Pada tanggal 17 September 2024, seorang mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Muhammad Tirza Nugroho Hermawan, tewas dibacok oleh sekelompok gangster di depan SPBU Kelud, Semarang Barat. Peristiwa ini melibatkan enam tersangka yang merupakan anggota geng yang terlibat dalam tawuran. Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, mengungkapkan bahwa insiden tersebut terjadi ketika korban dan temannya pulang dari suatu tempat dan tanpa disengaja terjebak dalam konflik antar geng.[1]
Kejadian ini menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat dan dapat mempengaruhi iklim investasi di Kecamatan Semarang Barat. Penanam modal perlu mempertimbangkan faktor keamanan dan stabilitas sosial dalam menentukan lokasi investasi mereka. Selain itu, insiden ini juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pihak kepolisian dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan usaha di daerah tersebut.
Pihak Universitas Dian Nuswantoro juga mengutuk tindakan kekerasan ini dan menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman bagi mahasiswa. Kejadian ini diharapkan menjadi perhatian bagi semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan upaya pencegahan kekerasan dan membangun komunitas yang lebih aman di Semarang Barat.
Kreak
Aksi remaja geng yang dikenal dengan istilah "kreak" belakangan semakin marak di Kota Semarang, menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, karena perilaku kelompok ini, yang sudah tergolong kenakalan remaja namun mengarah pada tindakan kriminal, memicu kekhawatiran dalam rasa aman beraktivitas, terutama di kalangan mahasiswa.[2] Bintang Naharika Citra Melati, Dirjen Kesejahteraan Mahasiswa BEM KM UNNES 2024, menyatakan bahwa fenomena ini telah menyebabkan perubahan sikap di kalangan mahasiswa, di mana kejadian-kejadian kekerasan yang melibatkan kelompok kreak membuat mereka merasa lebih waspada dan khawatir saat beraktivitas, terutama saat keluar malam. Ia mengungkapkan bahwa daerah tempat tinggalnya masuk dalam daftar rawan yang dikeluarkan oleh Polrestabes Semarang, sehingga ia dan teman-temannya lebih berhati-hati dalam beraktivitas dengan sering melakukan koordinasi dan berbagi informasi mengenai keberadaan aktivitas kreak di daerah tertentu untuk menjaga keselamatan. Fenomena kreak menunjukkan bahwa rasa aman yang sebelumnya dianggap biasa kini tidak bisa dipandang enteng, karena kejadian-kejadian kekerasan ini membuat masyarakat menjadi lebih bijak dalam menentukan waktu dan lokasi aktivitas mereka, menjadikan rasa aman sebagai prioritas utama, yang pada akhirnya menyoroti pentingnya kolaborasi antara masyarakat dan pihak berwenang untuk menjaga keamanan dan stabilitas sosial, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.