Mufti Haji Muhammad Arsyad bin Mufti Haji Muhammad As'ad yang dikenal dengan sebutan Tuan Mufti Arsyad Lamak adalah seorang ulama dan buyut dari Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari dari garis neneknya yang bernama Syarifah binti Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.[1]
Keluarga
Mufti Haji Muhammad Arsyad menikah dengan beberapa orang perempuan, yaitu:
Ummu Salamah binti Mufti H. Ahmad di Martapura. Dari isteri inilah Mufti Lamak mendapat tujuh orang anak, tiga orang putra dan empat orang putri, yaitu:
Tuan Mufti disayang oleh saudara-saudaranya, terutama adiknya yang bernama Haji Sa’duddin, yang meninggal di Taniran, Kandangan (Kubah Taniran). Sejak wafatnya Tuan Mufti Lamak, sang adikpun jarang sekali pulang ke Martapura, karena ia merasa benar-benar kehilangan atas kepergian kakak tercintanya.
Belajar di Makkah
Muhammad Arsyad belajar di Tanah suci Mekkah beberapa tahun lamanya, dan di antara guru-gurunya adalah:
Setibanya dari Mekkah, ia diangkat oleh Sultan Banjar menjadi Mufti di kerajaan Banjar.
Sifat dan Karakter
Selain sebagai ulama ia juga dikenal sebagai seorang pahlawan, seorang ulama yang berani menegakkan yang hak dan memberantas yang batil, kasih sayang terhadap sesamanya, lemah lembut dalam berbicara, pemurah, adil terhadap yang benar dank keras terhadap orang yang berbuat salah, sehingga kasihlah semua lapisan masyarakat dan para pejabat atas dirinya.
Ia selalu menegakkan dan menjalankan paham Ahlus Sunah wal Jamaah dan menegakkan prinsip amar ma'ruf nahi munkar (menyerukan untuk berbuat kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran).
Mengajar Agama
Di samping jabatannya sebagai mufti di Kerajaan Banjar, ia juga mengajar dalam berbagai ilmu agama. Di antara muridnya adalah Sultan Adam al-Watsiq Billah.
Wafat
Pada masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam, yang memerintah sekitar tahun 1857-1859 M (1274-1276 H), Tuan Mufti Lamak bercita-cita akan pergi ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sebelum ia pergi -sebagai perwujudan sifat-sifatnya yang selalu menghormati dan memuliakan saudara tuanya dan rasa kasih sayangnya terhadap kakak- ia mengunjungi kakak tertuanya H. Abu Thalhah, seorang yang sangat berilmu yang saat itu menetap di Pagatan. Namun, setibanya ia di Pagatan, ia mendapat sakit yang membawanya sampai meninggal dunia. Tuan Mufti Lamak di makamkan di Pagatan, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Menurut catatan H. Ismail Khatib, seorang yang berilmu dan mulia, Tuan Mufti Lamak wafat pada hari Sabtu, 23 Rabiul Awwal 1275 H dii masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam, sekitar 48 tahun setelah wafatnya Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari yang wafat pada 6 Syawwal 1227 H.
Makamnya dibuatkan kubah oleh cucunya, Mufti Indragiri, Riau, KH.Abdur Rahman Shiddiq. Selanjutnya kubah dipugar dan direnovasi kembali menjadi bangunan permanen oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru. Kubah Tuan Mufti Lamak saat ini masuk wilayah pemekaran Kabupaten Tanah Bumbu (sebelumnya berada di wilayah Kabupaten Kotabaru) dan dikenal dengan sebut Kubah Pagatan.[3]