Ir. Frans Satyaki Sunito (lahir 9 Mei 1949) adalah mantan direktur PT Jasa Marga dari tahun 2006 menggantikan Syarifuddin Alambai. Ia dinilai sebagai tokoh sentral bertransformasinya Jasa Marga dengan melakukan perubahan logo perusahaan dan menjadikan perusahaan tersebut sebagai perusahaan terbuka lewat IPO (Initial Public Offering).[1][2] Proyek jalan tol yang diresmikan pada masa jabatannya di antaranya adalah Jembatan Suramadu, Jalan Tol Semarang—Ungaran, dan Jalan Tol Bali Mandara.[3]
Pendidikan
Ia berkuliah di Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung dan lulus tahun 1974. Ia juga sempat mengambil kursus pendek di TU Delft.[1]
Karier
Ia mengawali kariernya sebagai pegawai magang di Hollandsche Beton Maatschappij (cikal bakal PT Hutama Karya di Indonesia). Pada masa magang ini ia terlibat di dalam proyek pembangunan pengeboran minyak lepas pantai dan instalasi penyulingan air laut. Setelah itu, ia masuk ke Wijaya Karya ke dalam divisi penelitian dan pengembangan. Tak lama setelah itu ia diangkat menjadi Kepala Divisi Beton. Lalu, berturut-turut menjadi Direktur Keuangan, Direktur Teknik dan Pengembangan Usaha hingga Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha di bawah Direktur Utama Suklan Sumintapura.[1]
Menteri BUMN saat itu Tanri Abeng, melihat potensinya dan memintanya mengelola Jasa Marga. Ia sempat menjadi Direktur Pengembangan dan Usaha. Kemudian pada tahun 2006 menjadi direktur utama menggantikan Syarifuddin Alambai yang diberhentikan karena imbas kenaikan harga tol 2006.[4]
Menjadi direktur utama
Setelah menjadi direktur utama, ia melakukan beberapa langkah yaitu perubahan logo perusahaan pada 2007.[1] Ia juga mencatatkan perusahaan yang dipimpinnya ke dalam Bursa Efek Indonesia pada 12 November 2007.[5][6] Pada masa jabatannya beberapa proyek tol diresmikan seperti beberapa rangkaian JORR (JORR W2S, JORR S1 Utara Seksi 3, JORR S1 Utara Seksi 4, JORR E3), Jalan Tol Makassar seksi IV, Jalan Tol Kanci–Pejagan, Jalan Tol Surabaya–Mojokerto seksi 1A, Simpang Susun Waru–Juanda, Jalan Tol Semarang–Ungaran, dan Jalan Tol Bali Mandara.[3] Ia juga merencanakan Bogor Outer Ring Road dan merampungkan seksi Sentul Selatan-Kedung Halang. Selain itu ia merencanakan pembangunan Jalan Tol Semarang–Solo dan Jalan Tol Gempol–Pasuruan.[3]
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Hotel Dharmawangsa, Jakarta 30 Januari 2012, memutuskan mengganti Frans yang sudah 2 periode menjabat sebagai direktur utama dengan Adityawarman.[7]
Setelah tidak menjadi dirut Jasa Marga ia menjadi petinggi PT Pembangunan Jaya[8] dan Direktur Utama PT Jakarta Tollroad Development.[9]
Kehidupan pribadi
Frans memiliki ketertarikan pada musik blues. Ia juga piawai bermain gitar dan memiliki grup musik bernama S&R yang terafiliasi dengan Indonesian Blues Assocation. Bakat musiknya menurun kepada semua anaknya yaitu, Rayendra yang merupakan anggota grup musik jazz Park Drive, Erlangga yang berprofesi sebagai gitaris di Belanda dan Cynthia Divka yang pernah menggawangi grup musik Geger yang semua anggotanya wanita.[10]
Referensi