Emmerson Dambudzo Mnangagwa (IPA: [m̩.na.ˈᵑɡa.ɡwa]; lahir 15 September 1942) adalah Presiden Zimbabwe ke-3 yang mulai menjabat pada tanggal 24 November 2017[2] setelah terjadinya kudeta militer yang membuat Presiden Robert Mugabe mengundurkan diri. Pergantian kekuasaan ini diakui oleh Uni Afrika sebagai kehendak rakyat Zimbabwe.[3] Sebelumnya, ia merupakan sekutu mantan Presiden Robert Mugabe dan anggota senior pemerintah ZANU-PF. Mnangagwa juga pernah mengabdi sebagai Wakil Presiden Zimbabwe dari tahun 2014 hingga pemecatannya pada November 2017.
Mnangagwa pernah menjadi pemimpin gerilyawan pada masa Perang Semak Rhodesia. Setelah Zimbabwe diakui oleh dunia internasional pada tahun 1980, Mnangagwa memegang beberapa jabatan senior di kabinet Presiden Mugabe, termasuk sebagai Menteri Keamanan Negara semasa pembantaian Gukurahundi yang menewaskan ribuan orang Ndebele. Mnangagwa menuduh militer sebagai dalang peristiwa ini dan terus memegang jabatan senior kabinet, walaupun beliau diduga bertanggungjawab atas pembantaian tersebut.[4]
Meskipun sempat diturunkan pangkat menjadi Menteri Perumahan Pedesaan pada tahun 2005, Mnangagwa kembali disukai oleh Mugabe setelah ia membantu menyusun perjanjian pembagian kekuasaan seusai pemilihan umum pada 2008. Mnangagwa bertugas sebagai Menteri Pertahanan dari tahun 2009 hingga 2013. Ia lalu menjadi Menteri Peradilan. Mnangagwa dilantik sebagai Wakil Presiden pada Desember 2014 dan dianggap sebagai calon utama untuk menjadi pengganti Mugabe. Namun, Mnangagwa ditentang oleh Generasi 40 yang diketuai oleh istri Presiden Mugabe, Grace Mugabe. Setelah dipecat dari jabatannya oleh Presiden Mugabe pada November 2017 karena dituduh berkonspirasi melawan pemerintah, ia lari ke Afrika Selatan. Jenderal Constantino Chiwenga lalu melancarkan kudeta untuk mengakhiri pembersihan pejabat-pejabat senior di partai ZANU-PF dan peristiwa ini membuka jalan Mnangagwa menuju tampuk kekuasaan.
Ia diberi julukan "Ngwena" yang berarti "buaya" karena awalnya nama tersebut merupakan nama kelompok gerilya yang pernah ia dirikan, tetapi belakangan istilah itu mengacu kepada kelihaiannya dalam berpolitik. Faksi pendukungnya di partai ZANU-PF diberi nama panggilan "Lacoste" yang merupakan merk pakaian Prancis yang berlogo buaya.[5][6]
^"Zimbabwe's Mnangagwa to be sworn in as president on Friday". RTE. 22 November 2017. Diakses tanggal 22 November 2017. Despite the Zimbabwe army's intervention, the AU did not characterise Mr Mugabe's ousting as a coup, but rather a legitimate expression of the will of Zimbabweans."The African Union recognises that the Zimbabwean people have expressed their will that there should be a peaceful transfer of power in a manner that secures the democratic future of their country," it said.