Ayahnya adalah Raja Christian IX dari Denmark, anak dari Adipati Frederick William dari Schleswig-Holstein-Sonderburg-Beck (dan setelah 1825 Adipati Glücksburg) dan Putri Louise Caroline dari Hesse-Kassel juga Raja Denmark yang datang ke takhta pada puncak krisis Schleswig-Holstein pada tahun 1863 dan yang kemudian menolak kemajuan pemerintahan parlementer penuh di Denmark;[2] dan ibunya adalah Putri Louise dari Hesse-Kassel adalah putri dari Landgrave Wilhelm X dari Hesse-Kassel dan Putri Louise Charlotte dari Denmark.[3]
Mereka hidup sederhana untuk bangsawan sebagai pangeran adalah seorang perwira dari pengawal Denmark tetapi ini berubah setelah ia menjadi pewaris takhta. Masa Alexandra tampak bahagia dan dia sangat dekat dengan kakak keduanya William yang menjadi Raja Yunani dan adiknya, Dagmar, yang menjadi Permaisuri Kaisar Rusia dan mengambil nama Maria Fyodorovna .
Pendidikan Alexandra tidak luas tetapi dia diajarkan berbahasa Prancis, Jerman dan agama, dan ia mengembangkan keinginan untuk musik dan menjadi lebih ahli dalam hal itu. Dia juga cukup pemalu yang mungkin karena dia menjadi sedikit tuli setelah mengalami demam pada masa kanak-kanak.
Pernikahan
Putri Alexandra menikah dengan putra mahkota Britania Raya, Pangeran Albert Edward pada tanggal 10 Maret 1863 dan memiliki 6 anak:
Pangeran Albert Victor,
George V, Raja Britania Raya,
Louise, Putri Royal,
Putri Victoria,
Ratu Maud dari Norwegia, dan
Pangeran John Alexander.
Putri dari Wales (1863 - 1901)
Setelah menikahi Pangeran Albert Edward dari Wales pada tahun 1863, Alexandra dari Denmark dinobatkan menjadi Putri Alexandra dari Wales. Dari tahun 1863 sampai tahun 1871, Putri Alexandra terkenal karena kehamilannya yang berulang-ulang. Dia menjadi pincang dan semakin tuli karena ia telah melahirkan keenam anaknya secara prematur. Dengan keadaannya itu, Putri Alexandra pasrah dengan Pangeran Edward yang mempunyai banyak gundik bahkan sampai ia sembuh.
Pada tahun 1891, Ratu Victoria menjodohkan Pangeran Albert Victor, Adipati Clarence dan Avondale, seorang putra mahkota Britania Raya dengan Putri Mary dari Teck, seorang keturunan Jerman. Putri Alexandra, sama seperti ibunya, sangat membenci Jerman. Pada tahun 1892, Pangeran Albert Victor meninggal secara tiba-tiba karena pneumonia. Hal ini membuat Putri Alexandra semakin membenci Putri Mary. Segera sesudahnya, Ratu Victoria kembali menjodohkan Pangeran George yang otomatis menjadi putra mahkota Britania Raya dengan Putri Mary dari Teck dan merekapun menikah pada tahun 1893. Putri Alexandra semakin tidak sabar untuk menjadi seorang ratu.
Permaisuri Alexandra (1901 - 1910)
Ratu Victoria meninggal pada tahun 1901, sehingga putra mahkota Britania Raya, Pangeran Albert Edward naik takhta menjadi Raja Edward VII dan putri mahkotanya naik takhta menjadi Permaisuri Alexandra. Mereka melakukan banyak kunjungan kenegaraan, meskipun seolah-olah Alice Keppel, gundik raja lebih berkuasa daripada Permaisuri sendiri.
Ratu Alexandra semakin menyukai perhiasan dan selalu tampil bergelimangan perhiasan mulai dari emas, perak, berlian, dan segala perhiasan ratu dan permaisuri lainnya seperti mahkota, kalung, gelang, anting-anting, cincin, dll. Dia selalu memakai make-up yang sangat indah dan melakukan berbagai perawatan wajah. Dia selalu memakai baju berpernak-pernik dan bermanik-manik. Penampilan Ratu Alexandra mulai dari mahkotanya, bajunya, perhiasannya, bahkan sampai tongkatnya. Bahkan Ratu Alexandra dan Maharani Maria membeli rumah kongsi di Hvidore pada tahun 1907.
Pada tahun 1909, Raja Edward VII semakin jatuh sakit. Pada tahun 1910, saat Ratu Alexandra sedang mengunjungi Raja George I di Yunani, dia mendengar kabar bahwa Raja Edward VII terserang serangan jantung. Dia berhasil kembali ke Britania Raya sehari sebelum Raja Edward VII meninggal.
Ibu Suri Alexandra (1910 - 1925)
Setelah Raja Edward VII meninggal, Ratu Alexandra menjadi seorang ibu suri. Ibu Suri Alexandra melakukan banyak kegiatan amal dan perayaan seperti Rose Day Alexandra (peringatan 50 tahun kedatangan Alexandra ke Britania Raya) pada tahun 1917.
Saat Perang Dunia I tahun 1914 berlangsung, Ibu Suri Alexandra yang sangat memebenci Jerman memengaruhi Raja George V untuk menyapu semua gelar Jerman yang ada di Kerajaan Britania Raya. Hal itu menyebabkan Ratu Mary harus rela melepas semua gelar kebangsawanan Jerman dari dirinya dan seluruh keluarga adik-adiknya.
Alexandra juga sangat memerhatikan keadaan adik perempuan kesayangannya dimana saat terjadi perang revolusioner di Rusia, Ibu Suri Alexandra memerintahkan Raja George V untuk menyelamatkan Maharani Maria Fyodorovna pada tahun 1919. Ia juga membujuk sang maharani untuk mau diselamatkan setelah kehilangan anaknya, Tsar Nicholas.
Di usia tua, Ibu Suri Alexandra tetap berpenampilan seperti anak muda dengan make-up yang sangat tebal. Setelah perang berakhir, Alexandra mulai merasakan dampaknya. Pada tahun 1920, pembuluh darah di mata Ibu Suri Alexandra pecah dan menyebabkan kebutaan sementara. Untungnya, kondisi Alexandra kembali membaik.
Kematian
Di akhir hidupnya, sejak tahun 1922, Ibu Suri Alexandra mulai menderita berbagai macam penyakit yang kian lama kian memburuk. Ingatan dan penglihatannya semakin lama semakin lemah.
Pada tanggal 20 November 1925, Ibu Suri Alexandra menderita serangan jantung dan meninggal pada usia 80 tahun. Dia dikuburkan di sebelah suaminya di Kapel St. George, Kastel Windsor.
Alastair Duff, Marquess dari Macduff (lahir mati 1890), Putri Alexandra, Adipati Wanita Fife ke-2 (1891 – 1959), Putri Maud, Putri dari Southesk (1893 – 1945)