Letnan JenderalTNI (Anm.) Haeruddin Tasning atau lebih disingkat dengan nama Hertasning (19 Desember 1922 – 1 Juli 1978) adalah seorang tokoh revolusioner asal Sulawesi Selatan. Ia lahir di Taeng, Pallangga, Gowa pada tanggal 19 Desember 1922 dan wafat di Bedugul, Bali pada bulan Juni 1978. Ia adalah putra kedua dari pasangan H. Tasning Daeng Muntu dan Hj. Bonto Daeng Kunjung. Sebagaimana adat istiadat suku Bugis-Makassar, Haeruddin Tasning diberi nama Paddaengang yaitu Daeng Toro, sebagaimana yang dipakai oleh kedua orang tuanya yaitu Daeng Muntu (ayah) dan Daeng Kunjung (ibu).
Pada saat menimba ilmu di sekolah menengah atas, Hertasning muda menumpang di rumah seorang saudagar kayu yang bernama H. Badong yang tinggal di Jl. Latimojong, Kota Makassar, karena keluarga Hertasning hijrah ke kampung di pinggiran Kota Sungguminasa bernama Kampung Taeng, Pallangga, Gowa.
Merantau ke Jawa
Setelah menampatkan sekolah SMA pada tahun 1942, Hertasning merantau ke Bogor, Jawa Barat dan terdaftar sebagai Mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB Bogor). Ia bercita-cita untuk memajukan sektor pertanian di kampung halamannya. Sayangnya cita-cita tersebut harus putus ditengah jalan karena kondisi keamanan pada waktu itu tidak memungkinkan.
Di medan peperangan di Yogyakarta, Hertasning muda berkenalan dengan seorang wanita ayu yang membantu merawat para Pejuang yang terluka yang bernama R.A. Madehara.
Madehara adalah putri Seorang Pejabat di Solo yang bernama Raden Sugeng Persiswoyo. Mereka pun menikah pada tahun 1948 yang kemudian dikarunia empat orang anak, 3 putra dan 1 putri.
Karena keterlibatannya dalam perjuangan bersama TNI atau Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Makassar Pasca-Kemerdekaan membuatnya berjasa dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Mayor JenderalA.H. Nasution selaku pemimpin TNI saat itu, menginginkan anggota pasukan militer yang profesional dan tidak sekadar berjasa dalam perjuangan meraih kemerdekaan, melantik Hertasning sebagai anggota TNI.
Pada tanggal 1 Juli 1978, mereka mengadakan perjalanan menaiki helikopter bel 205 milik TNI AD dengan dikemudikan pilot Letnan Kolonel Cpn Tiksno Sugito, yang ternyata dalam perjalanan jatuh di Bedugul, Bali. Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh 2 penumpang dan 2 pilot, termasuk Duta Besar RI untuk Singapura Mayjen TNI Haeruddin Tasning.[1]