Gus Chamzah lahir pada 3 November 1966 di Banjarnegara, Jawa Tengah. Ia adalah anak kedua dari pasangan KH Muhammad Hasan dan NyaiHj. Marfu’ah Hasan.[2]Lingkungan pesantren yang menjadi tempat ia tumbuh berperan besar dalam pembentukan karakter dan pengetahuannya.
Gus Chamzah dikenal sebagai salah satu murid dari KH Maimoen Zubair, seorang ulama terkenal dari Sarang, Rembang. Ia menjalin hubungan erat dengan gurunya dan dikenal memegang teguh tradisi menghormati guru (ta’dzim). Prinsip ini tetap dipegangnya bahkan setelah menyelesaikan masa belajar di pesantren.[4]
Kepemimpinan di Pondok Pesantren
Pada tahun 2007, Gus Chamzah mulai memimpin Pondok Pesantren Tanbihul Ghofiliin menggantikan ayahnya, KH Muhammad Hasan, yang telah wafat. Di bawah kepemimpinannya, pesantren terus berkembang, baik dari segi jumlah santri maupun fasilitas yang tersedia.[3]
Pengajian rutin, seperti Pengajian Ahad Kliwon, tetap dilanjutkan untuk memberikan akses pembelajaran agama kepada masyarakat. Pesantren ini juga menjadi pusat kegiatan dakwah di wilayah Banjarnegara dan sekitarnya.[5]
Pengembangan Lembaga Pendidikan
Pada tahun 2010, KH Muhammad Chamzah Hasan mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebagai bagian dari upaya memperluas akses pendidikan formal yang berbasis agama. Pada tahun berikutnya, ia mendirikan Madrasah Aliyah (MA), dan pada tahun 2019, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tanbihul Ghofiliin mulai beroperasi.[6]
Selain mengelola pesantren, Gus Chamzah juga aktif dalam organisasi sosial dan keagamaan. Ia menjabat sebagai Ketua Santri Gayeng Nusantara (SGN) Jawa Tengah, sebuah organisasi santri, atas arahan H.Taj Yasin Maimoen, Wakil Gubernur Jawa Tengah.[4]