Tan Ndjiang Nio (1825–1870), atau lebih dikenal sebagai Nyonya Mayor Be Biauw Tjoan, dulu adalah seorang aristokrat Peranakan 'Cabang Atas' di Hindia Belanda (kini Indonesia).[1][2][3] Sebagai poros dari kelasnya, ia adalah istri, anak, cucu, saudara, ipar, dan mertua dari Mayor Cina Semarang.[2]
Tan lahir di Semarang, Jawa Tengah pada keluarga Tionghoa terkuat di Semarang pada saat itu, yakni keluarga Tan dari Semarang.[3] Ayahnya, Tan Hong Yan, menjabat sebagai Mayor Cina kedua Semarang mulai tahun 1836 hingga 1851, menggantikan kakeknya, Tan Tiang Tjhing (1770–1833). Pada tahun 1811, Tan Tiang Tjhing ditunjuk sebagai Mayor Cina pertama di Hindia Belanda, tepatnya untuk Semarang.[3]
Tan menikahi Be Biauw Tjoan, Mayor-tituler Cina (1826–1904), anak dari Mayor-tituler Be Ing Tjioe (1803–1857), yang merupakan anggota dari keluarga Be dari Bagelen.[2] Keluarga Be berhasil mengangkat derajat sosial dan ekonomi mereka melalui hubungan mereka dengan keluarga Tan. Hubungan antara dua keluarga tersebut pun menjadi makin dekat setelah Be Biauw Tjoan menikah dengan Tan Ndjiang Nio.[2] Saudara Tan, Tan Tjong Hoay, juga menjabat sebagai Mayor Cina Semarang mulai tahun 1862 hingga 1878.[2] Satu-satunya anak Tan dari pernikahannya dengan Mayor-tituler Be Biauw Tjoan, yakni Be Tiong Khing, menikahi Liem Liong Hien, yang kemudian menjadi Mayor Cina Semarang mulai tahun 1885 hingga 1904.[3]
Tan Ndjiang Nio meninggal pada tahun 1870 saat keluarganya berada di puncak kejayaan.[1][2] Sejarawan Liem Thian Joe menyebut Tan sebagai Kim Ki Giok Hiap, sehingga menyamakan Tan dengan sebuah pohon berdahan emas dan giok, merujuk pada silsilah, perkawinan dan keturunannya.[1] Senada dengan Liem, James R. Rush menyebut Tan sebagai 'wanita peranakan paling terkenal pada saat itu'.[2]