Bactrocera
|
---|
|
|
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. |
Genus | Bactrocera Macquart, 1835 |
|
|
464 spesies |
|
Sinonim takson |
- Aglaodacus Munro, 1984
- Apodacus Perkins, 1939
- Chaetodacus Bezzi, 1913
- Dasyneura Saunders, 1842
- Hemigymnodacus Hardy, 1973
- Marquesadacus Malloch, 1932
- Mauritidacus Munro, 1984
- Strumeta Walker, 1856
|
---|
|
B. correcta
B. dorsalis
B. oleae
B. tryoni
B. zonata
B. divenderi
Hundreds more |
Lalat buah (Bactrocera sp.) adalah hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran, termasuk tanaman cabai.[1] Serangan lalat buah diperkirakan mencapai 4.790 ha dengan kerugian Rp21,99 miliar.[2] Lalat buah merupakan salah satu hama penyebab gagalnya panen buah.[3]
Morfologi
Lalat buah dewasa ukurannya sedang dan berwarna kuning dan sayapnya datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak cokelat kekuningan.[4] Abdomennya ada pita-pita hitam, sedangkan toraksnya ada bercak-bercak kekuningan.[4] Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras.[4]
Daur Hidup
Dengan ovipositornya, lalat ini menusuk kulit buah.[4] Jumlah telur sekitar 100–120 butir.[4] Setelah 2–3 hari, telur akan menetas dan menjadi berenga.[4] Bernga tersebut akan membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 2 minggu.[4] Bernga yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat terowongan 2–5 cm dan menjadi pupa.[4] Lama masa pupa 7–8 hari.[4] Total daur hidupnya antara 23–34 hari, tergantung keadaan udara. Dalam satu tahun lalat ini kira-kira menghasilkan 8–10 generasi.[4]
Serangan
Lalat buah merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran.[butuh rujukan]
Gejala serangan
Lalat betina dengan ovipositornya menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis.[4] Pada waktu menetas, larvanya akan memakan daging buah hingga warna buah menjadi jelek dan tidak dapat dimakan.[butuh rujukan] Biasanya serangan lalat ini diikuti hama lain.[butuh rujukan] Telur kadang diletakkan tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan batang.[4] Batang yang terserang akan menjadi bisul.[4] Sementara itu buahnya akan menjadi kecil dan berwarna kuning.[4]
Akibat serangan
Misalnya pada tanaman cabai, ciri dari cabai yang terkena serangan hama lalat buah[5] adalah warna kulitnya menjadi hitam mengeras, busuk sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil produksinya, dan menyebabkan cabai akan gugur sebelum waktunya.[6]
Pengendalian
Selama ini, Bractocera dorsalis pada tanaman dapat dikendalikan dengan beberapa cara, di antaranya yaitu insektisida.[7], pemanfaatan musuh alami, pemanfaatan flavonoid dari kulit jeruk manis, dan bioinsektisida.[8]
Insektisida
Tetapi pengendalian dengan insektisida dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan.[7] Seperti resistensi hama terhadap insektisida, resusgensi, matinya organisme bukan sasaran, dan residu insektsida yang membahayakan apabila dikonsumsi oleh manusia.[7]
Bioinsektisida
Bioinsektida adalah mikroorganisme pengendali serangga.[8] Selain penyakit, kendala utama dalam budi daya tanaman adalah serangan hama.[8] Pada awal infeksi bakteri, serangga akan menunjukkan penurunan aktivitas makan dan cenderung mencari perlindungan di tempat tersembunyi (di bawah daun).[8] Sementara larva serangga akan mengalami diare, mengeluarkan cairan dari mulutnya, dan mengalami kelumpuhan pada saluran makanan.[8]
Sebuah penelitian melaporkan bahwa ekstrak tanaman Citrus hystrix (jeruk purut) dan Tephrosia vogelii (kacang babi) dapat menghambat proses peneluruan dari Bactrocera sp. pada pertanaman cabai merah.[9]
Pemanfaatan Musuh Alami
Pengelolaan hama Lalat buah (Bactrocera dorsalis) dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati dalam agroekosistem.[7] Seperti pengendalian Bractocera dorsalis yang sudah dilakukan adalah dengan pemanfaatan musuh alami sebagai agen pengendali.[7] Di mana dalam aplikasinya perlu ditunjang oleh beberapa hal, yaitu teknik perbanyakan inangnya yaitu B. dorsalis dengan menggunakan pakan buatan; eksplorasi, identifikasi musuh alami, yakni parasitopid B. dorsalis serta peranannya dalam pengelolaan hama lalat buah; dan manipulasi musuh alami melalui praktik agronomis agar efektif sebagai agen pengendali hayati.[7] Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) di Bogor telah melakukan serangkaian penelitian pengendalian hama tersebut.[7] Pengendalian yang dipilih menggunakan minyak cemara hantu (Melaleuca braceata) dan minyak selasih (Ocimum sanctum) yang berpeluang menjadi atraktan karena mengandung metil eugenol yang cukup tinggi. Sifatnya sebagai atraktan dapat menarik lalat buah. Akan tetapi tidak membunuhnya.[7] Tanaman selasih ungu (Ocimum sanctum Linn) juga dapat dimanfaatkan sebagai atraktan lalat buah pada tanaman jambu biji (Psidium guajava).[10]
Pemanfaatan atraktan dapat pula dilakukan dengan kombinasi metil eugenol, protein hidrolisat, dan lem beraroma dengan menggunakan perangkap bola berwarna dalam menangkap lalat buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 spesies lalat buah yang tertangkap oleh bola perangkap. Kombinasi bola perangkap berwarna menggunakan atraktan metil eugenol dan lem beraroma dapat menangkap lalat buah lebih banyak. Sedangkan bola perangkap protein hidrolisat relatif sedikit, namun banyak lalat buah betina yang tertangkap dalam perangkap protein hidrolisat dibandingkan metil eugenol dan lem beraroma. Tangkapan lalat buah pada bola perangkap dipengaruhi oleh curah hujan.[11]
Lihat pula
Referensi