Pada tanggal 18 Desember 2016, sebuah Lockheed C-130H Hercules milik Angkatan Udara Indonesia jatuh di Gunung Lisuwa ketika hendak mendarat di Bandar Udara Wamena di Wamena, Papua, Indonesia. Pesawat yang sedang dalam misi pelatihan kopilot ini mengangkut 12 anggota AU dan satu penumpang. Pesawat hancur akibat menabrak daratan. Tidak ada korban selamat.[1][2]
Pesawat
Menurut Hadiyan Sumintaatmadja, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia, pesawat ini layak terbang dan memiliki 9.000 jam terbang.[3] Ia menambahkan bahwa pesawat ini menjalani perawatan rutin terjadwal setiap 50 jam.[4] Pesawat ini tergolong baru karena dikirim dari Australia pada Maret 2016. Pesawat ini adalah C-130H Hercules bekas RAAF pertama dari total lima pesawat yang dibeli dari Angkatan Udara Kerajaan Australia. Angkatan Udara Indonesia berencana menambah 116 Hercules ke armadanya.[5]
Kecelakaan
Lockheed C-130 Hercules ini mengangkut 12 awak, satu penumpang, dan 12 ton logistik. Pesawat lepas landas pukul 05:35 waktu setempat (UTC +9) dari ibu kota Kabupaten Mimika, Timika, ke Bandar Udara Wamena di Wamena. Pesawat ini dipiloti Mayor Marlon A Kawer. Menurut pernyataan militer di Halim, penerbangan ini juga merupakan misi pelatihan bagi kopilotnya.[6] Pesawat dijadwalkan mendarat di Wamena pukul 06:13 waktu setempat sebelum melanjutkan peenrbangan ke Jayapura.[7]
Pesawat menghubungi bandara Wamena pukul 06:02 menjelang mendarat di landasan 15. Namun, karena jarak pandang buruk, bandara menyarankan agar pesawat mendarat di landasan lain. Pilot pun bersedia pindah ke landasan 33. Menara bandara Wamena melihat pesawat pada pukul 06:08,[8] tetapi kehilangan kontak satu menit kemudian.[9][10]
Usai kecelakaan, pusat krisis didirikan di Bandar Udara Sentani dan 30 personel militer dikerahkan di sekitar lokasi kejadian. Tim pencarian dan penyelamatan menemukan bangkai pesawat di Gunung Lisuwa, dekat landasan 33. Pihak berwenang menyatakan bahwa bangkai pesawat terbakar, sedangkan ekornya terpisah dari badan pesawat. Tidak ada korban selamat di tempat kejadian. Jasad korban ditemukan terpotong dan berantakan.[11][12] Pihak militer mengatakan bahwa semua jasad ditemukan di tempat dan diterbangkan ke bandara terdekat.[13] Pada siang hari tanggal 18 Desember, sepuluh jasad telah diidentifikasi.[14] Semua jasad dipulangkan dan disemayamkan ke Malang, Jawa Timur.[15][16]
Investigasi
Angkatan Udara Indonesia mengirim tim penyelidik ke tempat kejadian dan menyatakan bahwa mereka berencana menganalisis beberapa faktor yang mungkin menyebabkan kecelakaan ini. Laporan saksi mata mencantumkan bahwa daerah di sekitar tempat kejadian diselimuti kabut tebal. Awak pesawat mungkin kehilangan arah karena jarak pandang buruk.[17]
Buntut
Masyarakat mengkritik penuaan armada Angkatan Udara. Sejumlah pihak meminta semua Lockheed C-130 Hercules di Indonesia tidak dioperasikan karena usianya tua dan ada beberapa kecelakaan yang melibatkan pesawat ini. Namun, komandan Tentara Nasional Indonesia Gatot Nurmantyo menyatakan bahwa mereka akan terus menggunakan pesawat ini. Ia menambahkan bahwa hanya Lockheed C-130 Hercules yang dapat menjangkau semua pulau di Indonesia.[18]
Pemerintah diminta meninjau pesawat-pesawat tua milik Angkatan Udara Indonesia. Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan bahwa pemerintah harus meninjau dan memperbarui armada tempurnya.[19] Presiden Joko Widodo juga meminta hal yang sama dan memerintahkan perawatan setiap pesawat milik Angkatan Udara.[20]
Pasca-kecelakaan, Angkatan Udara Indonesia memutuskan memperbarui semua mesin Hercules milik mereka.[21] Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dipanggil oleh DPR RI untuk dimintai pertanggungjawabannya.[22]