Dalam mitologi Hindu, Tilotama (Sanskerta: तिलोत्तमा; Tilottamā) adalah salah satu dari tujuh bidadari utama di kahyangan yang berasal dari benih wijen. Ia diciptakan oleh Dewa Wiswakarma atas permohonan Dewa Brahma untuk menghancurkan dua asura kuat, yaitu Sunda dan Upasunda. Oleh karena kecantikan Tilotama, asura Sunda dan Upasunda yang semula tak terpisahkan, menjadi bertikai bahkan kemudian saling bunuh untuk memperebutkan Tilotama. Kedua asura yang menebar ketakutan di antara manusia dan para dewa ini memang hanya dapat dihancurkan bila mereka saling membinasakan.
Tilotama dalam pewayangan Jawa
Budaya pewayangan Jawa memiliki kisah berbeda mengenai mitologi tentang Tilotama dari India. Dikisahkan pada suatu ketika, Bambang Kumbayana, yaitu Resi Drona yang masih muda, yang berasal dari negeri Atasangin berniat mengunjungi sahabatnya, yaitu Sucitra, sebutan bagi Prabu Drupada muda, yang kini bertahta di Kerajaan Pancala. Tiba-tiba perjalanannya terhalang oleh lautan. Karena melihat tak ada cara untuk menyeberangi lautan, akhirnya Kumbayana mengucapkan janji bahwa siapapun yang dapat menolongnya menyeberangi lautan akan dianggapnya sebagai saudara bila berjenis kelamin pria, dan akan diperistrinya jika berjenis kelamin wanita.
Tiba-tiba muncullah seekor kuda putih bersayap di hadapannya. Menganggap kuda putih itu adalah utusan dewata untuk menolongnya, Kumbayana segera naik ke atas punggung kuda tersebut. Sesampainya di seberang kuda putih itu menagih janji Kumbayana. Karena ternyata kuda itu berjenis kelamin betina, maka Kumbayana harus menikahi kuda tersebut. Kumbayana sedang kebingungan menepati janjinya kepada kuda putih itu, ketika tiba-tiba kuda putih itu berubah wujud menjadi seorang wanita cantik yang ternyata adalah Tilotama yang tengah menjalani hukuman dewata dengan hidup sebagai seekor kuda putih bersayap.
Melihat wujud asli Tilotama, barulah Kumbayana bersedia memperistri dirinya. Mereka hidup sebagai suami istri sampai Tilotama melahirkan seorang putera bagi Kumbayana, yaitu Aswatama. Setelah itu Tilottama meninggalkan mereka berdua dan kembali ke kahyangan. Tilotama berjanji kepada Kumbayana akan selalu menjaga keselamatan Aswatama. Ini terbukti Aswatama berhasil selamat sampai akhir perang Bharatayuddha dan bahkan melakukan serangan malam ke kubu Pandawa di akhir perang dan menyudahi hidup beberapa kesatria dari pihak Pandawa. Namun karena melanggar janjinya kepada Tilotama untuk tidak menengok ke belakang selama Aswatama berusaha mencapai perkemahan Pandawa, Tilotama meninggalkannya dan sejak saat itu Aswatama hidup dalam kegelapan.