Dalam sejarah konflik umat manusia, pertempuran militer yang mengandalkan operasi dukungan udara dekat secara signifikan adalah perang dunia 1. Secara historis juga, penggunaan alutsista udara mulai pertama kali digunakan secara masif pada perang ini.[8] Awalnya, unsur udara hanya digunakan sebagai pengintai dan misi pengawasan hingga pengeboman strategis pada perang dunia pertama.[9] Pesawat serang darat Jerman yang terkenal dalam perang ini seperti Junkers JI yang sepenuhnya badan pesawat dilapisi armor yang dibuat dari logam dapat menghujani posisi pasukan sekutu (infanteri dan artileri Inggris) dengan granat dan senapan mesin.[10]
Royal Air Force atau Angkatan Udara Britania Raya memiliki pengalaman tempur dalam misi dukungan udara melalui pertempuran-pertempuran di Afrika Utara selama perang dunia 2 dan D-day.
Luftwaffe
Luftwaffe selaku cabang dari militer Jerman yang mengurusi peperangan udara lebih terfokus pada kemampuan pengeboman strategis. Jenis pesawat terbang yang terkenal dari mereka adalah Junkers Ju 87 Stuka.
Perang Korea
Korps marinir Amerika Serikat biasanya mengandalkan hubungannya dengan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk melakukan dukungan udara, tetapi doktrin pertempuran USAF beralih menjadi lebih mengandalkan pengebom strategis dan pesawat pencegat. Permasalahan yang dihadapi antar cabang militer Amerika Serikat selama perang Korea adalah koordinasi yang kurang baik. Sering sekali permintaan dari pasukan darat untuk melakukan dukungan udara tidak dipenuhi angkatan udara.[12]
Perang Vietnam
Penggunaan secara ekstensif dan meluas pesawat bersayap tetap pancar gas seperti F4-Phantom II dalam palaganperang Vietnam pada misi-misi militer seperti dukungan udara dekat dan superioritas udara telah menjadikannya sebagai tulang punggung kekuatan udara Amerika Serikat selama konflik berlangsung di Vietnam. Angkatan Darat Amerika Serikat juga memperoleh lebih banyak kendali atas operasi dukungan udara dekatnya sendiri, demi mendukung operasi mereka melalui ketersediaan terhadap aset udara seperti helikopter tempur (helicopter gunships) dan helikopter serang (attack helicopter).[13]
Perang Teluk
Dalam perang teluk, penggunaan kendaraan lapis baja dan tank dengan jumlah yang masif oleh pasukan Irak semakin memperbesar peran penting dukungan udara dekat oleh pasukan koalisi. Pesawat bersayap tetap maupun pesawat bersayap putar, kedua-duanya diturunkan oleh Amerika Serikat dalam perang ini. Dalam operasi badai gurun, penggunaan helikopter serang Boeing AH-64 Apache, Lockheed AC-130, F-14, F-16 serta F-15.
Operasi militer di Indonesia
Operasi Terpadu
Operasi militer yang dilancarkan oleh militer Indonesia untuk menumpas pemberontakanGAM di provinsiAceh ini tercatat menggunakan taktik bantuan tembakan udara dengan menggunakan aset udara helikopter Bolkow BO-105 yang menembakkan roket FFAR (Folding Fin Aerial Rocket) 2,75 inci kaliber 70 mm sekitar awal tahun 2003.[14][15]
Konflik di Papua
Dalam konflik militer yang terjadi di Papua sekitar tahun 2020-an, aparat mulai aktif menggunakan taktik bantuan tembakan udara dari aset udara yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia, seperti helikopter Bell 412 yang menembaki tempat yang diduga menjadi markas separatis dengan senapan mesin.[16]