Aneksasi Amur

Perubahan perbatasan Qing dan Rusia, Manchuria Luar di akuisisi

Pemerolehan Amur adalah pemerolehan wilayah ujung tenggara Siberia oleh Kekaisaran Rusia pada tahun 1858–1860. Dua wilayah yang diperoleh Rusia adalah Priamurye yang terletak di antara Sungai Amur dan Pegunungan Stanovoy di utara dan Primorye yang terbentang dari mulut Sungai Amur hingga perbatasan Korea, dan tidak termasuk pulau Sakhalin. Di Rusia pada masa modern, Priamurye ("Tanah-Tanah Amur") terdiri dari Oblast Amur dan bagian selatan Krai Khabarovsk, sementara Primorye ("Tanah-Tanah Maritim") terdiri dari wilayah Krai Primorsky.

Sebelumnya, wilayah-wilayah yang dikenal dengan sebutan "Manchuria Luar" ini dikendalikan oleh Dinasti Qing. Namun, pada tahun 1856, meletus Perang Candu Kedua. Pada tahun 1858, Britania dan Prancis telah merebut wilayah Kanton. Saat kabar ini mencapai kota Sankt Petersburg, Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Gorchakov memutuskan untuk melancarkan "kebijakan Timur Jauh Rusia". Ia pergi ke wilayah Timur Jauh dan berhasil menandatangani Perjanjian Aigun dengan gubernur setempat. Perjanjian tersebut menyerahkan wilayah di sebelah utara Sungai Amur kepada Rusia dan menyatakan wilayah di sebelah timur Sungai Ussuri dan di sebelah selatan Sungai Amur (Primorye utara) sebagai wilayah bersama Tiongkok-Rusia hingga perundingan berikutnya.

Setelah pasukan Britania dan Prancis mundur, Tiongkok menolak memberlakukan isi perjanjian yang telah ditandatangani. Pasukan Prancis dan Britania kembali pada Juni 1859 dan mencuba merebut Benteng Taku, tetapi mengalami kegagalan. Akhirnya, pada Oktober 1860, pasukan Britania dan Prancis telah merebut kembali Benteng Taku dan memasuki kota Peking, sementara Kaisar telah melarikan diri ke Jehol. Nikolay Pavlovich Ignatyev dari Rusia berperan sebagai penengah antara bangsa Eropa dengan Tiongkok. Dalam Perjanjian Peking (24 dan 25 Oktober 1860), hampir semua permitnaan sekutu dipenuhi. Ignatyev meneruskan perundingan Perjanjian Rusia-Tiongkok. Ia berhasil meyakinkan Tiongkok bahwa Prancis dan Britania hanya akan meninggalkan Peking dengan bantuannya. Maka dari itu, ditandatanganilah Konvensi Peking antara Rusia dengan Tiongkok pada tanggal 14 November 1860. Konvensi tersebut secara efektif meratifikasi Perjanjian Tientsin, sehingga semua wilayah di sebelah utara Sungai Amur dan di sebelah timur Sungai Ussuri diserahkan kepada Rusia.

Maka dari itu, hanya dengan menggunakan diplomasi, Rusia berhasil memanfaatkan kelemahan Tiongkok dan kekuatan negara-negara Eropa lainnya untul mencaplok wilayah seluas 910.000 km2.

Referensi

  • G. Patrick March, 'Eastern Destiny: Russia in Asia and the North Pacific, 1996


Strategi Solo vs Squad di Free Fire: Cara Menang Mudah!