Nagari ini masuk dalam daftar 100 desa terbaik menurut Provinsi dan Kabupaten di Indonesia tahun 2018 yang dikeluarkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.[4]
Sejarah
Tidak diketahui pasti siapa yang memberi nama kota ini Painan. Namun menurut masyarakat setempat, nama Painan berasal dari kata paik nian dalam bahasa Minang yang berarti "pahit sekali". Kata paik nian sendiri diperkirakan berasal dari ucapan masyarakat pendatang yang merasakan pahitnya kehidupan di daerah Painan.
Surau yang merupakan lembaga pendidikan agama di Minangkabau didirikan di Painan pada tahun 1523.
Perjanjian Painan yang diprakarsai oleh Groenewegen pada tahun 1663 telah membuka pintu bagi Belanda untuk mendirikan kantor perwakilan mereka di kota Padang, selain di Tiku dan Pariaman. Namun keinginan Belanda ini ditolak oleh penguasa kota Padang sehingga mereka memutuskan untuk mendirikan kantor di Painan tepatnya di Pulau Cingkuak, di mana sejak saat itu pulau tersebut sempat jaya sebagai pelabuhankapal internasional. Dalam Perjanjian Painan juga disebutkan mengenai keharusan para pemimpin adat di pesisir Sumatera Barat untuk menyuplai lada bagi para pedagang Belanda.[5]
Geografi
Painan diapit oleh dua aliran sungai yaitu Sungai Batang Pinang Gadang dan Sungai Batang Pinang Ketek. Sungai ini berasal dari Timbulun yang mempunyai air terjun sebanyak tujuh tingkat. Melalui Timbulun ini kota Painan dapat dilalui ke Alahan Panjang. Aliran sungai ini bermuara ke pantai Carocok dan pantai Muaro Painan. Dan keduanya menuju ke Teluk Painan yang sangat tenang karena diapit juga oleh Bukit Langkisau dan Pincuran Boga. Nama Langkisau diambil dari gerakan angin yang berkisar di antara dua bukit yang mengapit kota Painan.
Di Teluk Painan terdapat sebuah pulau bernama Batu Kereta, yang apabila pasang surut akan menyatu dengan daratan Painan. Pulau tersebut dinamaan Pulau Batu Kereta karena konon di puncaknya terdapat sebuah batu yang mirip sepeda ("kereta" dalam bahasa setempat). Berjarak sekitar 800 meter dari Pulau Batu Kereta terdapat sebuah pulau kecil bernama Pulau Cingkuk, yang hanya dihuni oleh seorang penjaga. Di pulau ini terdapat sisa-sisa sebuah benteng peninggalan Belanda. Selain sering digunakan sebagai tempat memancing, pulau ini juga menjadi objek wisata favorit bagi turis.
Agak jauh dari Pulau Cingkuk, sekitar 30 menit menggunakan speedboat, terdapat pulau Aur kecil dan Pulau Aur besar. Sayang, Pulau Aur besar tidak bisa dikunjungi, karena konon katanya di pulau ini berdiam sekelompok kera ganas. Sekitar 30 menit naik speedboat dari Pulau Aur terdapat Pulau Penyu. Di pulau ini terdapat penangkaran penyu dan juga tempat penyu bertelur. Di Pulau ini pula terdapat bentengPortugis.
Iklim
Painan memiliki iklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan tinggi hingga sangat tinggi sepanjang tahun.
^Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2018). "Daftar 100 Desa Terbaik Tahun 2018"(PDF). www.bulelengkab.go.id. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2019-10-30. Diakses tanggal 30-10-2019.Periksa nilai tanggal di: |access-date= (bantuan)