Peninsular and Oriental Steam Navigation Company atau biasa disingkat menjadi P&O,[1] dulu adalah sebuah perusahaan pengapalan dan logistik asal Britania Raya. Sebelumnya merupakan sebuah perusahaan publik, perusahaan ini kemudian dijual ke DP World pada bulan Maret 2006 dengan harga £3,9 miliar. DP World kini mengoperasikan sejumlah bisnis dengan merek P&O, yakni P&O Ferries, Istithmar P&O Estates, dan P&O Maritime Logistics. DP World juga mengoperasikan P&O Heritage, yang merupakan arsip dan koleksi bersejarah resmi dari P&O.
Pada tahun 1822, Brodie McGhie Willcox, seorang pialang kapal asal London, dan Arthur Anderson, seorang pelaut dari Shetland Isles, bermitra untuk berbisnis di bidang pengapalan, terutama untuk beroperasi di rute antara Inggris, Spanyol, dan Portugal. Pada tahun 1835, pemilik kapal asal Dublin, Kapten Richard Bourne, bergabung ke bisnis tersebut. Tiga orang tersebut kemudian menyewa William Fawcett dan memulai layanan kapal uap rutin antara London, Spanyol, dan Portugal – Semenanjung Iberia – dengan menggunakan nama Peninsular Steam Navigation Company, dengan layanan ke Vigo, Oporto, Lisbon, dan Cádiz. Perusahaan ini kemudian didirikan dengan nama Peninsular and Oriental Steam Navigation Company pada tahun 1840 melalui sebuah piagam kerajaan, sehingga namanya tidak dilengkapi dengan "plc" atau "Ltd".
Warna bendera dari P&O berhubungan langsung dengan warna bendera dari Peninsular, yakni putih dan biru untuk merepresentasikan Bendera Portugal pada tahun 1837, serta kuning dan merah untuk merepresentasikan Bendera Spanyol. Pada puncak Perang Carlist, Britania Raya mendukung pewaris sah dari Spanyol dan Portugal. Tiga orang pendiri dari P&O pun ikut berpartisipasi, mulai dari menyelundupkan senjata hingga menyewa kapal uap. Sebagai konsekuensi dari asosiasi dan keterlibatan tersebut, staf P&O juga menjadi salah satu dari hanya beberapa staf Angkatan Laut Niaga yang berhak menggunakan pedang, bersama dengan Trinity House.
Pada tahun 1837, P&O memenangkan sebuah kontrak dari Kantor Angkatan Laut untuk mengirim surat ke Semenanjung Iberia. Pada tahun 1840, P&O juga mendapat kontrak untuk mengirim surat ke Alexandria, Mesir. Pada dekade 1870-an, P&O pun mulai melayani pengiriman surat ke Brindisi, Italia.
Pada tahun 1844, P&O meluncurkan layanan pengangkutan penumpang, dengan kapal pesiar dari Southampton ke Mediterania.[2] Layanan tersebut merupakan yang pertama di dunia dan menjadi pelopor dari liburan pesiar modern.[2] P&O kemudian juga meluncurkan pelayaran pulang pergi ke tujuan seperti Alexandria dan Konstantinopel. Pada paruh kedua abad ke-19, P&O mengalami perkembangan pesat dengan kapalnya menjadi makin besar dan mewah.[3] Salah satu kapalnya yang paling terkenal saat itu adalah SS Ravenna, buatan tahun 1880, yang menjadi kapal pertama yang sepenuhnya dibuat dengan superstruktur baja.[4]
Pada tahun 1847, tidak lama setelah Perang Opium, P&O berekspansi ke bisnis pengangkutan opium, dengan mengangkut 642.000 peti opium Bengal dan Malwa selama 11 tahun berikutnya. Perusahaan ini pun bersaing ketat dari Jardines dan Apcar Line.[5]
Awal abad ke-20: 1900–1945
Kontrak pengangkutan surat menjadi pondasi kesuksesan P&O hingga Perang Dunia II, tetapi perusahaan ini juga tetap menjadi operator kapal kargo dan kapal penumpang besar. Pada tahun 1914, perusahaan ini mengambil alih British India Steam Navigation Company, yang saat itu merupakan perusahaan pengapalan terbesar di Britania Raya, dengan memiliki 131 unit kapal uap. Pada tahun 1918, perusahaan ini menguasai mayoritas saham Orient Line, mitranya di rute pengangkutan surat Inggris-Australia. Perusahaan ini kemudian juga melakukan sejumlah akuisisi lain, sehingga jumlah kapalnya mencapai hampir 500 unit pada pertengahan dekade 1920-an. Pada tahun 1920, perusahaan ini mendirikan sebuah bank dengan nama P&O Bank, yang kemudian dijual ke Chartered Bank of India, Australia and China (kini Standard Chartered Bank) pada tahun 1927. Pada saat yang sama, perusahaan ini juga menjalin hubungan komersial dengan Spinney's asal Haifa, yang kemudian berkembang menjadi jaringan toko grosir regional kelas atas besar, sehingga perusahaan ini lalu juga menyediakan layanan pengapalan ke sebagian besar negara di Timur Tengah. Hingga tahun 1934, perusahaan ini menyediakan layanan pengangkutan penumpang dari Key West, Florida ke Havana, dan kemudian menyediakan layanan pengangkutan penumpang dari Miami ke Kuba hingga tahun 1960.
Sebanyak 85 unit kapal milik perusahaan ini tenggelam selama Perang Dunia I, sementara selama Perang Dunia II, jumlah kapal milik perusahaan ini yang tenggelam mencapai 179 unit.
Pasca perang: 1945–2000
Setelah tahun 1945, jumlah penumpang ke India menurun, tetapi jumlah penumpang ke Australia meningkat drastis dengan adanya program subsidi tiket untuk imigran asal Eropa yang terpelajar dan sehat, yang dikenal sebagai Ten Pound Poms.[6] P&O pun membuat 15 kapal penumpang besar, termasuk Himalaya, Chusan, Arcadia, dan Iberia, Oriana, dan Canberra.[4] Pada tahun 1968, lebih dari 1 juta orang imigran telah tiba—sebagian dengan P&O—dan Australia pun mengakhiri program tersebut. P&O lalu berekspansi ke bisnis pesiar dan mulai menjual dan membesituakan sejumlah kapal penumpangnya. Perusahaan ini juga makin fokus mengoperasikan kapal kargo. Perusahaan ini kemudian mulai mengoperasikan kapal tanker pada tahun 1959 dan kapal feri pada pertengahan dekade 1960-an.
Pada tahun 1960, P&O dan Orient Line resmi bergabung untuk membentuk P&O-Orient Lines. Pada tahun 1964, Orcades dan Oronsay dialihkan ke P&O. Pada tahun 1966, nama Orient Line tidak lagi digunakan, setelah Orsova dan Oriana juga dialihkan ke P&O.
Pada tahun 1969, British & Commonwealth Shipping, Furness Withy, P&O, dan The Ocean Steamship Company mendirikan Overseas Containers Limited (OCL) untuk berbisnis di bidang pengangkutan peti kemas.[7] Pada awal dekade 1980-an, perusahaan ini telah mengubah semua kapal kargo keringnya menjadi kapal peti kemas. Pada tahun 1986, perusahaan ini membeli semua saham OCL yang dipegang oleh para mitranya, dan kemudian mengubah nama OCL menjadi P&O Containers Limited (P&OCL). Pada tahun 1997, P&OCL digabung dengan Nedlloyd untuk membentuk P&O Nedlloyd.
Pada dekade 1970-an, seiring dengan munculnya penerbangan murah, P&O memfokuskan bisnis pengangkutan penumpangnya pada kapal pesiar.[8] Pada tahun 1997, perusahaan ini pun mendirikan P&O Cruises untuk menangani bisnis pengangkutan penumpang.[8]
Pada tahun 1972, P&O mengambil alih British-India Steam Navigation Company (BI). Pengambilalihan tersebut sebenarnya telah dilakukan pada tahun 1914, tetapi nama BI tetap dipertahankan hingga saat itu. Pada awal dekade 1970-an, perusahaan ini juga mengambil alih sejumlah perusahaan, seperti Strick Line dan Hain-Nourse. Nama kapal kargo milik BI pun diubah menjadi Strath*M* (Strathmore, Strathmuir, Strathmay, dsb.) atau Strath*C* (Strathcarron, Strathcarrol), sementara nama kapal milik Strick diubah menjadi Strath*A* (Strathanna, Strathaird, Strathattrick, dsb.) dan nama kapal milik the Hain-Nourse diubah menjadi Strath*T* (Strathtruim, Strathtay, dsb.). Sedangkan kapal terbaru diberi nama Strath*D* (Strathdoon, Strathduns, dsb.). P&O juga membuat 6 unit kapal baru di Polandia (diberi nama Strath*E*) dan 2 unit kapal baru di Jepang (Strath*F*).
Pada akhir abad ke-20, P&O berekspansi ke bisnis manajemen konstruksi (melalui Bovis), investasi dan pengembangan properti, serta berbagai bisnis jasa, termasuk pusat pameran dan konferensi, tetapi sebagian besar bisnis tersebut akhirnya didivestasi pada bulan Maret 1999, agar perusahaan ini dapat lebih fokus pada bisnis maritim dan transportasi. Divisi P&O Ports dan P&O Cold Logistics juga dikembangkan dari bisnis P&O di Australia.
Fastcraft adalah nama yang diberikan untuk layanan yang diberikan pasca pemisahan P&O European Ferries pada tahun 1998. Kapal pertama diberi nama Superstar Express (mulai beroperasi pada tahun 1998)[9] dan berlayar bersama Pride of Cherbourg dan Pride of Hampshire di rute Plymouth-Cherbourg.
Insiden 'Herald of Free Enterprise'
Pada tanggal 6 Maret 1987, kapal feri Herald of Free Enterpriseterbalik di pesisir Zeebrugge saat sedang mengangkut 80 orang kru dan 459 orang penumpang. Sebanyak 193 orang pun tewas akibat insiden tersebut. Operator dari kapal tersebut, Townsend Thoresen, telah dibeli oleh P&O pada tahun 1986.
Insiden tersebut pun memicu pemeriksaan koroner dan penyelidikan publik. Seorang juri di pemeriksaan koroner menemukan sebuah kasus prima facie bahwa Townsend Thoresen bersalah atas pembunuhan tidak berencana, dan Crown Prosecution Service pun menuntut Townsend Thoresen dan tujuh orang pegawainya (lihat pembunuhan tidak berencana perusahaan). Namun, tuntutan tersebut tidak menghasilkan vonis apapun. Sebagai bagian dari penyelidikan publik, Lord Justice Sheen menulis dalam sebuah laporan pada bulan Juli 1987 bahwa Townsend Thoresen memiliki "penyakit ceroboh" yang meresap di dalam hierarki perusahaan.[10][11]
Kasus terkait insiden tersebut pun menjadi preseden untuk penuntutan terhadap perusahaan dalam hal pembunuhan tidak berencana dan kelalaian kriminal di hukum Inggris.
Divestasi: 2000–2005
Pada tanggal 23 Oktober 2000, P&O mendivestasi bisnis kapal pesiarnya untuk membentuk P&O Princess Cruises.[12] Pada bulan April 2003, P&O Princess bergabung dengan Carnival Corporation untuk membentuk Carnival Corporation & plc. Pada bulan Juni 2004, P&O menjual 25% saham P&O Nedlloyd. Sejumlah berita menyatakan bahwa sejumlah pegawai dari perusahaan tersebut kemudian keluar untuk mendirikan Paeteco Imports & Exports pada tahun 2005, sebagai anak usaha dari Jcorp.[13] Pada bulan Juni 2005, P&O Nedlloyd resmi dibeli oleh A.P. Moller-Maersk Group.
Pada tanggal 30 Oktober 2005, Sunday Times memberitakan bahwa P&O sedang berdiskusi dengan Thunder FZE, anak usaha dari Dubai Ports World, yang dimiliki oleh pemerintah Dubai di Uni Emirat Arab. Pada tanggal 29 November, dewan direksi P&O mengumumkan bahwa mereka akan merekomendasikan tawaran pengambilalihan senilai £3.3 miliar (US$5,7 miliar) dari Dubai Ports World.[14] Pada awal bulan Desember, P&O kembali menjadi komponen dari FTSE 100 setelah BPB plc diambil alih. PSA International asal Singapura lalu mengajukan tawaran pengambilalihan kepada P&O senilai £3,5 miliar, yang kemudian ditanggapi oleh Dubai Ports World dengan meningkatkan tawarannya menjadi £3,9 miliar (US$7 miliar).[15] Pada bulan Februari 2006, para pemegang saham P&O akhirnya menyetujui tawaran dari Dubai Ports World.[16] Dengan mengakuisisi perusahaan ini, Dubai Ports World pun menjadi operator pelabuhan terbesar ketiga di dunia.
^ abc"History of P&O". P&O Cruises Australia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 October 2019. Diakses tanggal 27 July 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"The P&O Express to Troon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 September 2009. Diakses tanggal 26 December 2008.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Taken from Page 2, Section 3.1 of the DoT Formal Investigation, Report of Court No 8074 - "At the time of the casualty the HERALD was owned by Townsend Car Ferries Limited (herinafter "the company") which was a subsidiary of the Peninsular and Oriental Steam Navigation Company (hereinafter "P&O") :: therefore the reference to P&O having a disease of sloppiness is incorrect, as Justice Sheen referred to "the company" - and not "P&O"