Kebun Raya Bogor atau Kebun Botani Bogor (bahasa Sunda: ᮊᮨᮘᮧᮔ᮪ ᮛᮚ ᮘᮧᮌᮧᮁ, translit. Kebon Raya Bogor) adalah sebuah kebun botani besar yang terletak di Kota Bogor, Indonesia. Kebun ini dioperasikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kebun ini terletak di pusat kota Bogor dan bersebelahan dengan kompleks istana kepresidenan Istana Bogor. Luasnya mencapai 87 hektar dan memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Letak geografis Bogor yang mengalami hujan hampir setiap hari bahkan di musim kemarau menjadikan kebun ini sebagai lokasi yang menguntungkan untuk budidaya tanaman tropis.
Didirikan pada tahun 1817 oleh pemerintah Hindia Belanda, Kebun Raya Bogor berkembang pesat di bawah kepemimpinan berbagai ahli botani terkenal termasuk Johannes Elias Teijsmann, Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer, dan Melchior Treub. Sejak didirikan, Kebun Raya Bogor berfungsi sebagai pusat penelitian utama pertanian dan hortikultura, dan merupakan kebun raya tertua di Asia Tenggara.[1] Saat ini Kebun Raya Bogor ramai dikunjungi sebagai tempat wisata, terutama hari Sabtu dan Minggu serta hari libur. Tiket masuknya Rp 30.000. Di sekitar Kebun Raya Bogor tersebar pusat-pusat keilmuan yaitu Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi Bogor, dan PUSTAKA.
Sejarah
Latar belakang
Kawasan yang kini menjadi Kebun Raya Bogor awalnya merupakan bagian dari "samida" (hutan buatan) yang kira-kira didirikan di masa Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) yang memerintah Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan ini dibuat untuk melindungi bibit pohon langka.[2] Hutan ini terbengkalai setelah kerajaan Sunda runtuh pada abad ke-16. Pada tahun 1744, Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mendirikan sebuah taman dan wastu di lokasi Kebun Raya yang sekarang ada di Buitenzorg (sekarang dikenal sebagai Bogor).
Setelah Britania Raya menginvasi Jawa pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai Letnan-Gubernur pulau itu dan dia mengambil Istana Buitenzorg sebagai kediamannya. Raffles memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik.[3] Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.
Pada tahun 1814, Olivia Raffles (istri Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.[4]
's Lands Plantentuin te Buitenzorg
Setelah Perjanjian Inggris-Belanda berlaku pada tahun 1814, Belanda mengirimkan kapal berisi para pejabat untuk mengambil alih kembali Hindia Belanda. Di antara mereka adalah ahli botani Belanda-kelahiran Prusia, Caspar Georg Karl Reinwardt, yang diangkat sebagai kepala pertanian, seni, dan sains di tanah koloni. Reinwardt tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.
Setahun kemudian ia mengusulkan sebuah pendirian Kebun Raya, suatu langkah yang didukung oleh Gubernur JenderalG.A.G.Ph. van der Capellen. Kebun raya itu secara resmi didirikan pada tanggal 18 Mei 1817 di samping tanah istana melalui kerjasama dengan dua ahli botani, William Kent dari Belanda dan James Hooper dari Kew.[5] Kebun tersebut didirikan sebagai 's Lands Plantentuin te Buitenzorg ("Kebun Raya di Buitenzorg").[6] Dia menjadi direktur utama selama lima tahun, dan mengumpulkan tanaman dan benih-benih yang memiliki potensi ekonomi dari seluruh nusantara untuk dibudidayakan. Sebagian besar pekerjaan taksonominya dikatalogkan oleh pendahulunya Carl Ludwig Blume pada tahun 1823, yang mencatat 914 tumbuhan di kebun raya tersebut.[5]
Sekitar 47 hektare tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi pengarah pertamanya dari 1817 sampai 1822. Kesempatan ini digunakannya untuk mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut.
Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesies) tanaman serta menjadikan kebun raya sebagai markas Komisi Ilmu Alam. Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis lagi oleh Johannes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Dimulai di periode ini, kebun raya berada di pengawasan pengawasan staff Gubernur Jenderal.[7] Dengan dibantu oleh Justus Karl Hasskarl, ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut suku (familia).
Pada tanggal 30 Mei1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor.
Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan ke Hindia Belanda (kini Indonesia). Namun pada perkembangannya juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu (1880 - 1905).
Kebun Raya Bogor selalu mengalami perkembangan yang berarti di bawah kepemimpinan Dr. Carl Ludwig Blume (1822), JE. Teijsmann dan Dr. Hasskarl (zaman Gubernur Jenderal Van den Bosch), J. E. Teijsmann dan Simon Binnendijk, Dr. R.H.C.C. Scheffer (1867), Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr. Jacob Christiaan Koningsberger (1904), Van den Hornett (1904), dan Prof. Ir. Koestono Setijowirjo (1949), yang merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat suatu pimpin lembaga penelitian yang bertaraf internasional.
Pendirian Kantor Perikanan dan Akademi Biologi (cikal bakal IPB).
Kebun Raya Bogor sepanjang perjalanan sejarahnya mempunyai berbagai nama dan julukan, seperti
’s Lands Plantentuin
Syokubutzuer (zaman Pendudukan Jepang)
Botanical Garden of Buitenzorg
Botanical Garden of Indonesia
Kebun Gede
Kebun Jodoh
Pada tahun 2020, Kebun Raya Bogor bersama 3 Kebun Raya milik BRIN lainnya (Cibodas, Purwodadi dan Bali) bekerjasama dengan pengelola pihak swasta yaitu KebunRaya.id, melalui skema Kemitraan pemerintah swasta.[8]
Salah satu daya tarik utama Kebun Raya Bogor adalah bunga bangkai (Amorphophalus titanum) karena saat-saat mendekati mekar akan mengeluarkan bau bangkai yang menyengat. Bunga ini dapat mencapai tinggi 2m dan merupakan bunga majemuk terbesar di dunia tumbuhan.[10]
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya.
Peristiwa
Penanaman Bunga Bangkai
Pada tanggal 19 Desember1992, ditanamlah bunga bangkai jenis bunga bangkaiAmorphophalus titanum Becc. (Araceae atau suku talas-talasan). Bunga ini berasal dari Muara Aimat - Jambi, dengan berat umbi 100 kg.
Pada tanggal 5 Februari1994, muncul tunas bunga, kemudian pada tanggal 9 Maret1994 tingginya telah mencapai 1 meter. Lima hari kemudian tinggi tanaman ini bertambah menjadi 1,5 meter. Karena tanaman ini termasuk langka, maka tanaman ini termasuk salah satu tanaman yang dilindungi dan dikembangbiakkan.
Peringatan ulang tahun ini juga dimeriahkan dengan acara "ASEAN-China Workshop Botanical Garden on Management and Plant Conservation". Selain Tiongkok, kegiatan ini diikuti oleh negara anggota ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar, dan Vietnam. Lokakarya itu bertujuan untuk meningkatkan kerja sama di bidang perkebunan dan konservasi tumbuhan di kawasan ASEAN-Tiongkok.
Puncak acara peringatan ulang tahun ditandai dengan penanaman bibit pohon oleh sepuluh Menteri Lingkungan Hidup ASEAN yang hadir dalam rangka acara "ASEAN Environmental Year" di Indonesia. Acara tersebut merupakan yang ketiga kalinya setelah yang pertama di Brunei Darussalam pada 2000 dan yang kedua di Kamboja pada 2003[11][12]
Rusak akibat badai
Pada 1 Juni2006 sekitar pukul 20.00-20.30 WIB, sebanyak 124 pohon di Kebun Raya Bogor yang banyak di antaranya berusia di atas 100 tahun tumbang akibat angin kencang dan badai. Berkaitan dengan itu, kebun raya ditutup untuk umum minimal selama satu pekan guna pembenahan pohon-pohon tumbang tersebut.
Kerusakan yang terjadi di Kebun Raya Bogor (KRB) sangat memprihatinkan. Kerusakan bukan hanya beberapa bidang pagar besi roboh tertimpa pohon, atau belasan pohon tumbang yang terlihat dari jalan raya yang mengitari KRB, tetapi juga kondisi di dalam KRB.
Areal kebun dekat pintu coklat Istana Bogor, yang tidak terlihat dari jalan raya, porak-poranda. Pohon-pohon yang diameternya 50 sentimeter dan tingginya 30-50 meter roboh, rebah malang melintang di tanah dan jalan-jalan di dalam KRB. Di antaranya ada pohon yang diameter pangkalnya sampai satu meter lebih tumbang, tercerabut dengan akar-akarnya.
Kerugian material KRB mencapai miliaran rupiah, sementara kerugian imaterial tidak dapat dihitung karena semua pohon koleksi dan usianya sudah sangat tua [13][14][15]
Korban
Pada 4 Juli2005 Mediana Nurcahyani yang berumur 8 tahun tewas[16] dan 11 kerabat lainnya luka-luka tertimpa batang randu (kapuk) ketika sedang berpiknik dan makan siang di bawah pohon dalam Kebun Raya tersebut.
Pada 11 Januari 2015 pohon damar tumbang menimpa pengunjung Kebun Raya Bogor [17]. Korban meninggal pada peristiwa tersebut adalah: Saefulloh (43), Sarijo (40), Supriyono (32), Suryana (43), Rizki (25), Ahmad Saefullah (43), dan Nur Ali (52).
Pembangunan dan pembongkaran landasan helikopter
Pada tanggal 20 November2006 pemerintah Bogor menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush, yang akan mendarat menggunakan helikopter dengan membangun landasan helikopter pada daerah serapan air di kebun raya bogor. Landasan ini akhirnya tidak dipakai karena helikopter yang membawa Presiden AS mendarat di tempat lain. Daerah disekitar landasan juga dipasangi CCTV. Kini landasan helikopter ini telah dibongkar karena tidak sesuai dengan lanskap Kebun Raya Bogor.
Kunjungan Barack Obama
Pada 30 Juni2017, mantan Presiden Amerika SerikatBarack Obama mengunjungi Kebun Raya Bogor (KRB), sebagai bagian dari rangkaian acara kunjungan Obama ke Indonesia [3]. Presiden Joko Widodo (Jokowi) awalnya menerima kedatangan Obama di Istana Kepresidenan Bogor. Tak lama kemudian, Jokowi mengajak Obama bercengkerama sambil menikmati berbagai makanan ringan di Grand Garden Cafe (GGF) di kawasan KRB.
Tak disebutkan isi perbincangan antara Obama dan Jokowi di KRB. Namun dalam kunjungan kali ini memang tak ada agenda khusus. Karena pertemuan tersebut merupakan kunjungan persahabatan. Terlebih kapasitas Obama saat itu yang sudah tidak lagi menjabat sebagai kepala negara [5]
GGF adalah lokasi terakhir pertemuan Obama dan Jokowi hari itu. Dari titik tersebut, Obama berpisah dengan Jokowi untuk kembali ke Jakarta [6].
Kunjungan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 32 Tahun 2016,
mulai 1 Juli 2018 berlaku tarif masuk bagi pengunjung Kebun Raya Bogor sebagai berikut:
Tiket Masuk Rp. 15.000,- / orang.
Tiket Khusus Wisatawan Asing Rp. 25.000,- / orang.
Kendaraan Keliling Roda 4 Rp. 30.000,-.
Parkir Kendaraan Roda 2 Rp. 5.000,-.
Tiket Sepeda Keliling Rp. 25.000,-.
Tiket Golf Cart Keliling Rp. 250.000- Rp. 300.000,- / Jam
Tiket masuk sudah termasuk Asuransi Jasa Raharja Distribusi Pemkot dan Masuk Museum Zoologi.
Jam Buka
Kebun
08.00-16.00 Wib
Kantor*
07.30-16.00 Wib
Layanan Informasi
08.00-15.00 Wib
Perpustakaan*
08.00-15.00 Wib
Herbarium
08.00-15.00 Wib
Rumah Kaca Anggrek
08.00-15.30 Wib
Toko tanaman dan Cinderamata
08.00-15.30 Wib
Resto Kebun
08.00-21.00 Wib
Museum Zoologi
08.00-16.00 Wib
*)Khusus Perpustakaan dan Kantor hari jumat (08.00-15.00 Wib). sabtu, minggu dan hari libur tutup
Pada Hari Minggu dan Hari Libur semua jenis kendaraan dilarang masuk
Buku Bogor A Portfolio, sebuah penghargaan pada Pertemuan APEC Economic Leaders di Bogor, Indonesia 1994. Diterbitkan oleh Departemen Turisme, Pos dan Telekomunikasi Republik Indonesia. Chief Editor Joop Ave.