BRT Bandung Raya merupakan bagian dari project/program MASTRAN (Indonesia Mass Transit Project)[2] yang diprakarsai oleh Bank Dunia dengan nilai investasi sebesar US$224 juta. Metropolitan Bandung Raya (BBMA) di Provinsi Jawa Barat & Metropolitan Medan-Binjai-Deliserdang (Mebidang) di Provinsi Sumatera Utara adalah 2 wilayah yang akan menjadi proyek inisiasi dari MASTRAN.
Selain dukungan dari Bank Dunia, proyek ini akan menerima pendanaan dari pemerintah Indonesia, Agence française de développement (AFD)[3], dan sektor swasta, menjadikan total pendanaan sebesar US$364 juta.
Sesuai dengan hasil kesepakatan, rencana pembangunan di wilayah Bandung Raya akan dimulai pada tahun 2024 dan akan memakan waktu selama 3 tahun, sehingga BRT Bandung Raya akan beroperasi penuh pada tahun 2027[4]
BRT Bandung Raya direncanakan akan menggunakan jalur lintasan khusus sepanjang (23 km) dengan 27 Halte & stasiun Pemberhentian, serta melayani 20 koridor yang menjangkau area seluas 169 Km dengan menggunakan armada kurang lebih sebanyak 450 bus (bervariasi antara Bus Ukuran Besar, Medium dan Kecil), serta 40 persen dari jumlah itu wajib menggunakan bus listrik.[5]
Rencana Jalur & Rute
Sesuai hasil Feasibility Studies[6] bersama konsultan GIZ(The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) dan juga Kementrian Perhubungan Indonesia, akan terdapat 20 Jalur BRT Bandung Raya Yakni:
BP Cekungan Bandung - khususnya Divisi Transportasi berperan sebagai koordinator dalam pengelolaan dan penyelarasan kebijakan Transportasi dalam wilayah aglomerasi lintas Kota & Kabupaten di Metropolitan Bandung Raya.
Selain itu PT. Transjakarta pun akan turut serta dalam memberikan pendampingan dan konsultasi dalam implementasi sistem dan pengelolaan BRT Bandung Raya[11] kelak, serta PT. JakLingko Indonesia akan turut serta dalam sistem Integrasi Pengumpulan Tarif pada BRT Bandung Raya kelak.[12]