Beguines/bəˈɡiːnz/ dan Beghards/bəˈɡɑːrdz/ adalah tarekatawamKristen yang aktif di Eropa Utara, khususnya di Negeri-negeri Dataran Rendah pada abad ke-13 hingga ke-16. Anggota tarekat ini tinggal di komunitas setengah monastik, tetapi tidak mengucapkan kaul resmi. Maka dari itu, meskipun mereka berjanji tidak akan menikah selama menjadi Beguines, mereka bebas untuk meninggalkan tarekat mereka kapanpun mereka mau. Beguines sendiri merupakan bagian dari gerakan kebangunan rohani yang lebih besar pada abad ke-13 yang menegaskan pentingnya upaya untuk mengikuti teladan Kristus dengan hidup sederhana, merawat orang sakit dan miskin, serta membaktikan diri kepada Allah.
Etimologi
Istilah "beguine" (bahasa Latin: beguinas; bahasa Belanda: begijn) tidak diketahui secara pasti asal usulnya dan mungkin merupakan istilah peyoratif.[1] Para pakar tidak lagi mendukung teori yang diungkapkan dalam Encyclopædia Britannica Edisi Kesebelas (1911) bahwa nama kelompok ini berasal dari Lambert le Bègue, seorang imam dari Liège.[2] Para ahli juga menolak hipotesis bahwa nama kelompok ini berasal dari St. Begga atau bahkan dari kata dalam bahasa Sachsen Kuno yang telah direkonstruksi, *beggen, yang berarti "mengemis" atau "berdoa".[3] Asal usul nama pergerakan ini tidak pasti.[4][5]
Selain itu, tidak terdapat bukti bahwa para Beguines pernah menjadi bagian dari kelompok Katar yang dianggap sesat oleh Gereja Katolik.[6]
Beguines
Pada permulaan abad ke-12, beberapa wanita di Negeri-negeri Dataran Rendah memutuskan untuk hidup sendiri dan membaktikan diri kepada Kristus dengan cara berdoa dan berbuat kebaikan, tetapi mereka tidak mengambil kaul resmi. Pada mulanya jumlah mereka hanya sedikit, tetapi dalam kurun waktu beberapa abad, jumlah mereka meningkat pesat. Pada abad ke-13, beberapa dari mereka membeli rumah yang saling bersebelahan, dan akhirnya mereka membentuk sebuah komunitas yang disebut "beguinage" (jamak: beguinages). Beguinages biasanya terletak di dekat pusat kota dan sering kali berada di dekat sungai agar dapat dengan mudah memperoleh air yang diperlukan untuk kerajinan pakaian.
Kemunduran
Pada abad ke-14, beberapa komunitas Beguine menjadi bagian dari tarekat monastik dan mendikan.[7]
Kaum Beguine juga mengalami penindasan pada zaman Reformasi Protestan dan juga pada masa Revolusi Prancis. Ada beberapa beguinage yang masih bertahan hingga awal abad ke-120, di beberapa wilayah Belgia, seperti di Brugge, Lier, Mechelen, Leuven, dan Gent.
Marcella Pattyn, anggota Beguine tradisional yang terakhir, meninggal dunia pada 14 April 2013 di Kortrijk pada usia 92 tahun.[8][9][10]
Referensi
^Böhringer, Letha (2014). Kolpacoff Deane; van Engen, Hildo, ed. Labels and Libels: Naming Beguines in Northern Medieval Europe. Turnhout, Belgium: Brepols Publishers. ISBN978-2503551357.
^Smith, Rachel J. D. (2019). Excessive Saints: Gender, Narrative, and Theological Invention in Thomas of Cantimpré's Mystical Hagiographies. New York: Columbia UP. hlm. 39. ISBN9780231188609.
^ Phillips, Walter Alison (1911). "Beguines". Dalam Chisholm, Hugh. Encyclopædia Britannica. 3 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 652.
^See for instance, Algemene Winkler Prins (1956) (in Dutch) which remarks that no link has been found between Beguines and the Albigensian heresy. An example of an encyclopedia that does not refer at all to a possible link with the Cathars is the "CATHOLIC ENCYCLOPEDIA: Beguines, Beghards". www.newadvent.org.
^Simons, Walter (2003). Cities of Ladies: Beguine Communities in the Medieval Low Countries, 1200-1565. Philadelphia: University of Pennsylvania Press. ISBN978-0812218534.