Sejarah Kota Banjarbaru

Sejarah Kota Banjarbaru adalah sejarah terbentuknya Kota Banjarbaru sebagai suatu wilayah kota administratif di Indonesia. Wilayah ini, dulunya adalah perbukitan di pinggiran Martapura yang dikenal dengan nama Gunung Apam. Daerah Gunung Apam dikenal sebagai daerah peristirahatan buruh-buruh penambang intan selepas menambang di Cempaka. Daerah Cempaka itu sendiri merupakan kawasan pemukiman Suku Banjar yang tertua di Kota Banjarbaru.

Pada era tahun 1950-an, Gubernur Kalimantan Dr. Murdjani dibantu seorang perencana D.A.W Van der Pijl merancang Banjarbaru sebagai Ibukota bagi Provinsi Kalimantan, sampai akhirnya Kalimantan dimekarkan menjadi 4 provinsi pada tahun 1957. Namun pada perjalanan selanjutnya, perencanaan ini terhenti sampai pada perubahan status Kota Banjarbaru menjadi Kota Administratif.

Kota Banjarbaru berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999. Lahirnya undang-undang tersebut menandai berpisahnya Kota Banjarbaru dari Kabupaten Banjar yang selama ini merupakan daerah administrasi induk. Kota Banjarbaru yang sebelumnya berstatus sebagai Kota Administratif, sempat berpredikat sebagai Kota Administratif tertua di Indonesia.

Pelantikan Akhmad Fakhrulli sebagai pejabat Walikota Kota Banjarbaru oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid, di Jakarta, pada 27 April 1999, menandakan resminya alih status Kota Banjarbaru dari Kota Administratif menjadi Kotamadya (Kota). Perjuangan panjang berbagai pihak akhirnya sampai kepada “idaman antara” setelah Kota Banjarbaru dengan berbagai status administratif dipimpin oleh Baharuddin (1966), A.G. Hanafiah (1970-1975), Abdul Moeis (1975-1981), Abdurrahman (1981-1983), Eddy Rosasi (1983-1984), Zamawi M. Aini (1984-1986), Yuliansyah (1986-1990), Raymullan (1990-1993), Hamidhan B (1993-1998) dan Akhmad Fakhrulli (1998-1999) yang menjadi Walikota administratif sekaligus pejabat Walikota dan Rudy Resnawan (2000) sebagai Walikota terpilih pertama.


Kota Banjarbaru memperoleh status kota setelah menyandang status kota administratif terlama di Indonesia, 23 tahun, merupakan momen bersejarah. Adalah DPRD Kota Banjarbaru melalui pemilihan Walikotanya, memilih Rudy Resnawan sebagai Walikota pertama Kota Banjarbaru, menggantikan Fakhrulli sebagai Walikota transisional.

Sekalipun gerak pembangunan dimulai ketika Rudy menjabat Walikota, gagasannya sudah dicanangkan seiring dengan perkembangan Kota Banjarbaru. Dalam rekaman sejarah, pengembangan dan “perjuangan” status Kota Banjarbaru sebenarnya bukanlah sekadar menjadikannya sebagai Kotamadya. Bukan hanya sebagai ibu kota Kalimantan Selatan, tetapi ibu kota Kalimantan sesuai dengan kondisi objektif tahun 1950-an ketika Kalimantan belum terbagi menjadi empat provinsi.

Gagasan

Akibat kondisi alam apel pagi sering harus berpindah tempat, ditambah pula dengan pandangannya tentang Kota Banjarmasin yang berawa dan bernyamuk banyak, memunculkan gagasan memindahkan ibu kota Kalimantan ke tempat yang ideal. Sebagai ahli kesehatan masyarakat, Murdjani berkesimpulan Kota Banjarmasin kurang ideal sebagai pusat pemerintahan. Tanahnya yang berawa-rawa mengakibatkan air menggenang sepanjang musim yang memungkinkan timbulnya berbagai penyakit.

Kota Banjarmasin sebagai Kota Air, Kota Perdagangan dan Kota identitas historis Urang Banjar tetap dipertahankan. Membangun ibu kota Kalimantan di Kota Banjarbaru didasari pada pandangan pengembangan jauh ke depan.

Untuk merealisasikan gagasannya, mulailah dicari tempat yang ideal. Murdjani melakukan survei ke daerah-daerah di luar Kota Banjarmasin. Berbagai lokasi dikunjungi dan diamati, namun Murdjani kurang berkenan karena lokasinya masih berawa-rawa. Akhirnya, sampailah ia di daerah bertanah padat, lokasi Kota Banjarbaru sekarang. Pada pandangan pertama, hatinya telah tergadai pada Kota Banjarbaru. Melalui sidang staf dan pimpinan, dibentuklah tim kajian kelayakan dipimpin D.A.W. Van der Peijl. Tim Peijl melakukan kajian awal. Dalam perancangannya, planologi Kota Banjarbaru digarap bekerjasama dengan para pakar dari Institut Teknologi Bandung.

Peijl, Kepala Pekerjaan Umum Bagian Bangunan Kalimantan, merancang Kota Banjarbaru bersamaan dengan kota Palangkaraya. Kota Palangkaraya kini menjadi kota modern tertata apik. Kota Banjarbaru, setelah 23 tahun berstatus Kota Administratif, baru mendapatkan status Kotamadya.

Ketika Rudy Resnawan menjadi wali kota, dengan canangan Kota Banjarbaru is Kota Banjarbaru, membangun Kota Banjarbaru dengan “kekuatan sendiri”.

Legenda

Pada waktu dicanangkan pertama kali, Banjarbaru sebagai ibu kota Kalimantan “belum apa-apa”. Menurut cerita tetuha, cikal-bakalnya Banjarbaru bermula dari Gunung Apam. Gunung Apam adalah “puncak” perbukitan di lintasan jalan Banjarmasin-Martapura, kira-kira di lokasi Bank BRI Banjarbaru sekarang. Di daerah itu belum ada permukiman. Di samping lintasan jalan darat, juga lintasan pencari (pendulang) intan tradisional di belakang Unlam Banjarbaru saat ini.

Lokasi strategis tersebut mengundang minat seorang penduduk membuka warung. Pewarung, yang tidak diketahui nama dan asalnya itu, membuka warung kecil-kecilan, menjual minuman teh dan kopi. Wadai (kue) pendampingnya adalah apam (serabi). Tak dinyana, wadai apam tersebut kemudian diperuntukkan menjadi nama daerah tersebut.

Konon, apam tersebut sangat lezatnya hingga digemari banyak orang. Pertama-tama konsumennya para pendulang intan dan sopir truk. Mereka melepas lelah sambil kongko-kongko. Kemudian penduduk dari Martapura dan daerah sekitarnya tidak ketinggalan memarakkan apam lezat tersebut.

Bersamaan dengan populernya “Warung Gaul” Gunung Apam, beberapa orang penduduk mengikuti jejak Si Pewarung Perintis. Lama-kelamaan banyak orang yang mendirikan rumah di sekitarnya. Sejak itu, terbentuklah perkampungan penduduk yang populer disebut Gunung Apam. Secara administratif, Gunung Apam termasuk wilayah anak Kampung Guntung Payung, Kampung Jawa, Kecamatan Martapura.

Pada perkembangannya, perkampungan itu makin ramai.

Sejarah

Semasa Murdjani menjadi Gubernur Kalimantan (1950-1953), yang terobsesi memindahkan ibu kota Kalimantan ke daerah yang lebih ideal, memilih daerah di sekitar Gunung Apam. Kajian planologi segera dilakukan. Sampai akhir masa jabatannya (1953), walaupun secara administratif dan fisik baru pada tahap perancangan, pembangunan perkantoran dan perumahan pegawai Pemda Kalimantan dimulai.

Gagas Murdjani dapat disimak dari suatu pidato visionernya yang dapat dikatakan sebagai obsesinya:

Kira-kira lima ratus tahun yang lalu negeri Amerika Serikat, seperti kita kenal sekarang, hanya suatu impian yang indah. Akan tetapi berkat usaha orang-orang yang dapat melihat dalam jarak panjang, maka impian itu, telah menjadi kenyataan. Dan saya yakin, bahwa Indonesia pun akan dapat mewujudkan cita-cita pembukaan dan pembangunan Kalimantan.

Yang hendak dikatakannya adalah, membangun Banjarbaru dari awal bukanlah hal yang mustahil walaupun pada saat ini lebih terkesan sebagai “mimpi”. Yang diperlukan usaha bersama mewujudkannya. Tepatnya, Murdjani menyampaikan pesan, pembangunan itu, apalagi Banjarbaru yang dimulai dari awal harus direncanakan sebaik mungkin, dibangun bertahap dan berkelanjutan hingga terwujud suatu ibu kota yang ideal dan dapat dibanggakan karena tatanannya yang bagus dan menjadi kota modern.

Ketika R.T.A Milono menggantikan Murdjani, usaha pembangunan dilanjutkan. Secara resmi, dengan surat bernomor: Des-19930-41 tanggal 9 Juli 1954 diusulkan kepada Pemerintah Pusat agar Banjarbaru ditetapkan menjadi ibu kota Kalimantan. Sekalipun usaha pembangunan Banjarbaru dimulai dari awal menjadi sebuah kota ideal, dan kemudian Kalimantan dipecah menjadi empat (4) provinsi, sejarah tampaknya kurang berpihak.

Tuntutan berbagai pihak (masyarakat, eksekutif, dan legislatif) yang susulhmenyusul menghasilkan status Banjarbaru pada 11 November 1975 sebagai kota administratif.

Perjuangan Menjadi Ibu Kota

Usaha menjadikan Banjarbaru menjadi ibu kota Kalimantan Selatan (sebelumnya ibu kota Kalimantan), yang digagas oleh dr. Murdjani, tidak pernah berhenti.

Lambang

Pada Hari Jadi ke 22, 11 November 1997, digagaslah lambang Banjarbaru. Pembuatan lambang berkaitan erat dengan semakin dekatnya perubahan status dari kota administratif menjadi kotamadia. Direktorat Jenderal Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri telah melakukan pengamatan lapangan dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Tekhnis Sekretariat Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah pada tanggal 10 April 1997 dengan kesimpulan, Kota Administratif Banjarbaru layak mendapatkan status kotamadia.

Melalui Surat Keputusan Nomor 04 Tahun 1997 tanggal 20 Agustus 1997 Wali Kota Administratif Banjarbaru membentuk panitia sayembara pembuatan lambang kota Banjarbaru. Sebagaimana dikatakan Drs. H. Hamidhan B, Wali Kota Administratif Banjarbaru, dalam buku Pembuatan Lambang Kota Banjarbaru: Proses pembuatan Lambang Kota Banjarbaru disusun secara sederhana, berisi sejarah berdirinya Kota Administratif Banjarbaru dan perkembangannya pada masa akan datang.

Arti dan Makna Lambang

  1. Bentuk bingkai seperti perisai menggambarkan sebagai alat pelindung dalam mencapai cita-cita luhur Bangsa Indonesia (Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) dan Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
  2. Bintang bersudut lima adalah Pancasila sebagai Dasar Falsafah dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
  3. Tulisan BANJARBARU adalah nama Kota Administratif Banjarbaru (kini Kota Banjarbaru, Pen.).
  4. Petak/Kotak yang terdapat pada pilar kiri dan kanan masing-masing berjumlah 11 buah. Pilar dan petak menggambarkan tanggal dan bulan serta tahun berdirinya Kota Administratif Banjarbaru, yaitu tanggal 11 dan bulan November. Sedangkan jumlah petak pada pilar kiri dan kanan adalah 22 menggambarkan tahun berdirinya Kota Adminitratif Banjarbaru, yaitu 1975 (1+9+7+5=22).
  5. Pilar kiri dan kanan juga menggambarkan Banjarbaru sebagai jalur masuk (transportasi) ke Kalimantan Selatan. Sebagaimana terdapatnya Bandar Udara Syamsuddin Noor di Kecamatan Landasan Ulin Kota Administratif Banjarbaru.
  6. Alat linggangan adalah menggambarkan pendulangan Intan Tradisional Cempaka yang terdapat di Kecamatan Cempaka dan merupakan objek wisata budaya, dan sejarah di Kota Administratif Banjarbaru.
  7. Museum Negeri Provinsi Kalimantan Selatan Lambung Mangkurat (sebagai objek wisata, sejarah, dan budaya) yang diapit rumah menggambarkan Kota Administratif Banjarbaru sebagai Pusat Pemerintahan dan Pusat Permukiman.
  8. Buku adalah menggambarkan Banjarbaru sebagai Kota Pelajar dan Pusat Pendidikan, karena terdapatnya prasarana dan sarana penunjang pendidikan yang memadai dari berbagai disiplin ilmu.
  9. Roda (gir) menggambarkan roda industri dan perdagangan, karena di Kota Administratif Banjarbaru sangat potensial menjadi Daerah Industri dan Perdagangan.
  10. Pita berwarna hijau yang bertuliskan motto Kota Administratif Banjarbaru sebagai Pusat Pemerintahan, Pusat Pendidikan, Pusat Industri, dan Pusat Permukiman, merupakan daerah/wilayah yang Indah, Aman, dan Nyaman untuk mencapai kesejahteraan.
  11. Warna yang digunakan, terdiri dari 5 (lima) warna utama:
    • Warna kuning : Keluhuran, keagungan
    • Warna putih : Kesucian
    • Warna coklat : Keilmuan, keulamaan, keteguhan dan ketangguhan
    • Warna hijau : Kesuburan, kehijauan, kerezekian
    • Warna hitam : Kerohanian, keimanan, keteguhan hati.

Moto

Moto Gawi Sabarataan memiliki makna, ditinjau dari:

  • Aspek kerukunan dan persatuan, menggambarkan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara bersama-sama (Pemerintah dan masyarakat) dengan setiap unsur menyadari tugas dan tanggung jawabnya.
  • Aspek masa depan, secara operasional dapat memacu motivasi mencapai masa depan yang lebih baik.
  • Ditinjau dari etos kerja, menjadi inspirasi masyarakat Banjarbaru untuk bekerja/berkarya sesuai dengan tugas pokok dan peran masing-masing.
  • Pernyataan tekad dan semangat seluruh lapisan masyarakat beserta pemerintah untuk membangun dengan potensi yang ada dalam rangka mewujudkan kehidupan adil, makmur, dan sejahtera di bawah lindungan dan rida Tuhan Yang Maha Esa.
  • Segi ajaran agama manusia adalah pemegang amanat Tuhan sebagai penguasa yang harus memakmurkan bumi dan menjaga kelestariannya sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing.

Perjuangan menjadi Kotamadya

Perjuangan dan persiapan menjadikan Banjarbaru sebagai kotamadia, seolah telah menjadi bagian terlekad setiap Wali Kota Administratif Banjarbaru. Berdasarkan apa-apa yang telah dilakukan wali kota terdahulu.

Persiapan fisik dan nonfisik dilakukan bersamaan dengan tugas rutin pemerintahan dalam usaha dan upaya meraih status kotamadia. Persiapan dan “pembenahan” aparat pemerintahan dilakukan serempak dengan upaya “meyakinkan” Pemerintah Atas (Pemda Banjar, Kalsel dan Pemerintah Pusat). Penggalian dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), juga dilakukan lobi-lobi ke Pusat (Jakarta).

Dirjen PUOD Depdagri pun melakukan pengamatan dengan hasil rekomendasi Banjarbaru patut menjadi kotamadia. Hasil kunjungan anggota DPR RI pun berkesimpulan menguatkan hasil pengamatan Dirjen PUOD.

Sampai Hamidhan B. mengakhiri jabatannya sebagai Wali Kota Administratif Banjarbaru, Banjarbaru masih berstatus kota administratif.

Ketika Akhmad Fakhrulli dilantik menggantikan Hamidhan B., sebagai Wali Kota Administratif Banjarbaru, 26 Desember 1998, Gubernur Hasan Aman mengamanatkan, agar status kotamadia segera terwujud. Tentu saja hal tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi Akhmad Fakhrulli. Fakhrulli memfokuskan perhatiannya terhadap perjuangan itu. Pada akhirnya Fakhrulli berhasil.

Sebagai Kepala Perwakilan Pemda Kalsel di Jakarta, Fakhrulli selalu memonitor perkembangan Banjarbaru. Ketika tanpa diduga dipercaya (menurut pengakuannya) sebagai wali kota, bekalnya dirasa cukup. (Sebagai catatan: Akhmad Fakhrulli, sesuai “berita” yang beredar di masyarakat, tidak disebut-sebut sebagai calon wali kota).

Jaringan persahabatannya semasa bertugas di Jakarta, dimanfaatkan maksimal. Ia melakukan lobi-lobi intensif. Kantor Depdagri sampai Gedung DPR, menjadi sasarannya dalam memperjuangkan status Banjarbaru.

Alhasil, 11 anggota Komisi II DPR RI pada tanggal 27 Februari 1999, melakukan kunjungan kerja meninjau kesiapan Banjarbaru dalam rangka menyahuti usulan peningkatan status Banjarbaru, dalam rangkaian proses pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pembentukan Kotamadia Banjarbaru.

Undang-undang tentang Banjarbaru menjadi Daerah Tingkat II, UU RI nomor 9 Tahun 1999,

Seluruh komponen masyarakat penuntut kotamadia Banjarbaru, dipadukan dalam rangkaian renungan dan bersyukur ria, . Di mesjid, surau, dan musholla se-antero Banjarbaru dilakukan salat syukur. Dalam pertemuan seusai salat syukur di kediaman wali kota, Fakhrulli berujar:

Berhasilnya Banjarbaru sebagai kotamadia bukanlah karena saya. Tetapi, karena pian-pian. Inilah hasil perjuangan panjang kita semua. Inilah hadiah buat pian-pian (para tokoh penuntut kotamadia Banjarbaru. Pen.).

Fakhrulli mengatakan:

Pembangunan Banjarbaru ke depan adalah: dari, oleh, dan untuk masyarakat yang dalam pelaksanaannya bahu-membahu dengan Pemerintah Kota Banjarbaru. Orientasi masyarakat itulah yang menjadi visi pembangunan Banjarbaru.

Banjarbaru: Nama Sementara yang Melekat

Sebagaimana telah diintroduksi, Gubernur Kalimantan dr. Murdjani menggagas pembangunan ibu kota Kalimantan di daerah yang kini kita kenal sebagai Banjarbaru. Pada tahun 1953 di daerah “kosong” tersebut mulai dibangun kantor-kantor pemerintahan untuk dinas-dinas, jawatan-jawatan tingkat provinsi, dan perumahan pegawai pemerintah.

Pembangunan dilakukan tanpa anggaran khusus seba- gaimana layaknya persiapan sebuah ibu kota provinsi. Oleh karena itu, pembangunannya dilakukan sedikit demi sedikit. “Modal dasar” pembangunan hanya beleid dan kebulatan tekad Gubernur Kalimantan. Bahkan saat itu apa nama kota “calon” ibu kota Kalimantan itu pun belum terpikirkan. Dari penelusuran heuristic, tidak didapat secara pasti tentang oleh siapa dan kapan dicetuskan pertama kali nama Banjarbaru. Dan, nama Banjarbaru “dipakai” dalam kondisi emerjensial-konteksual.

Konon, pada saat persiapan perancangan kota, D.A.W Van Der Peijl kebingungan tentang nama yang harus ditulisnya pada peta kota. Secara naluriah ditulisnya Bandjar Baru. Nama itu pulalah yang dikatakannya ketika ditanya Pemerintah Pusat perihal dimana dan apa nama ibu kota Kalimantan yang baru.

Harap diingat sekalipun Peijl adalah turunan Belanda, setelah lama tinggal di Kalimantan (baca: Banjar), ia melarutkan diri sebagai Urang Banjar. Dedikasi dan kontribusinya terhadap pembangunan Kalimantan tidak perlu diragukan lagi. Bahkan ada yang mengatakan, Peijl adalah pemangku budaya Banjar yang konsern, komitmennya sangat besar.

Karena itu, penulisan spontannya tentang nama Banjarbaru bagi calon ibu kota Kalimantan, dikaitkan dengan gagasan kota baru bagi Urang Banjar, yaitu Bandjar Baru. Banjarmasin sebagai Kota Historis Urang Banjar tidak diganggu-gugat. Banjarbaru adalah perwujudan obsesi ke depan kota modern Urang Banjar.

Jadi, Peijl dan timnya sangat sadar, bahwa Banjarmasin adalah kota yang sarat dengan muatan historis dan merupakan salah satu identitas historis Urang Banjar. Banjarbaru adalah kota yang dirancang untuk menjawab tuntutan masa depan. Sebuah pandangan yang sangat visioner.

Nama kota Banjarbaru pada awalnya bukanlah nama permanen. Penamaan Banjarbaru didorong atas desakan situasional dalam pencantuman nama pada peta awal Banjarbaru dan kemudahan dalam surat-menyurat aktivitas pemerintahan. Nama “permanen” belum terpikirkan.

Dengan kata lain, penamaan “Banjarbaru” hanyalah nama sementara, sangat tentatif, tetapi ternyata hingga saat ini tetap melekat. Tidak satupun keberatan diajukan oleh siapa pun. Banjarbaru kini telah menjadi nama permanen.

Banjarbaru: Cobaan Sejak Dini

Setelah nama Banjarbaru ditorehkan oleh Peijl, tidak ada gagasan atau usaha yang berarti untuk mengubahnya. Tidak ada yang menyadari bahwa nama Banjarbaru pada awalnya bersifat tentatif. Artinya, kalau ada nama yang dianggap lebih tepat oleh masyarakat, terbuka peluang untuk mengubahnya. Atau, memang nama Banjarbaru itu sejatinya sudah sangat tepat?. Wallahualam bissawab.

Yang pasti, secara resmi, Gubernur Murdjani melalui surat tertanggal 9 Juli 1954 No. Des-1930-4-1, jelas-jelas mengusulkan kepada Mendagri, agar menyetujui pemindahan ibu kota Kalimantan dari Banjarmasin ke Banjarbaru. Dengan demikian, secara formal nama Banjarbaru “telah resmi” dan “baku”. Masyarakat pun tidak mempersoalkan. Hal tersebut ditandai dengan alamat yang dipakai, Banjarbaru, baik untuk sekadar menjawab pertanyaan: di mana tinggal?, dan atau alamat yang ditulis dalam surat-menyurat.

Ketetapan tekad memindahkan ibu kota Kalimantan ke Banjarbaru tampaknya sejak awal sudah memberi tanda akan berlama-lama. Restu Pemerintah Pusat belum dimiliki, situasi di Kalimantan mengalami perubahan-perubahan yang cepat. Tekad pemindahan itu masih memerlukan berbagai negosiasi yang tidak pernah berakhir.

Ketika Murdjani mengakhiri jabatannya tahun 1953 dan digantikan RTA Milono, provinsi Kalimantan dimekarkan menjadi empat provinsi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Hal ini merupakan jawaban Pemerintah Pusat atas aspirasi masyarakat di Kalimantan Barat, Timur, dan Tengah yang menuntut daerahnya sebagai provinsi tersendiri. Kalimantan terbelah dalam kerangka demi akselerasi pembangunan.

Tuntutan tersebut, sangat beralasan. Luasnya wilayah dan potensi yang dimiliki dipahami sangat mendukung sebagai provinsi sendiri. Apalagi pada masa itu, hubungan komunikasi dan transportasi, sangat minim. Hubungan antara Pontianak, Samarinda, dan Palangkaraya dengan Banjarmasin sangat sulit.

Akibatnya, roda pemerintahan “kurang lancar” yang berdampak kurang efektifnya pelaksanaan pemerintahan. Harap maklum, luas Kalimantan 52 kali pulau Jawa. Pemekaran tersebut, bagaimanapun, berdampak terhadap rencana membangun ibu kota Kalimantan yang baru di Banjarbaru. Pemekaran wilayah memerlukan biaya cukup besar. Anggaran belanja provinsi Kalimantan harus dibagi-bagi ke provinsi-provinsi baru, dan pembangunan Banjarbaru tidak mungkin diprioritaskan.

Meskipun demikian, cita-cita menjadikan Banjarbaru sebagai pusat pemerintahan (Kalimantan Selatan) tidak surut. Hal ini terbukti, DPRD Tingkat I Kalsel, melalui resolusi 10 Desember 1958, No. 26a/DPRD-58, mendesak Pemerintah Pusat supaya dalam waktu singkat segera menetapkan Kota Banjarbaru sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan.

Rupanya Pemerintah Pusat belum “tergugah”. Sampai Milono digantikan Syarkawi, dan H. Maksid kemudian Aberani Sulaiman menjadi Gubernur Kalimantan Selatan, perjuangan tidak sunyi-sunyinya. Pada masa Aberani Sulaiman terdapat kemajuan, Banjarbaru mendapatkan status Kota Administratif (Kotatif) dan diresmikan 17 Agustus 1968. Kemajuan itu tampaknya mangalami involusi beberapa dasawarsa.

Banjarbaru: Rekor Kota Administratif

Berkenaan dengan usul Gubernur dr. Murdjani dan Resolusi DPRD Tingkat I Kalimantan Selatan kepada Pemerintah Pusat untuk pemindahan ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan dari Banjarmasin ke Banjarbaru belum mendapat perhatian, Gubernur Kalimantan Selatan memandang perlu untuk menetapkan status kecamatan bagi Banjarbaru dengan kampung-kampung yang berada di sekitarnya.

Berdasarkan SK Gubernur KDH Provinsi Kalimantan Selatan tanggal 29 Mei No. 10/Pem-570-3-3 dibentuklah kecamatan Banjarbaru yang meliputi 7 desa:

  1. Desa Landasan Ulin
  2. Desa Guntung Payung
  3. Desa Lok Tabat
  4. Desa Banjarbaru
  5. Desa Sei Ulin/Sei Besar
  6. Desa Cempaka
  7. Desa Bangkal

Pada saat itu penduduk ketujuh desa tersebut kurang lebih 25.000 jiwa. Itu dapat dikatakan, Banjarbaru yang “dicalonkan” sebagai ibu kota Kalimantan Selatan (setelah gagal jadi ibu kota Kalimantan), betul-betul dimulai dari awal.

Pada tahun 1964 DPRD-GR Tingkat I Kalimantan Selatan dalam suatu sidangnya memutuskan untuk memberi wewenang kepada Gubernur Kalimantan Selatan membentuk panitia yang bertugas mengumpul data-data yang sesuai untuk meningkatkan Kecamatan Banjarbaru menjadi daerah tingkat II Kotapraja (sekarang kotamadia).

Resolusi DPRD-GR Kalimantan Selatan tertanggal 27 Juli 1964 No. 18a/DPRD-GR/KPT/1964, mendesak Pemerintah Pusat agar segera merealisasikan Banjarbaru sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan. Resolusi DPR-GR Kalimantan Selatan tentu saja mendapat respon berbagai pihak, terutama masyarakat Banjarbaru. Dengan segara masyarakat Banjarbaru membentuk Panitia Penuntut terbentuknya Kotamadia Banjarbaru yang didukung oleh seluruh unsur dan organisasi kemasyarakatan. Panitia Penuntut tersebut adalah:

PIMPINAN

  1. Ketua I : A.M. Abd. Gais (Perseorangan)
  2. Ketua II : Abubakar Ali (G.P. Anshor)
  3. Ketua III : M. Hasfiany Shasby (Muhammadijah)
  4. Penulis I : A. Fadhilah (PNI)
  5. Penulis II : Djar’ie (IPNU)
  6. Bendahara : Abd. Ganie (KAMI)

PEMBANTU PARPOL

  1. Sukardi Djapari (PNI)
  2. H.S.M Ismail (NU)
  3. A. Kadir Munsji (Madjelis Wk. NU)

PEMBANTU ORMAS

  1. A.O. Pudjosanyoto (Angkatan 45)
  2. Ubangi (Veteran)
  3. Tarsan Noor (Djamus)
  4. H. Basri (Madjelis Ulama)
  5. Hasan Budin (Muhammadijah)
  6. Soedarsan (Maarif NU)
  7. Jantje Umboh (PPPKI)
  8. Hanafiah Abdullah (Pemuda Muhammadijah)
  9. Saaludin (PII)
  10. Djunaidi (IPBB)
  11. A. Sabran (Sarbumi)
  12. Ibu Sabariah Joenoes (DPW GW Marhaen)
  13. Ibu Soelaiman (GE Marhaen)
  14. Ibu Bastian (Muslimat NU)
  15. Ibu Sitanggang (Perwari)
  16. Ibu Mindarso (Persit)
  17. Gt. Zamrud Jasin (Aisjiah)
  18. Ibu Sitompul (Bhajangkari)
  19. Ibu Saleh (Persatuan Wanita Pertanian)
  20. Ibu Mastaniah (Fatajat NU)
  21. Gt. Mundji (Pertani)
  22. Thamrin B.Sc. (Pertanu)
  23. H.S.M. Ismail (Lesbumi)
  24. R.M. Herusupadi (L.K.N.)
  25. Ir. Tuhadji (I.S.R.I.)
  26. Djailani (I.P.P.K.U.)
  27. Hasjimi Shasby (Ikatan Pemuda Muhammadijah)
  28. Esmet Enono (G.M.N.I)
  29. M. Joenoes (Senat Fakultas Pertanian)
  30. Achmad Djailani (Senat Fakultas Perikanan)
  31. Riwong Tumon (Senat Fakultas Kehutanan)
  32. Fadlansjah (Senat Fakultas Tehnik)
  33. Murhadji (I.M.M)
  34. S. Almir (Gasbiindo)
  35. Muljadi Joesoep (KAMI)
  36. Kasnariansyah (KAPPI)
  37. Ibu Tatung (PGRI)
  38. Addimaswardi (SKDN)
  39. Ibu Agus Ibrahim (GOW)
  40. M. Hamdi Hamdan (SKDN)
  41. A. Manap Chandra (SKDN)
  42. Linda Buniran (Natsjiatul Aisjiah)
  43. Lasmiati Saleh (IPPNU)
  44. Bachdar Djohan (PMII)
  45. M. Jusran M. (KB Marhaen)
  46. Rahmadi HT (HMI)

Begitu Panitia Penuntut Kotamadia Banjarbaru terbentuk, tanggal 6 Oktober 1965, panitia mendesak agar pemerintah:

  • Meningkatkan status Banjarbaru menjadi daerah tingkat II/kotapraja (sekarang kotamadia).
  • Mendesak direalisirnya kota Banjarbaru menjadi ibu kota provinsi Kalimantan Selatan.

Menyahuti tuntutan masyarakat yang makin kencang agar terealisirnya Banjarbaru sebagai kotamadia sekaligus ibu kota Kalimantan Selatan, DPRD-GR Tingkat II Banjar di Martapura merespon dengan mengajukan sebuah resolusi tertanggal 12 Oktober 1965 No. 58./DPRD-GR/Res/1965, mendesak Pemerintah Pusat segera memindahkan ibu kota Kalsel ke Banjarbaru.

Untuk merespon berbagai tuntutan masyarakat, Mendagri Dr. Sumarno pada tanggal 20 Juni 1965 mengadakan kunjungan kerja ke Banjarbaru. Sebagai “Pejabat Pusat”, Soemarno melakukan peninjauan “menyeluruh” terhadap kondisi objektif Kota Banjarbaru dan daerah sekitarnya. Kesimpulannya, Kota Banjarbaru layak dan pada prinsipnya menyetujui peningkatkan statusnya dari Kecamatan Banjarbaru menjadi Kotamadia Banjarbaru.

Ketikan Aberani Sulaiman menjadi Gubernur Kalimantan Selatan, setelah menelaah laporan panitia pengumpul data-data untuk pembentukan Kotapraja Banjarbaru tanggal 7 November 1964, dan memperhatikan dan mempelajari resolusi-resolusi yang telah diajukan Gubernur Kalimantan terdahulu, pada tanggal 16 Februari 1966 berdasarkan Surat Keputusan No. 58/I-1-101-110 menetapkan membentuk Kantor Persiapan Kotamadia Banjarbaru. Pada tanggal 21 Mei 1966 Kantor Persiapan Kotamadia Banjarbaru diresmikan Gubernur Aberani Sulaiman dan menetapkan Baharuddin sebagai Kepala Kantor Persiapan yang juga merangkap sebagai Camat Kecamatan Banjarbaru.

Bersamaan dengan itu, masyarakat Banjarbaru mengeluarkan Pernjataan Bersama Masyarakat Bandjarbaru: Dengan mengutjapkan syukur ke hadirat Tuhan Jang Maha Esa atas karunia-Nya jang dilimpahkan kepada kita bersama dengan memberikan wudjud ke arah realisasi tuntutan hati nurani masjarakat Bandjarbaru untuk menjadikan Bandjarbaru ini mendjadi suatu Kotamadya, maka kami sebagai potensi riil jang hidup di daerah ini mejakinkan kepada diri kami sendiri dan dengan kebulatan hati kami menjatakan pendirian sebagai berikut:

  1. Menjatakan kesediaan kami untuk bekerdja, berusaha dan melaksanakan sesuatu untuk perwudjudan pembangunan Kotamadya Bandjarbaru, dalam bentuk dan ini jang sebenarnja.
  2. Menjatakan kesediaan pembaktian kami atas dasar kegotong-royongan membina kesatuan dan persatuan di dalam daerah ini, demi segera terlaksananja Kotamadya Bandjarbaru jang kami tjita2-kan.
  3. Sesuai dengan tekad kami tersebut di atas, sekali lagi kami mengharap perhatian dan kesungguhan dari Pemerintah, agar dalam waktu jang segera mungkin dapat menetapkan Bandjarbaru ini men-djadi Kotamadya

Bandjarbaru, 21 Mei 1966 Atas nama masjarakat Bandjarbaru

  • Baharuddin, B.A (Kepala Kantor Persiapan)
  • S.D. Hadiwaloejo (Tjatur Tunggal Ketjamatan)
  • S. Hasyim B.A (Panitya Penuntut Kotamadya Bandjarbaru)
  • H. Syahmudar Uchtary (Partai N.U. beserta ormas2nya)
  • Basuni Moctar (Partai PNI/Front Marhaenis beserta ormas2nya)
  • M. Hasfiany Shasby (Muhammadijah beserta ormas2nya)
  • Nj. Agoes Iberahim (G.O.W Tjab. Bandjarbaru)
  • Sipawarto (P.G.R.I Tjabang Bandjarbaru)
  • Ubangi (Legiun Veteran Bandjarbaru)
  • H.A. Sjasruni (Atas nama Pamong Desa)
  • Drs. Sugianto (S.K.D.N.Tjabang Bandjarbaru)

Atas permintaan dan desakan dari panitia penuntut kotamadia Banjarbaru, disertai understanding dari Bupati dan DPRD Kabupaten Banjar, pada sidang DPRD Kabupaten Banjar tanggal 1 Desember 1966 telah dibuat suatu resolusi No. 19/Res/794-3/66 yang memutuskan:

  1. Menyetujui dan mendukung sepenuhnya agar Kecamatan Banjarbaru ditingkatkan menjadi Kotamadia.
  2. Mendesak agar ibu kota Prop Kalsel segera dipindahkan dari Banjarmasin ke Banjarbaru.

Setelah kantor persiapan kotamadia Banjarbaru berumur hampir 2 tahun disertai persiapan segala usaha kearah terbentuknya kotamadia, disadari bahwa salah satu syarat pokok berotonomi belum dapat dipenuhi yaitu penghasilan keuangan daerah.

Sesuai dengan status kotamadia yang ingin dicapai, kemampuan keuangan ini baru bisa diatasi kalau Kota Banjarbaru sudah mulai berkembang, baik di bidang perdagangan, industri dan lain-lain. Setelah Panitia Penuntut Kotamadia melakukan musyawarah, diambil keputusan untuk memperjuangkan Banjarbaru pada tarap pertama status Kotamadia Adminstratif.

Dengan status Kota Administratif, maka Banjarbaru langsung menjadi eselon pemerintah dengan Provinsi Kalimantan Selatan dan pembiayaan Kota Banjarbaru langsung pula ditanggulangi oleh Pemerintah Tingkat I Kalimantan Selatan.

Keputusan tersebut disampaikan Panitia Penuntut dengan sebuah pernyataan pada Hari Ultah ke-2 Kantor Persiapan Kotamadia Banjarbaru, 21 Mei 1968 kepada Gubernur Kalimantan Selatan. Oleh Kepala Kantor Persiapan Kotamadia Banjarbaru diajukan pada Rapat Kerja Daerah Kabupaten Banjar pada tanggal 16-18 Maret 1968 dimana Rakerda menyetujui dan membuat pernyataan agar daerah Banjarbaru pada tahun 1968 ini juga menjadi Kota Administratif.

Bupati Kabupaten Banjar dengan suratnya tanggal 12 Juni 1968 No. I-A-1-1/3-68 kepada Gubernur Kalimantan Selatan mendukung tuntutan Panitia Penuntut tentang status Kotamadia Administratif Banjarbaru.

Gubernur Kalimantan Selatan, setelah menanggapi segala pernyataan dan perkembangan Persiapan Kotamadia Banjarbaru, dengan suratnya tanggal 26 Juli 1968 No. I-1-205-445 meminta pendapat serta pertimbangan dari DPRD Kalimantan Selatan tentang peningkatan Banjarbaru menjadi Kota Administratif.

DPRD Kalimantan Selatan menyetujui peningkatan status Banjarbaru sebagai Kota Administratif dengan Surat Keputusan tanggal 29 Juli 1968 No. 12/DPRD/KPT VII/1968. Berdasarkan persetujuan DPRD Kalimantan Selatan tersebut, Gubernur Kalimantan Selatan mengeluarkan Surat Keputusan tanggal 12 Agustus 1968 No. 57/I-1-205-612 tentang ditingkatkan Banjarbaru menjadi Kota Administratif.

Pada tanggal 17 Agustus 1968 bertempat di Banjarbaru oleh Bupati Kabupaten Banjar, diserahkan wewenang urusan pemda dan pemerintahan umum daerah Banjarbaru kepada Gubernur Kalimantan Selatan. Dengan demikian Kota Administratif Banjarbaru langsung diurus oleh Pemda Kalimantan Selatan. Tujuannya, agar mempermudah dan mempercepat pembinaan Kota Banjarbaru sebagai ibu kota Kalimantan Selatan. Masalah kenyataannya, setelah “ditangani” sekian Gubernur, sekian Bupati, dan 11 Wali Kota Administratif, barulah 23 tahun kemudian Banjarbaru baru berubah status menjadi kotamadia dengan “mimpi” sebagai ibu kota Kalimantan Selatan, itu tentu soal lain. Yang pasti, itulah kenyataan sejarah. Dan, hampir dapat dipastikan, bahwa setiap pejabat pasti merasakan dia sudah berbuat yang “terbaik”. Ini lelucon Abad Lalu.

Sebenarnya, Aberani Sulaiman dengan pidato berapi-api pernah menjanjikan: Selambat-lambatnya pada akhir tahun 1973, ibu kota provinsi Kalsel akan berpindah tempat dari Banjarmasin ke Banjarbaru.

Terlepas dari buaian semangat, untuk memimpin pelaksanaan pemerintahan Kota Administratif Banjarbaru, Gubernur Kalimantan Selatan menetapkan Baharuddin sebagai Kepala Kantor Persiapan Kotamadia Banjarbaru menjadi Pd. Wali Kota yang dapat bertindak atas nama Gubernur Kalimantan Selatan.

Sebagai Pembantu Wali Kota, a.n. Gubernur Kalimantan Selatan, tanggal 30 April 1969, berdasarkan SK No. I-1-1210, dibentuk Badan Penasihat Wali Kota yang terdiri dari:

  • A. Fadhillah, dari PNI sebagai anggota bidang Pemerintahan-Politik
  • M. Thamrin, B.Sc dari Partai NU sebagai anggota bidang Ekonomi-Pembangunan
  • R. Soeratman S. dari Partai Muslimin Indonesia sebagai anggota bidang Keuangan
  • A.M. Abdul Gais, dari Panitia Penuntut Kotamadia Banjarbaru sebagai anggota bidang Kesejahteraan Rakyat.
  • Kapt. A. Radiany, dari Sekber Golkar sebagai anggota bidang Pertahanan-Keamanan.

Pada tanggal 5 September 1968, Aberani Sulaiman meletakkan jabatannya sebagai Gubernur Kalimantan Selatan yang kemudian oleh pemerintah pusat ditunjuk M. Jamani sebagai Pejabat Gubernur Kalimantan Selatan. Pada masa Jamani, untuk melengkapi dan mendorong kegiatan para pemuda dibangun gedung Pemuda Kalimantan Selatan yang dibangun di Banjarbaru. Kemudian, diresmikanlah Kota Administratif Banjarbaru dengan pembentukan tiga kantor penghubung yaitu:

  1. Di Landasan Ulin, meliputi Landasan Ulin dan Desa Guntung Payung.
  2. Di Banjarbaru,meliputi Desa Loktabat, Banjarbaru Kota dan Desa Sungai Ulin/Sei Besar.
  3. Di Cempaka, meliputi Desa Cempaka/Sungai Tiung dan Desa Bangkal.

Sebagaimana telah diintrodusir pada awal bagian ini, setelah 23 tahun, setelah perjuangan panjang, dengan dilantiknya Akhmad Fakhrulli sebagai pejabat Wali Kota Banjarbaru oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid di Jakarta, 27 April 1999, Banjarbaru resmi menjadi Kotamadia (kota).

Ahkmad Fakhrulli yang berhasil “menggoalkan” Banjarbaru menjadi kotamadia, ternyata menjadi wali kota Banjarbaru hanya sekitar setahun. Sebab, DPRD Banjarbaru yang dibentuk semasa jabatan Fakhrulli melalui pemilihan demokratis pertama, memilih Rudy Resnawan menjadi wali kota pertama Banjarbaru, 12 April 2000. Dan era baru Banjarbaru baru dimulai.

Rujukan

  • Banjarbaru; Ersis Warmansyah Abbas, 2002

Read other articles:

مقاطعة درواز درواز موقع الإحداثيات 38°13′40″N 70°54′41″E / 38.227777777778°N 70.911388888889°E / 38.227777777778; 70.911388888889  تقسيم إداري  البلد أفغانستان  الولاية بدخشان الحكومة  النوع مجلس المقاطعة خصائص جغرافية ارتفاع 2147 متر  عدد السكان  تقدير ([بحاجة لمصدر]) 21,000 رمز

 

 

  هذه المقالة عن بنو حنيفة. لمعانٍ أخرى، طالع حنيفة (توضيح). بنو حنيفة قبيلة عدنانية من بكر بن وائل، تنسب إلى حنيفة بن لجم بن صعب بن علي بن بكر بن وائل،[1] كانت تقطن نواحي الحجاز ثم هاجرت مع من هاجر من بطون ربيعة واستقرت في إقليم اليمامة في الجزيرة العربية مما يسمى اليو...

 

 

Pemandangan Tempat Ziarah Bunda dari Lourdes dari kastil kota Basilika Maria Dikandung Tanpa Noda dan gua Maria Massabielle. Tempat Ziarah Bunda dari Lourdes dari tepi Gave de Pau. Tempat Ziarah Bunda Maria dari Lourdes (Prancis: Sanctuaire de Notre-Dame de Lourdes; bahasa Oksitan: Santuari de Nòstra Senhora de Lorda) adalah Gua Maria Katolik dan tempat ziarah yang didedikasikan untuk Bunda dari Lourdes di kota Lourdes, Hautes-Pyrénées, Prancis. Tempat kudus ini mencakup beberapa b...

Berry and plant Dwarf dangleberry Scientific classification Kingdom: Plantae Clade: Tracheophytes Clade: Angiosperms Clade: Eudicots Clade: Asterids Order: Ericales Family: Ericaceae Genus: Gaylussacia Species: G. nana Binomial name Gaylussacia nana(A. Gray) Small Synonyms[1][2] Decachaena nana (A. Gray) Small Decamerium nanum (A. Gray) Ashe Gaylussacia frondosa var. nana A. Gray 1886 Gaylussacia nana, the dwarf dangleberry or Confederate huckleberry, is a plant species n...

 

 

NASA program for launch vehicle support NASA's Exploration Ground Systems ProgramExploration Ground Systems logoProgram overviewCountryUnited StatesOrganizationNASAStatusOngoing NASA's Exploration Ground Systems (EGS) Program is one of three programs based at NASA's Kennedy Space Center in Florida. EGS was established to develop and operate the systems and facilities necessary to process and launch rockets and spacecraft during assembly, transport and launch.[1] EGS is preparing the i...

 

 

Dungeons & Dragons fictional campaign setting Forgotten RealmsTop: The Forgotten Realms logo (1987–1999)Bottom: Forgotten Realms logo (2000–present)DesignersEd GreenwoodPublication1987–currentGenresFantasyLanguagesEnglishMedia typeGame accessories, novels, role-playing video games, comic books Forgotten Realms is a campaign setting for the Dungeons & Dragons (D&D) fantasy role-playing game. Commonly referred to by players and game designers as The Realms, it was created by g...

У Вікіпедії є статті про інших людей із прізвищем Чорна. Марта Чорна Меморіальна таблиця на вул. Дорошенка, 50 у ЛьвовіНародилася невідомос. Гірне, нині Стрийський район, Львівська областьПомерла 23 травня 1943(1943-05-23)м. ЛьвівГромадянство  Українська держава (1941)Національн...

 

 

AméricaNama lengkapAmérica Futebol ClubeJulukanCoelho (Kelinci)Berdiri30 April 1912; 111 tahun lalu (1912-04-30)StadionEstádio Independência, Belo Horizonte(Kapasitas: 23,018)Ketua Marcos SalumPelatih kepala Paulo ComelliLigaCampeonato Brasileiro Série C2012Série B, 8th [[Perlengkapan pemain (sepak bola)|]] kandang [[Perlengkapan pemain (sepak bola)|]] tandang América Futebol Clube (dikenal sebagai América Mineiro atau hanya América) adalah tim sepak bola profesional asal Brasil...

 

 

2024 UEFA Champions League finalStadion Wembley di London akan menjadi tuan rumah final.TurnamenLiga Champions UEFA 2023–2024Tanggal1 Juni 2024 (2024-06-01)StadionStadion Santiago Bernabeu, Madrid← 2023 2025 → Final Liga Champions UEFA 2024 akan menjadi pertandingan final Liga Champions UEFA 2023–2024, musim ke-69 turnamen sepak bola klub utama Eropa yang diselenggarakan oleh UEFA, dan musim ke-32 sejak namanya diubah dari Piala Champions Eropa menjadi Liga Champions UEFA...

Canadian ice hockey player Ice hockey player Nick Kypreos Kypreos at the 2010 Winter OlympicsBorn (1966-06-04) June 4, 1966 (age 57)Toronto, Ontario, CanadaHeight 6 ft 0 in (183 cm)Weight 211 lb (96 kg; 15 st 1 lb)Position Left wingShot LeftPlayed for Washington CapitalsHartford WhalersNew York RangersToronto Maple LeafsNHL Draft UndraftedPlaying career 1986–1997 Nikos Nick Kypreos (born June 4, 1966) is a Canadian former professional ice hockey l...

 

 

Australian actor (born 1971) Murray BartlettBartlett in August 2008Born (1971-03-20) 20 March 1971 (age 52)Sydney, New South Wales, AustraliaEducationNational Institute of Dramatic Art (BFA)OccupationActorYears active1987–present Murray Bartlett (born 20 March 1971) is an Australian actor. He is best known for his roles as Dom Basaluzzo in the HBO comedy-drama series Looking (2014–2015), Mouse Tolliver in the Netflix revival of Tales of the City (2019), Armond in the first s...

 

 

Mahasthangarh.Bagian dari seri mengenai Sejarah Bangladesh Etimologi Garis waktu Tradisional Asal usul Kuno Neolitikum, c. 7600 – c. 3300 BCE Zaman Perunggu, c. 3300 – c. 1200 BCE Zaman Besi, c. 1200 – c. 200 BCE Janapada, c. 1200 – c. 600 BCE Kerajaan Pundra, c. 700 – c. 200 BCE Bengal dalam Mahabharata, c. 400 – c. 325 BCE Kerajaan Gangaridai, c. 350 – c. 325 BCE Kekaisaran Maurya, c. 325 – c. 185 BCE Kerajaan Samatata, c. 232 BCE – c. 800 AD Shunga-Kushan Period, c. 185 B...

South Korean actor For the singer, see Parc Jae-jung. In this Korean name, the family name is Park. Park Jae-jungBorn (1980-06-24) June 24, 1980 (age 43)Daegu, South KoreaEducationDongguk University - Business AdministrationOccupationActorYears active2007–presentAgentJF EntertainmentKorean nameHangul박재정Revised RomanizationBak Jae-jeongMcCune–ReischauerPak Chae-jŏng Park Jae-jung (born June 24, 1980) is a South Korean actor. He played the leading role in the television dra...

 

 

Protected area in Victoria, AustraliaLittle Desert National ParkVictoriaIUCN category II (national park) Little Desert National ParkNearest town or cityDimboolaCoordinates36°36′24″S 141°11′19″E / 36.60667°S 141.18861°E / -36.60667; 141.18861Established1988[1][2]Area1,326.47 km2 (512.2 sq mi)[3]Managing authoritiesParks VictoriaWebsiteLittle Desert National ParkSee alsoProtected areas of Victoria The Little Desert Natio...

 

 

1992 concert tour by Genesis This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: We Can't Dance Tour – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (January 2021) (Learn how and when to remove this template message) We Can't Dance TourTour by GenesisLocationNorth AmericaEuropeAssociated albumWe Can't DanceStart d...

2000 single by Bloodhound Gang The Ballad of Chasey LainSingle by Bloodhound Gangfrom the album Hooray for Boobies ReleasedFebruary 14, 2000 (2000-02-14)GenrePop-punkLength2:21LabelJimmy FranksGeffenSongwriter(s)Jimmy PopProducer(s)Jimmy PopBloodhound Gang singles chronology The Bad Touch (1999) The Ballad of Chasey Lain (2000) Mope (2000) The Ballad of Chasey Lain is a song by American comedy rock band Bloodhound Gang. It was released in February 2000 as the third single from ...

 

 

Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.Cari sumber: Pengurangan – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (Mei 2018) Operasi aritmetikalbs Penambahan (+) suku + suku yang ditambah + penambah tinambah + penambah } = {\displaystyle \scriptstyle \left.{...

 

 

Pierre's Ice Cream CompanyTypePrivateIndustryFoodsFounded1932FounderAlexander Pierre BassetHeadquartersCleveland, Ohio, United StatesKey peopleShelley Roth (President & CEO)ProductsIce creamFrozen yogurtSorbetWebsitewww.pierres.com Pierre's Ice Cream Company is a Cleveland-based ice cream company founded by Alex Basset in 1932.[1][2] History Pierre's Ice Cream Company first opened its store in 1932 at a chic East 82nd Street and Euclid Avenue. Fresh ice creams were prepare...

Voluntary aided sixth form college in Preston, Lancashire, EnglandCardinal Newman CollegeView of the college (2019)AddressLark Hill RoadPreston, Lancashire, PR1 4HDEnglandCoordinates53°45′24″N 2°41′16″W / 53.7566°N 2.6878°W / 53.7566; -2.6878InformationTypeVoluntary aided sixth form collegeReligious affiliation(s)Roman CatholicEstablished1978 (1978)Local authorityLancashire County CouncilDepartment for Education URN130745 TablesPrincipalNick BurnhamSta...

 

 

Liga Profesional de FútbolBadan yang mengaturAFANegaraArgentinaKonfederasiCONMEBOLDibentuk1891; 132 tahun lalu (1891)[1][2]Musim perdana1891Jumlah tim28 (2022)Tingkat pada piramida1Degradasi kePrimera B NacionalPiala domestikCopa ArgentinaSupercopa ArgentinaPiala ligaCopa de la SuperligaPiala internasionalCopa LibertadoresCopa SudamericanaJuara bertahan ligaRiver Plate (2021)Klub tersuksesRiver Plate (37 gelar) [3][4]Penampilan terbanyakHugo Gatti (765)&#...

 

 

Strategi Solo vs Squad di Free Fire: Cara Menang Mudah!