Kesombongan (Pali: māna; Sanskerta: मान, māna) merupakan suatu faktor mental yang biasanya diidentifikasi sebagai tidak baik. Kesombongan didefinisikan sebagai pikiran berlebihan yang menjadikan apa pun yang sesuai, seperti kekayaan atau pengetahuan, sebagai dasarnya.[1] Kesombongan menciptakan basis untuk tidak menghormati orang lain dan munculnya penderitaan.[2]
Satu dari enam akar faktor mental tidak baik dalam ajaran Abhidharma Mahayana
Definisi
Theravāda
Nina van Gorkom menjelaskan:
Ada kesombongan atau keangkuhan ketika kita menganggap diri kita penting. Oleh karena kesombongan, kita mungkin membandingkan diri kita dengan orang lain. Ada kesombongan ketika kita menganggap diri kita lebih baik, setara, atau lebih rendah dari orang lain. Kita mungkin percaya bahwa kesombongan hanya ada ketika kita menganggap diri kita lebih baik daripada orang lain, tetapi ini tidak benar. Ada semacam sikap menjunjung tinggi diri kita sendiri, membuat diri kita penting, sementara kita membandingkan diri kita dengan orang lain, tidak peduli dalam hal apa pun, dan itulah kesombongan.[3]
Dengan demikian, ada tiga jenis kesombongan yang diidentifikasi:
kesombongan ketika kita menganggap diri kita lebih baik,
setara, atau
lebih rendah dari orang lain.
Kitab Aṭṭhasālinī (II, Bagian IX, Bab III, 256) memberikan definisi:
...Di sini, kesombongan adalah khayalan (anggapan, imajinasi yang sia-sia). Ia memiliki sifat sombong sebagai cirinya, memuji diri sendiri sebagai fungsinya, keinginan untuk mempromosikan diri sendiri bagaikan sebuah panji (bendera identitas) sebagai manifestasinya, keserakahan yang tidak terasosiasi dengan pandangan-salah sebagai sebab-langsungnya, dan harus dianggap sebagai (suatu bentuk) kegilaan.[3]
Apa itu kesombongan? Kesombongan adalah pikiran yang membesar-besarkan hal-hal yang mudah rusak dan fungsinya adalah menjadi dasar untuk bersikap tidak hormat dan frustrasi.[1]
Herbert Guenther menjelaskan:
Kesombongan adalah peristiwa mental yang merupakan semacam pikiran yang membesar sehingga menjadikan apa pun yang sesuai, seperti kekayaan atau pengetahuan, menjadi dasar kesombongan.[1]
Alexander Berzin menjelaskan:
Kesombongan (nga-rgyal) adalah keadaan batin yang sombong (khengs-pa) yang didasarkan pada pandangan yang keliru terhadap hubungan-hubungan yang sementara (‘jig-lta). [...] Ia berfungsi untuk membuat kita tidak menghargai orang lain atau tidak menghormati kualitas baik orang lain (mi-gus-pa), dan mencegah kita mempelajari apa pun.[4]
Goleman, Daniel (2008). Destructive Emotions: A Scientific Dialogue with the Dalai Lama. Bantam. Kindle Edition.
Guenther, Herbert V. & Leslie S. Kawamura (1975), Mind in Buddhist Psychology: A Translation of Ye-shes rgyal-mtshan's "The Necklace of Clear Understanding" Dharma Publishing. Kindle Edition.
Kunsang, Erik Pema (translator) (2004). Gateway to Knowledge, Vol. 1. North Atlantic Books.