Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Kerajaaan Soppeng bermula dengan kedatangan To Manurung ri Sekkanyili yaitu La Temmamala dan We Tenripuppu Manurungnge ri GoariE kemudian membentuk kedatuan Soppeng Riaja dan kedatuan Soppeng ri Lau, lalu para pemangku adat sepakat menikahkan mereka, untuk menyatukan dua kerajaan mereka yang berbeda. Sebelumnya, Soppeng dipimpin oleh 60 matoa atau pemuka masyarakat yang berdiri sendiri dan aturannya hanya berlaku untuk kelompoknya sendiri. Antara satu matoa dan matoa lainya tidak tersinergi sehingga terjadi ketidakseimbangan kehidupan sosial masyarakat karena yang kuat menguasai yang lemah atau istilah populernya dalam bahasa bugis, sianre bale taue.
Sejarah
Soppeng adalah sebuah wanua kecil dimana dalam buku-buku lontara terdapat catatan tentang raja-raja yg pernah memerintah sampai berakhirnya status daerah Swapraja. Sejarah Soppeng awal adalah sejarah Soppeng ri Aja: Kerajaan atau Kedatuan (bukan Kesultanan) Soppeng didirikan c.1550 oleh La Mataesso dari Soppeng ri Aja, Soppeng ri Lau, dan tanah Cina di Lembah Walennae yang disita oleh La Malaesso. Satu hal menarik sekali dalam lontara tersebut bahwa bahwa jauh sebelum terbentuknya Kerajaan Soppeng telah ada kekuasaan yang mengatur jalannya Pemerintahan yang berdasarkan kesepakatan 60 Pemuka Masyarakat, hal ini dilihat dari jumlah Arung, Sullewatang, Paddanreng, dan Pabbicara yang mempunyai daerah kekuasaan sendiri yang dikoordini olih lili-lili. Namun suatu waktu terjadi suatu musim kemarau disana sini timbul huru-hara, kekacauan sehingga kemiskinan dan kemelaratan terjadi dimana-mana olehnya itu 60 Pemuka Masyarakat bersepakat untuk mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi semua masalah tersebut. Tampil Arung Bila mengambil inisiatif mengadakan musyawarah besar yang dihadiri 30 orang matoa dari Soppeng Riaja dan 30 orang Matoa dari Soppeng Rilau, sementara musyawarah berlangsung, seekor burung kakak tua terbang mengganggu diantara para hadirin dan Arung Bila memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan mengikuti kemana mereka terbang. Burung Kakak Tua tersebut akhirnya sampai di Sekkanyili dan ditempat inilah ditemukan seorang berpakaian indah sementara duduk diatas batu, yang bergelar Manurungnge Ri Sekkanyili atau La Temmamala sebagai pemimpin yang diikuti dengan IKRAR, ikrar tersebut terjadi antara La Temmamala dengan rakyat Soppeng. Demikianlah komitmen yang lahir antara Latemmamala dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah Latemmamala menerima pengangkatan dengan Gelar Datu Soppeng, sekaligus sebagai awal terbentuknya Kerajaan Soppeng. Kerajaan ini merupakan cikal bakal dari Kabupaten Soppeng.
Daftar Raja/ Datu Soppeng
Nama-nama Raja yang pernah memerintah di Kerajaan Soppeng
LA MARACINNA
LA BANG
WE TEKKAWANUA
LA MAKKANENGNGA
LA KARELLA
LA PAWISENG
LA PASAMPOI
LA MANUSA
LA DE
LA SEKATI
LA MATAESSO
LA MAPPALEPPE
BEOE
LA TENRI BALI
WE ADANG
TENRI SENGE
LA PATAU
LA PADA SEJATI
LA PAREPPA
LA PADA SEJATI
BATARA RI TOJA
LA UDDANG RI LAU
BATARA RI TOJA
LA TEMMA SENGE
LA TONGENGE
LA MAPPAJANCI
LA MAPPAPOLEONRO
TENRI AWARU TENRI AMPARENG
LA UNRU
LA ONRONG
TO LEMPENG
ABD. GANI
ST. SAINAB
H. ANDI WANA
TOMANURUNG RI SEKKANYILI
DATU SOPPENG RI AJA DATUSOPPENG RI AJA
DATUSOPPENG RI AJA DATUSOPPENG RI AJA DATUSOPPENG RI AJA DATUSOPPENG RI AJA
SOROMPALIE DATUSOPPENG RI AJA
MABOLONGNGE, BASO, DATUSOPPENG RI AJA
MALLAJANGNGE RI AGELLANG SOPPENG RI AJA
PUANG LIPUE PATOLAE PENDIRI SOPPENG
PATOLAE
PATOLAE
MATINROE RI RIADDATUNNA
MATINTOE RI MADELLO
MATINROE RI SALASSANA
RANRENG TOA MATINROE RI NAGA MATINROE RI BEULA
MATINROE RI SOMBA OPU
MATINROE RI BEULA
MATINROE RI LUWU
MATINROE RI MUSUNA
MATINROE RI LUWU
MATINROE RI MALLIMONGAN
MATINROE RI LAUNA
MATINROE RI LAUNA
MATINROE RI LAUNA
MATINROE RI LAUNA
MATINROE RI BARUGANA
MATINROE RI TENGNGANA SOPPENG
MATINROE RI TENGNGANA SOPPENG
MATINROE RI TENGNGANA SOPPENG
MATINROE RI PAKKASALOE
MATINROE RI PAKKASALOE
MATINROE RI PAKKASALOE
DATU MARIORIAWA
MYTOS
awal Abad 15 awal Abad 15 tengah Abad 15 tengah Abad 15 tengah Abad 15 akhir Abad 16 akhir Abad 16
awal C16
awal C16 tengah C16 tengah C16 akhir C16 awal C17
1620-1654
1654-1666
1666-1696
1696-1714
1714-1721
1721-1727
1722-1727
1727-1737
1737-1742
1742-1744
1744-1746
1746-1747
1747-1765
1765-1820
1820-1840
1840-1849
1849-1850
1850-1858
1858-1878
1878-1895
1895-1940
1940-19
Persekutuan Tellumpoccoé
Keadaan politik di Sulawesi Selatan dengan dominasi Gowa pada sekitar akhir abad ke-16, maka pada tahun 1582, Bone, Wajo dan Soppeng menyepakati pakta pertahanan bersama yang dikenal sebagai Perjanjian Timurung. Persekutuan ketiga negeri Bugis ini juga dikenal sebagai Tellumpoccoé ('Tiga Puncak') atau Lamumpatue ri Timurung. Hubungan antara negeri-negeri anggota persekutuan digambarkan serupa kakak-beradik; Bone sebagai si sulung, Wajo sebagai saudara tengah, dan Soppeng sebagai bungsunya. Memasuki awal abad ke.18, Perjanjian Tellumpoccoe tigakali mengalami pembaharuan. Pembaharuan pertama terjadi pada 1708 Masehi. Pembaharuan perjanjian ini tidak diketahui dengan pasti waktu diadakannya dan dalam rangka apa sehingga dilakukan pembaharuan. Pembaharuan kedua adalah terjadi pada 1121 Hijriah, dalam perjanjian ini ikut serta Cenrana dan diadakan di istana Latimojong. Tellumpoccoe kembali memperbaharui perjanjiannya yang ketiga agar tidak saling mencelakai. Secara prinsip, isi dari tiga kali pembaharuan Perjanjian Tellumpoccoe, hanyalah saling mengingatkan saja tentang apa yang telah disepakati oleh leluhur mereka pada waktu yang lalu. Setiap kali pembaharuan perjanjian itu dilakukan biasanya karena terjadi kesalahpahaman di antara mereka (Tellumpoccoe), sehingga untuk mengatasinya agar tidak berlarut-larut maka mereka saling mengingatkan untuk kembali kepada perjanjian Tellumpoccoe.
Referensi
Caldwell, I and Kathryn, W. (2017). Finding Cina: A new paradigm for early Bugis history. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 173(2): 296-324.
Killa, S. dkk (2018). Soppeng: Dari Tomanurung Hingga Penjajahan Belanda. Pustaka Refleksi, Makassar.
Mappangara, S. (2014). Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582: Tindak-Balas Kerajaan Gowa terhadap Persekutuan Tiga Kerajaan di Sulawesi Selatan. SOSIOHUMANIKA, 7(1) : 43-54.