Medinilla speciosa f. rubriflora Hochr., Candollea
Medinilla speciosa var. minoriflora Hochr., Candollea
Parijata atau Parijoto (Medinilla speciosa)[1] adalah tumbuhan epifitmenahun dalam marga Medinilla, suku Melastomataceae.[2] Tanaman ini tidak memiliki subspesies.[3] Buahnya mengandung antioksidan dan beta-karoten dalam kadar yang signifikan, sehingga dipercaya akan meningkatkan kesuburan kehamilan.[4]
Etimologi
Nama genus Medinilla berasal dari nama gubernur Mauritius pada 1820 yaitu José de Medinilla y Pineda. Pada saat itu Mauritius dikenal sebagai Kepulauan Marianne.[5]
Sementara, nama “parijata” berasal dari sebuah tembang Jawa berjudul Sinom Parijoto Gending Jawa yang digunakan oleh Sunan Muria dan Sunan Kalijaga ketika menyebarkan agama Islam di Jawa. Bagi orang Jawa, Sinom Parijoto mengajak pada pengendalian nafsu; baik berupa keinginan marah, nafsu terhadap lawan jenis, keinginan bermalas-malasan, serta nafsu makan dan tidur.[6]
Deskripsi
Parijata merupakan tanaman semak epifit dengan ketinggian 0,45–1,2 meter.[7] Tumbuhan epifit hidup dengan menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya. Berbeda dengan parasit, tumbuhan epifit dapat hidup lepas tanpa tanah atau tumbuhan lain sebagai penyangga dan penyedia hara.[4] Parijata juga merupakan tumbuhan hijau abadi. Batang dan cabangnya berkayu berwarna hijau. Daun parijata berwarna hijau berbentuk lonjong dengan ujung lancip, sedangkan tulang daunnya melengkung.[7]
Parijata memiliki buah yang tersusun dalam malai yang besar dengan masing-masing buah berbentuk bulat kecil. Saat masih muda, buah berwarna merah muda dan semakin memerah keunguan saat masak.[7] Buah parijata memiliki rasa yang sepat dan asam.[8]
Persebaran dan habitat
Parijata tumbuh alami di Pulau Kalimantan, Filipina, dan Jawa pada awal abad ke-19. Ia dapat ditemukan di ketinggian Kinabalu di bagian utara pulau Kalimantan yang termasuk wilayah Malaysia. Sementara, di sekitar kepulauan Mauritius dan Filipina, parijata dikenal sebagai buah Medinilla. Persebaran parijata di Jawa berada di Pegunungan Muria dan Gunung Andong di Magelang. Beberapa literatur baru menunjukkan bahwa parijata juga tersebar di Sumatra, Sumbawa, Lombok, Sulawesi, dan Maluku.[9]
Parijata biasa ditemukan di hutan pegunungan yang teduh dan bertanah lembap dengan ketinggian antara 300 meter dan 750 meter dari permukaan laut.[4]
Legenda dan kepercayaan
Terdapat tradisi lisan yang menyebutkan bahwa parijata pertama kali ditanam oleh Sunan Muria. Kapal Dampo Awang yang karam di sekitar Pulau Muria menumpahkan muatan yang telah terkumpul dari berbagai pulau di kawasan perdagangan rempah Nusantara, salah satunya adalah biji parijata. Ceceran biji parijata kemudian diambil Sunan Muria dan ditanamnya di hutan Pegunungan Muria. Saat istri Sunan Muria, Nyai Sujinah (Dewi Ayu Nawangsih) hamil dan mengidam buah masam, Sunan Muria kemudian memerintahkan para santrinya untuk mencari buah di hutan Pegunungan Muria. Para santri tersebut kemudian pulang membawa buah parijata dan menyerahkannya kepada Sunan Muria.[10]
Buah parijata diyakini dapat menyuburkan kandungan pasangan yang sulit memiliki keturunan. Bagi ibu yang sedang hamil, parijata juga diyakini dapat menjadikan janin memiliki paras rupawan.[11]
Manfaat
Parijata biasa dimanfaatkan sebagai obat tradisional dengan cara direbus, direndam, atau dimakan langsung. Buah parijata mengandung antioksidan dan beta-karoten dalam kadar yang signifikan sehingga dipercaya akan meningkatkan kesuburan kehamilan. Selebihnya, parijata juga dapat digunakan untuk membantu penanganan penyakit diare dan sariawan, serta dipakai sebagai anti-inflamasi, antikanker, dan antibakteri.[4]
Galeri
Tanaman Medinilla speciosa
Bunga Medinilla speciosa
Kembang dan daun Medinilla speciosa
Kembang Medinilla speciosa
Referensi
^Blume in Van Hall, 1831 In: Bijdr. Natuurk. Wetensch., Vol.: 6 p. 256
^Gledhill, D. (2008). The Names of Plants (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 253. ISBN978-0-521-86645-3.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Faza, Muhammad Iqbal (2021). "Konsep Pelestarian Alam melalui Kebudayaan dan Kearifan Lokal Masyarakat Colo". Dalam Masruri, Bukhori. Benantara (dalam bahasa Indonesia). Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN978-602-481-654-4.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)