Gangottunga-taranga-ranjita-jata-maulindu-cudamanih. bhasvat-pankti-vibhuti-deha-vikasan nagendra-hara-dyutih. crimat-svanjali-koca-komala-karair dewais tu ya (s) stuyate. sa creyo bhavatam bhavo bhava-tamas suryo dadatv adbhutam.
(Ketika tahun ditandai dengan rasas, organ dan Veda (651 Saka) tahun saka telah berlalu, pada bulan Kartika Senin, hari ke tiga belas, ditengah hari yang cerah, di Bhadra yang dikenal sebagai Sthiranga, Raja Sanjaya yang termashur, demi menciptakan ketenangan bagi rakyatnya didirikanlah Lingga pada sebuah bukit dengan berbagai tanda keberuntungan).
Klausa-II:
(Semoga Siva matahari bagi dunia yang kelam memiliki perhiasan berbentuk bulan sabit berwarna menyerupai gelombang tinggi Gangga, memiliki kilau kalung berbentuk penguasa ular, memiliki dalam dirinya kemegahan sang pencerah (matahari) yang dipuji oleh para Deva dengan kelembutan telapak tangan mereka yang dilipat membentuk bejana, memberkatimu secara sempurna).
Klausa-III:
(Semoga dua teratai tak berdosa yang berada di kaki "Dia yang bermata tiga" (Siva) yang berulangkali diagungkan oleh para penguasa yang bijak, menunduk memberikan penghormatan demi keselamatan mereka di Surga yang diberikan kecupan oleh Para Deva seperti Deva Indra dan lainnya, dengan mahkota berlekuk mereka yang menyerupai lebah, dengan segera berganti warna karena cahaya yang berasal dari kuku-kuku yang berkilau menyerupai bunga teratai dan daun berwarna tembaga, memberkatimu selama-lamanya).
Klausa-IV:
(Semoga "Dia yang bermata tiga", penguasa para mahluk yang rambutnya berhiaskan bulan sabit, sumber segala keluhuran dan keindahan, berkenan memberikan kebesarannya terhadap pengunduran diri mereka, yang senantiasa menciptakan keajaiban, para yogi, yang memelihara dunia melalui delapan lekuk tubuhnya, karena belas kasihan dan atas dasar kepedulian, melindungi kita).
Klausa-V:
(Semoga Siva, Deva yang tak diputerakan dan guru keduniawian, yang memiliki tubuh berwarna keemasan dan ikatan rambut, yang menyerupai api yang membakar dirinya sendiri hingga cacat, yang telah menciptakan dan menyatukan hukum keduniawian dalam Pustaka Veda, yang merupakan sumber agama, kemakmuran duniawi dan permohonan, yang memiliki kaki serupa teratai, yang selalu dipuja oleh Para Deva, yang merupakan penguasa para Yogi dan yang dihormati oleh orang-orang bijak, memberikan dirimu kemuliaan).
Klausa-VI:
(Semoga Deva Sri (Vishnu) yang dari kejauhan tampak seperti Dewi Kekayaan dengan tatapan kemarahan dan kerutan kening, yang terbaring di tempat tidur berair dengan mata menyerupai kelopak teratai merah yang sedang bermeditasi, dan yang selalu dipuja oleh Para Deva demi melindungi mereka, memberikanmu kemakmuran).
Klausa-VII:
(Tersebutlah sebuah pulau yang indah bernama Yava (Java) yang tertandingi oleh yang lain, yang memiliki biji-bijian berlimpah seperti padi dan lainnya, yang terdapat tambang emas yang dimiliki oleh Para Deva, adalah merupakan tempat yang paling indah dan menawan, Kuil Siva yang mensejahterakan dunia, yang didirikan oleh sebuah keluarga, yang berasal dari tanah termashur Kunjarakunja).
Klausa-VIII:
(Di Pulau termashur bernama Yava tersebut, yang kemudian menjadi rumah bagi seorang lelaki dengan karakter kuat, Yang Utama dari seorang raja, dilahirkan dengan nama Sanna, sosok yang sangat tenar, yang diluar keterikatan terhadap rakyatnya, memerintah dengan cara yang tepat, melalui jalan damai, konsiliasi dan pemberian hadiah, seperti seorang ayah membesarkan anaknya, sosok yang musuh-musuh tunduk padanya, melindungi Bumi sepanjang waktu dengan keadilan seperti Manu).
Klausa-IX:
(Dalam keadaan ini, sementara Raja Sanna memerintah sebagai Dewi yang berkedudukan, dalam perjalanannya, dan dalam rangka menunaikan tugasnya, pergi menikmati kebahagiaan yang telah dikumpulkan oleh keluarganya, kemudian dunia dipisahkan dari dirinya, tenggelam dalam kesedihan karena kehilangan seorang pemimpin).
Klausa-X:
(Dia, yang naik tahta setelahnya, memiliki penguasaan dan kebaikan yang tiada tara, dan serupa dengan Gunung Meru. Dia berparas cerah seperti emas atau api yang menyala (seperti juga Gunung Meru yang berwarna putih), Ia memiliki lengan panjang, kaki yang besar dan kepala yang terangkat tinggi (seperti Gunung Meru dengan dasar yang besar dan puncak yang tinggi) yang di Bumi ini tiada penguasa lain yang menandingi keutamaan posisi dan keangkuhannya, yang hanya menyerupai gunung utama (Kulacala)).
Klausa-XI:
(Pengganti Raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh Raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha)).
Klausa-XII:
(Kesejahteraan, keamanan dan ketenteraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang).
Isi
Prasasti ini menceritakan tentang pendirian lingga (lambang Siwa) di desa Kunjarakunja oleh Sanjaya. Diceritakan pula bahwa yang menjadi raja mula-mula adalah Sanna, kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha, saudara perempuan Sanna.
Terjemahan bebas isi prasasti adalah sebagai berikut:[3]
Bait 1: Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung
Bait 2-6: Pujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu
Bait 7: Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa
Bait 8-9: Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung.
Bait 10-11: Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha)
Bait 12: Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang.
Kunjarakunja-desa dapat berarti "tanah dari pertapaan Kunjara", yang diidentifikasikan sebagai tempat pertapaan Resi Agastya, seorang maharesi Hindu yang dipuja di India selatan. Dalam epikRamayana, diceritakan bahwa Rama, Sinta, dan Laksmana mengunjungi pertapaan Agastya di gunung Kunjara.
Referensi
^ abRahardjo, Supratikno (2011). Peradaban Jawa: Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir, cet. 2, hlm. 482. Komunitas Bambu, Jakarta. ISBN 979-3731-90-7.
^Sumantri, Yeni Kurniawati. Rangkuman Materi Perkuliahan: Sejarah Indonesia Kuno. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.
Bacaan lanjutan
Damais, L.C., 1952, 'Etudes d'épigraphie indonésienne, III, Liste des principales inscriptions datées de 1'Indonésie', Bulletin de l'École Frangaise d'Extrême-Orient (Hanoi) XLVI: 1-103.
Dowson, J., 1957, A classical dictionary of Hindu mythology. London: Kegan Paul.
H. Kern, 1917, Verspreide Geschriften, deel VII. 's-Gravenhage: Nijhoff.
J.J. Ras, 1994, ‘Geschiedschrijving en de Legitimiteit van het Koningschap op Java' BKI 150-3 (1994): 518-38.