Pencetus dan pemikir utama Marxisme, Karl Marx, memiliki sikap yang ambivalen terhadap agama. Marx terutama memandang agama sebagai "candu" yang dimanfaatkan oleh kelas penguasa untuk memberikan harapan palsu bagi kelas buruh, tetapi di lain pihak, ia juga memandangnya sebagai bentuk protes kelas buruh terhadap keadaan ekonomi mereka yang buruk.[1] Ujung-ujungnya, Marx menolak keberadaan agama.[1]
Vladimir Lenin dalam Tulisannya "Sosialisme dan Agama",[2] mengatakan bahwa "Agama harus dinyatakan sebagai urusan pribadi." Lenin meminta agar agama dipahami sebagai sebuah persoalan pribadi dan tidak menjadi perhatian negara. Menurut Lenin, setiap orang sudah seharusnya bebas mutlak menentukan agama apa yang dianutnya, atau bahkan tanpa agama sekalipun, yaitu, menjadi seorang atheis. Namun, Diskriminasi di antara para warga sehubungan dengan keyakinan agamanya sama sekali tidak dapat ditolerir oleh negara. Dalam tulisannya ini pula Lenin menginginkan agar penyebutan agama seseorang di dalam dokumen dibatasi.
Referensi
^ abRaines, John. 2002. "Introduction". Marx on Religion (Marx, Karl). Philadelphia: Temple University Press.