan penelitian ini, tenaga pengajar STTL “YLH” ada yang secara mandiri maupun secara kelompok. Sedangkan sumber dananya ada yang beaya sendiri, dari Yayasan Lingkungan Hidup, Pemerintah lewat Kopertis Wilayah V atau DIKTI dan sumber-sumber dana yang lain. Hasil-hasil penelitian dari tenaga pengajar STTL “YLH” ini sebagian dipublikasikan dan sebagian sebagai referensi yang diarsip di perpustakaan.
Tahun 2006 ini beberapa kelompok dosen berhasil menunjukkan prestasinya, yaitu telah berhasil mendapatkan dana penelitian dari DIKTI untuk kategori “Penelitian Dasar” dua kolompok, “Penelitian Dosen Muda” tiga kelompok dan satu kelompok “Penelitian Studi Kajian Wanita”, juga beberapa dosen baik secara mandiri maupun kelompok mendapatkan dana penelitian dari Kopertis Wilayah V.
Selain megadakan penelitian, tenaga pengajar STTL “YLH” juga melakukan kegiatan-kegiatan penulisan karya ilmiah, baik yang dipublikasikan, diseminarkan maupun didiskusikan.
Perubahan Menjadi ITY
Sesuai dengan surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 605/E/O/2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang perubahan bentuk dari Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan menjadi Institut Teknologi Yogyakarta, maka program studi yang disyahkan adalah program studi unggulan yang saat ini sangat dibutuhkan sarjana dan pasca sarjana yang menguasai ilmu dan teknologi yang mampu menciptakan pembangunan yang tidak merusak lingkungan dan mensejahterakan rakyat. Disamping itu sarjana yang bermoral disiplin dan kerja keras. Sarjana dan pasca sarjana yang demikian yang dibutuhkan Indonesia.