Ia diterima sebagai perwira pada tahun 1857 di Koninklijk Nederlands-Indische Leger selama 5 tahun. Pada tahun 1859, Borel diangkat sebagai letnan satu dan ditunjuk sebagai komandan artileri pada awal mulainya Perang Banjar. Dalam kedudukan itu, ia dimasukkan ke dalam barisan oleh Mayor Koch pada saat menundukkan Distrik Tabalong dan Balangan pada bulan Mei, bersama-sama dengan LetTu. Johannes Jacobus Wilhelmus Eliza Verstege. Menurut Dekret Kerajaan Belanda pada tanggal 18 Februari1861, ia diangkat sebagai ksatria MWO. Atas permintaannya sendiri, Borel kembali ke Belanda pada tanggal 30 April1863, dan pada saat datang ia ditempatkan di Resimen III Artileri Benteng dan pada tahun 1868, naik pangkat sebagai kapiten. Dalam pangkat ini, berturut-turut ia berdinas sebagai ajudan logistik di gudang artileri pilar dan konstruksi di Resimen III Artileri Benteng, di pontonir dan akhirnya sebagai inspekturkorps di Resimen Artileri Benteng.
Dalam persiapan menghadapi Perang Aceh Kedua, dilancarkan panggilan kepada perwira-perwira AD Belanda yang ingin pergi ke Hindia Belanda dan kemudian Borel, yang saat itu berpangkat kapiten, direkrut selama 2 tahun di KNIL dan diangkat sebagai komandan kompi artileri benteng. Dalam Koninklijk Besluit tanggal 6 Oktober1874, ia menerima Eresabel atas prestasinya dengan tulisan: tanda kehormatan kerajaan untuk keberaniannya.
Perang Kertas
2 tahun setelah kembali ke Belanda, Borel menulis buku yang amat kritis mengenai kebijakan yang dijalankan selama Perang Aceh II, Onze vestiging in Atjeh (Koloni Kita di Aceh). Buku tersebut baru diterbitkan pada tahun 1878 karena ia berharap namun tidak percaya (pada tahun 1876) bahwa keadaan di sana membaik. Pada tahun 1878, harapan tersebut belum menjadi kenyataan. Panglima tertinggi dalam Perang Aceh II, Jan van Swieten, menulis bukuDe Waarheid over onze vestiging in Atjeh (Fakta Tentang Koloni Kita di Aceh) sehubungan dengan buku Borel. Borel membela diri terhadap tudingan atas dirinya yang diungkapkan Van Swieten dalam epilogDrogredenen zijn geen waarheid (1880). Aliran dokumen yang muncul berkali-kali pasca-Perang Aceh II tersebut dinamai perang kertas. Dokumen-dokumen tersebut tidak hanya ditujukan pada Van Swieten, namun juga membahas peran GubJend. James Loudon, keputusannya menyatakan perang terhadap Kesultanan Aceh dan keputusannya untuk memanggil kembali jenderal-jenderal yang telah pensiun untuk menduduki jabatan penting sebagai panglima tertinggi dan komisaris pemerintah dalam Perang Aceh II, dsb.
Karier akhir
Borel kembali ke Belanda pada tanggal 11 Juni1875 dan dengan adanya reorganisasi senjata, dipindahkan ke Resimen II Artileri Benteng. Pada tanggal 28 Oktober, ia juga menduduki jabatan komandan Artileri Medan. Pada tahun 1884, ia diangkat sebagai mayor, ditempatkan di Resimen III Artileri Medan dan 3 tahun kemudian naik pangkat sebagai LetKol. Pada tahun 1888, ia diikutkan (bersama-sama dengan C.H. Bogaert) dalam sebuah komisi yang menguji Kitab Undang-Undang Hukum Pidana karangan ProfesorMr. H. van der Hoeven dari sudut pandang militer dan, jika perlu, berkonsultasi untuk mengubahnya bersama dengan pembuatnya. Pada tanggal 1 November1891, Borel diangkat sebagai Gubernur KMA dan pada tanggal 16 hari kemudian naik pangkat sebagai kolonel. Dengan Dekret Kerajaan pada tanggal 29 Agustus1892, ia dianugerahi salib perwira Orde Oranje-Nassau dengan pedang, dan pada tanggal 27 Februari1894, ia diangkat pula sebagai inspektur pendidikan militer. Ia naik pangkat sebagai mayor jenderal pada tanggal 21 Agustus1895, dan pensiun atas permintaan sendiri pada tanggal 1 Januari1898.
1878. Nog iets over “De Indische brigade”. Jawaban untuk R. De Militaire Spectator. Hal. 714-726.
1878. Een Indische brigade. Het Nieuws van de Dag. (03-08-1878)
1878. Onze vestiging in Atjeh. Critisch Beschreven. Den Haag: Thieme.
1880. Drogredenen zijn geen waarheid. Naar aanleiding van het werk van Luitenant Generaal Van Swieten over onze vestiging in Atjeh. Den Haag: Henri J. Stemberg.
1880. Drogredenen zijn geen waarheid. Den Haag: Henri J. Stemberg.
1882. Een woord van protest en toelichting. De Militaire Spectator. Hal. 254-256.
1899. Samensmelting der officierenkorpsen. Aan de hoofdredacteur van de Militaire Spectator. Militaire Spectator. Hal. 259-260 (surat yang sebenarnya ditujukan kepada "penulis brosur" yang (saat itu) anonim, Jules Laurant le Bron de Vexela).
Heruitgave van 1878. Onze vestiging in Atjeh, critisch beschreven. Den Haag: D.A. Thieme.
Rujukan
Maurer HL. 1907. In Memoriam. George Frederik Willem Borel: 22 augustus 1837 - 4 augustus 1907. De Militaire Spectator. Hal. 733-734.
Maurer HL. 1907. In Memoriam. George Frederik Willem Borel. Ridder der Militaire Willems-Orde vierde klasse, gepensioneerd generaal-majoor. Geboren 22 augustus 1837 te Maastricht, overleden 4 augustus 1907 te Bad Nauheim. Indisch Militair Tijdschrift. Hal. 949-950.
1907. Generaal G.F.W. Borel overleden. Prins der Geïllustreerde Bladen.
1908. Generaal-Majoor Borel overleden. Eigen Haard.