Jalur kereta api Ponorogo–Slahung |
---|
|
Jenis | Lintas cabang |
---|
Sistem | Jalur kereta api rel ringan
Jalur trem uap |
---|
Status | Tidak beroperasi |
---|
Terminus | Ponorogo Slahung |
---|
Stasiun | 14 |
---|
|
Dibangun oleh | Staatsspoorwegen |
---|
Legalitas pembangunan | Wet 31 Desember 1904 Staatsblad 1905 No. 11 Wet 22 Desember 1919 Staatsblad 1920 No. 53 |
---|
Dibuka | 1907-1922 |
---|
Ditutup | 1983-1984 |
---|
Pemilik | PT Kereta Api Indonesia (pemilik aset jalur dan stasiun) |
---|
Operator | Wilayah Aset VII Madiun |
---|
Karakteristik lintas | Lintas datar |
---|
Depo | Madiun (MN), Ponorogo (PO), Slahung (SLH) |
---|
|
Panjang lintas | 25,5 km |
---|
Lebar sepur | 1.067 mm |
---|
Kecepatan operasi | 40 km/jam |
---|
Jalur kereta api Ponorogo–Slahung merupakan salah satu jalur kereta nonaktif di Jawa Timur yang menghubungkan Ponorogo dengan Slahung. Jalur ini sepenuhnya termasuk dalam Wilayah Aset VII Madiun serta digunakan untuk memperlancar arus pengangkutan penumpang dan distribusi barang dari Ponorogo menuju Madiun yang selanjutnya dikirim ke berbagai jurusan di Pulau Jawa serta diekspor ke Eropa.
Sejarah
Staatsspoorwegen melanjutkan kembali jalur Ponorogo. Perpanjangan jalurnya dimaksudkan untuk menghubungkan Ponorogo dengan tambang batu gamping di Slahung. Pada tanggal 1 November 1907, jalur kereta api Ponorogo–Balong resmi dibuka sejauh 17 kilometer. Aslinya, Stasiun Balong direncakan sebagai titik terminus, tetapi seiring meningkatnya pengangkutan batu gamping ke Slahung, maka dilanjut dengan Balong–Slahung pada tanggal 1 Agustus 1922. Alhasil, panjang jalur kereta api sejauh 25,5 km selesai dibangun.[1][2][3]
Berdasarkan surat SS No. 3639 tertanggal 8 Maret 1902, diwacanakan akan dibangun jalur kereta dari Stasiun Jetis menuju Stasiun Tugu (Trenggalek) menghubungkan jalur kereta api Ponorogo–Slahung dengan jalur kereta api Tulungagung–Tugu, serta dari Stasiun Badegan menuju Stasiun Baturetno menghubungkan jalur kereta api Ponorogo–Badegan dengan jalur kereta api Purwosari–Baturetno yang ditujukan untuk mendukung jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa dengan rute Yogyakarta–Wonogiri–Ponorogo–Trenggalek–Tulungagung.[4]
Sepanjang operasionalnya, jalur ini mengangkut penumpang dan barang seperti batu gamping dari Slahung.
Jalur ini resmi ditutup pada tahun 1983 karena kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum. Meski rencana tersebut sudah ada sejak tahun 1982, penutupan baru terealisasi pada tahun 1984 mengingat masih layak beroperasinya lokomotif uap di jalur ini. Jalur ini sangat jarang dilalui lokomotif diesel; lokomotif terakhirnya, B5007 (lihat gambar), tetap dijalankan sebagai andalan kereta api di jalur ini.
Wacana reaktivasi terus mengemuka, tetapi tidak pernah terealisasikan. PT KAI tentu harus melakukan diskusi terlebih dahulu dengan tiga atau empat pemerintah daerah (Kota Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ponorogo) apabila hendak mereaktivasi jalur kereta api ini mengingat di atas bekas rel sudah dibangun permukiman permanen.[5]
Jalur terhubung
Lintas aktif
Tidak terhubung dengan lintas aktif manapun.
Lintas nonaktif
Layanan kereta api
Tidak ada layanan kereta api yang dijalankan di jalur ini.
Daftar stasiun
Nomor |
Nama stasiun |
Singkatan |
Alamat |
Letak |
Ketinggian |
Status |
Foto
|
Lintas 28 Madiun–Slahung Segmen Ponorogo–Balong
|
Diresmikan pada tanggal 1 November 1907 oleh Staatsspoorwegen Oosterlijnen Termasuk dalam Daerah Operasi VII Madiun
|
4114 |
Ponorogo |
PO |
Jalan Soekarno-Hatta, Banyudono, Ponorogo, Ponorogo |
km 32+341 |
+99 m |
Tidak beroperasi |
|
4113 |
Surodikraman |
SRK |
|
km 33+662 |
|
Tidak beroperasi |
|
4112 |
Siman |
SIM |
|
km 36+643 |
|
Tidak beroperasi |
|
4111 |
Brahu |
BHU |
|
km 38+708 |
|
Tidak beroperasi |
|
4109 |
Grageh |
GRH |
|
km 40+341 |
|
Tidak beroperasi |
|
4108 |
Demangan |
DMN |
|
km 41+064 |
|
Tidak beroperasi |
|
4107 |
Jetis (Ponorogo) |
JS |
Jetis, Jetis, Ponorogo |
km 43+090 |
+103 m |
Tidak beroperasi |
|
4106 |
Ngasinan |
NN |
|
km 46+137 |
|
Tidak beroperasi |
|
4105 |
Balong |
BLO |
Balong, Balong, Ponorogo |
km 49+209 |
+103 m |
Tidak beroperasi |
|
Segmen Balong–Slahung
|
Diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1922
|
4104 |
Nailan |
NI |
|
km 51+880 |
|
Tidak beroperasi |
|
4103 |
Banggel |
BGL |
|
km 55+032 |
|
Tidak beroperasi |
|
4102 |
Broto |
BOT |
|
km 56+880 |
|
Tidak beroperasi |
|
4101 |
Slahung |
SLH |
Slahung, Slahung, Ponorogo |
km 58+164 |
+154 m |
Tidak beroperasi |
|
Keterangan:
- Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
- Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
- Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.
Referensi:
- Stasiun aktif: [6]
- Stasiun nonaktif: [7][8]
- Pengidentifikasi stasiun: [9]
- Penomoran lintas:
- Tanggal pembukaan jalur: [10]:106-124
|
Galeri
Lihat pula
Referensi