Calon Ibu untuk Anakku adalah sinetron Indonesia yang ditayangkan di Indosiar mulai 10 September hingga 5 Oktober 2012 sebanyak 26 episode. Sinetron ini dibintangi oleh Della Puspita, Temmy Rahadi, Stefan William, dan Rini Yulianti sebagai pemeran utama.
Sinetron ini merupakan sinetron terakhir Rapi Films di Indosiar sebelum berfokus ke film layar lebar dan dua tahun sebelum Rapi Films berpindah di Trans TV pada 2014 dalam sinetron kolosal Kisah 9 Wali bersama Transinema Pictures.
Pemain
Sinopsis
Nadya (40) adalah seorang janda dengan 3 anak, yaitu Kayla (13), Arya (7) dan Chika (5). Meski berpisah dengan Tommy (42), tetapi hubungan keduanya masih baik demi anak-anak mereka. Tapi Tommy sudah menjalin hubungan baru dengan Farah (27), seorang perancang busana.
Chika si bungsu, memiliki rumah boneka beserta koleksi boneka yang terdiri dari ayah-ibu dan 3 anak. Chika selalu bicara sendiri, seolah menceritakan tentang keluarga boneka itu. Ia melakonkan peran ayah dan ibu yang ideal, lalu anak-anak yang manis, karena memang itu yang ia idamkan selama ini. Nadya sering sedih melihat hal itu.
Ketika ultah Chika tiba, Tommy sengaja membawa Farah ke rumah dan mengenalkannya pada anak-anaknya. Tapi tampak nyata bahwa ketiga anaknya tak menyukai Farah, bahkan sengaja membuat masalah agar Farah gak melanjutkan hubungan lagi dengan ayah mereka. Nadya lalu meminta Tommy agar menjauhkan Farah dari kehidupan anak-anak. Tapi Tommy tak menyerah.
Suatu kali ia meminta Farah untuk menjemput anak-anaknya dari sekolah. Di sini awal mula Chika mulai dekat dengan Farah, karena Farah membelikan boneka baru untuk Chika. Lalu mengajaknya beli es krim. Namun mendadak Chika menghilang dan Farah panik. Gak taunya Chika mengikuti rombongan topeng monyet karena tertarik untuk nonton. Tommy lega karena Chika ketemu, tetapi Nadya marah dan menganggap Farah gak becus mengurus anak. Bahkan Nadya mencabut hak kunjung Tommy untuk anak-anak. Tommy dan Farah sempat bersitegang dan akhirnya putus.
Namun ternyata takdir berkata lain, Nadya mendadak didiagnosa menderita kanker serviks, dan hidupnya mungkin tak akan lama lagi. Tommy yang mendengar hal itu tanpa pikir panjang langsung menyatakan ingin kembali ke rumah demi menjaga dan merawat anak-anak mereka. Nadya heran, bagaimana dengan Farah? Tommy bilang, Farah tak penting lagi. Anak-anak mereka lah yang terpenting. Kalo Nadya sakit, siapa yang akan mengurus mereka?
Nadya terharu. Tapi saat yang sama Farah datang dan minta untuk kembali bisa bersama lagi Tommy.
Nadya mulai kemoterapi tanpa sepengetahuan anak-anak mereka, karena ia tak mau anak-anak jadi sedih. Nadya mulai terharu dengan perhatian Tommy, tetapi ia sadar ada Farah di antara mereka. Apalagi ia tau, Tommy tak bisa berpisah dari Farah. Tapi Tommy sendiri menyembunyikan perasaan cintanya pada Farah demi menjaga perasaan Nadya.
Dokter memberitahu Nadya bahwa harapan hidupnya tak akan lama lagi, jadi sebaiknya ia segera memberitahu hal ini pada ketiga anaknya.
Nadya dan Tommy takut, bagaimana harus mengabarkan hal buruk ini pada anak-anak. Tapi Nadya yakin, kejujuran lebih baik. Anak-anak bingung, apa sebenarnya penyakit ibunya. Chika yang masih kecil, bahkan main dokter-dokteran dan mengatakan suatu saat kalo ia udah besar dan jadi dokter, ia akan mengobati ibunya sampai sembuh. Nadya menangis, jangankan menunggu Chika sampai besar, esok pun belum tentu ia masih hidup. Chika lalu main boneka di rumah bonekanya, di mana sang ibu boneka tampak lesu, banyak diam, dan terbaring terus di tempat tidur.
Nadya berpikir, bagaimana kalo kelak ia meninggal? Siapa yang akan merawat dan mendidik anak-anaknya? Tommy yang sibuk, gak mungkin sanggup mengurus ketiganya. Nadya akhirnya berpikir, ia harus mengalahkan ego dan cemburunya. Ia harus menemukan seseorang yang akan mencintai anak-anaknya dengan sungguh-sungguh. Dan menurut Nadya, Farah lah orangnya! Karena hanya Farah yang dicintai Tommy setelah mereka bercerai.
Farah yang ditemui Nadya, sebenarnya iba pada Nadya tetapi merasa gak pede, karena selama ini belum menikah, apalagi punya anak. Tapi Nadya bersedia mengajarinya.
Hari berikutnya, Nadya bilang ke anak-anak bahwa Farah akan tinggal bersama mereka. Arya dan Chika senang tetapi Kayla membencinya. Tommy sendiri gak yakin, bagaimana mungkin dalam 1 rumah ada 1 suami dengan 2 perempuan di dalamnya. Tapi Nadya ngotot, minta diberi kesempatan, karena ini demi anak-anak mereka kelak.
Awal memang hubungan terasa kaku, tetapi lama-lama anak-anak mulai bisa menerima kehadiran Farah. Nadya mengajari Farah bagaimana menyelami karakter 3 anaknya yang berbeda-beda. Ia juga mengajari Farah masakan yang disukai Chika, Kayla dan Arya. Farah pun mulai luwes mengurus anak-anak dari bangun pagi, sampai menjemput sekolah dan mengecek PR. Farah bahkan sering mengajak mereka jalan-jalan ke mall dan menjadi teman yang seru. Hingga akhirnya anak-anak pun dekat dan bisa menerima kehadirannya. Bahkan Chika menjadi lebih ceria ketika memainkan boneka-boneka di rumah bonekanya. Ia bilang, sekarang keluarga ini makin lengkap dengan kehadiran tante Farah. Saat Nadya sibuk untuk terapi kemo, Farah lah yang mengurus ketiga anak itu dan bisa mencintainya dengan tulus.
Ketika anak-anak sudah dekat dengan Farah, mendadak Nadya merasa cemburu. Ia sedih karena anak-anak kini lebih mengandalkan Farah dalam segala hal hingga Nadya merasa tak diperlukan lagi kehadirannya. Ia sudah kehilangan suaminya, dan kini ia gak mau kehilangan anak-anaknya. Akhirnya ia kembali berusaha “merebut” anak-anaknya, hingga Farah bingung, apa sebenarnya yang diinginkan Nadya? Tommy pun menyalahkan Nadya, bukankah dulu dia sendiri yang menyiapkan ‘calon ibu baru’ untuk anak-anak mereka, kenapa sekarang malah ragu dan uring-uringan sendiri? Setelah bertengkar hebat dengan Tommy, mendadak Nadya jatuh dan dilarikan ke rumah sakit. Dokter mengatakan, tak ada lagi obat yang bisa menolong kesembuhan Nadya.
Farah akhirnya menyuruh Tommy untuk fokus memperhatikan dan merawat Nadya. Sementara Farah yang akan handle anak-anak. Nadya akhirnya meminta maaf ke Farah dan bilang, jujur ia takut kehilangan anak-anaknya. Farah menangis dan bilang, ia sangat mengerti Nadya, karena sejak kecil ia yatim piatu. Begitu tinggal di rumah Nadya, ia jadi tau arti sebuah keluarga. Itu sebabnya ia berharap Nadya harus kuat dan bertahan karena anak-anak dan Tommy sesungguhnya lebih membutuhkan Nadya. Nadya bilang, memang ia yang melahirkan anak-anaknya, tetapi Farah mungkin bisa menjadi masa depan mereka.
Nadya dibawa pulang, Chika dengan polos bertanya apa ibunya gak jadi meninggal? Chika juga bilang, ibunya jangan takut, karena nanti akan ketemu Alloh yang Maha Baik. Nadya bilang ia gak takut, Chika juga gak usah merasa kehilangan karena kalo ia meninggal ia akan menjadi bintang. Jadi kalo Chika kangen, tinggal liat ke langit pada malam hari. Nadya bahkan memberikan teleskop agar suatu saat Chika bisa melihatnya.
Sampai akhirnya Nadya meminta agar Tommy menikahi Farah, ia sudah iklas karena waktunya gak lama lagi. Ia bahkan menyiapkan hadiah untuk calon istri suaminya itu berupa paket bulan madu. Nadya pun menyaksikan pernikahan sederhana Tommy-Farah. Diam-diam air matanya berlinang...
Nadya lega ketika melihat ketiga anaknya bahagia bersama Farah, sehingga kalo pun Nadya harus meninggal sekarang, Nadya sudah tenang. Tapi... mendadak Nadya jatuh dan bergegas dibawa ke rumah sakit.
Nadya koma. Keluarga berpikir sudah tak ada harapan lagi kali ini. Namun ternyata takdir berkata lain. Ketika semua sudah pasrah, ternyata Nadya bangun dan sembuh. Semua dokter takjub, ini mukjizat! Bahkan kankernya pun sudah lenyap, bersih.
Tapi ketika Nadya pulang dan ingin memberikan kabar baik ini, ternyata ia malah melihat Chika yang sedang mengeluarkan boneka ibu dari dalam rumah bonekanya. Lalu memasukkan boneka wanita lain yang lebih modis, “Sekarang Bunda sudah gak ada, tetapiii... ada Tante Farah yang akan menjaga aku...”
Air mata Nadya menetes, terlebih ketika melihat Farah dan Tommy sedang bercanda bahagia dengan Arya dan Kayla, dengan foto pernikahan Farah-Tommy di sana. Nadya tersenyum menatap semua itu, ia merasa tak salah menyiapkan Farah untuk mereka. Ia membalikkan badan dan air matanya menetes. Lalu ia pergi dari rumah itu tanpa setau yang lain.
Buatnya tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat anak-anaknya bahagia. Itu sebabnya meski sangat berat, tetapi ia memilih untuk pergi saja dan rela dianggap sudah meninggal oleh mereka...
Pranala luar