Halusinasi yang disebabkan oleh gangguan jiwa dan pengaruh obat-obatan
Alasan
3 November 2005
Andre Lee Thomas (lahir 17 Maret 1983) adalah seorang narapidana Amerika Serikat pengidap gangguan jiwa yang divonis hukuman mati. Ia dikenal karena kasus pembunuhan yang dilakukan kepada istrinya, Lauran Boren, bersama kedua anaknya yang baru berusia empat dan satu tahun di Sherman, Texas. Ia membelah dada ketiga korban tersebut dan mengambil organ dalam kedua anaknya. Pada insiden yang terpisah, ia juga mencongkel kedua bola matanya dan menelan salah satunya.
Andre Thomas memiliki masalah kesehatan jiwa dalam dirinya. Mulanya ia mengalami halusinasi pendengaran ketika berusia sepuluh tahun. Saat duduk di bangku kelas sembilan, Laura Boren, yang menjadi istrinya nanti, sedang mengandung anaknya. Mereka kemudian menikah setelahnya ketika Thomas berusia 18 tahun, tetapi segera berpisah. Pada minggu-minggu menjelang aksi pembunuhan, Thomas memiliki kebiasaan mabuk, menggunakan obat flu sebagai obat penenang serta berkeinginan untuk bunuh diri. Di dalam penjara beberapa hari setelah penangkapannya, Thomas mencabut salah satu matanya. Seorang hakim menolak pembelaan atas dasar penyakit jiwa, dan menjatuhkan hukuman mati atas tuduhan pembunuhan besar-besaran. Pada tahun 2008, ia mencongkel satu matanya lagi dan kemudian menelannya.
Thomas diketahui menderita penyakit skizofrenia setelah didiagnosis pasca penangkapannya. Kasusnya kemudian menimbulkan sejumlah pertanyaan etis mengenai eksekusi mati terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa. Putusan persidangannya dikuatkan oleh pengadilan banding pidana negara bagian pada tahun 2008 dan oleh pengadilan banding federal pada 2021. Selama menunggu hukuman mati, Thomas ditempatkan di fasilitas penjara Texas khusus untuk narapidana yang memiliki masalah kejiwaan.
Masa muda
Andre Thomas lahir pada 17 Maret 1983 di Muskogee County, Oklahoma, dari pasangan Rochelle dan Danny Thomas.[1] Bersama dengan lima saudara laki-lakinya, ia dibesarkan oleh ibunya seorang diri di Sherman, Texas, yang berlokasi 60 mil (97 km) dari Dallas. Ibunya adalah seorang pecandu alkohol, korban pelecehan seksual dan mengalami depresi.[2] Mereka tinggal dalam kondisi yang sangat terbatas, bahkan rumah mereka seringkali tidak mendapatkan pasokan air yang cukup serta aliran listrik.[1] Anggota keluarga Thomas lainnya memiliki masalah dengan kekerasan dan penyalahgunaan zat. Sepuluh tahun sebelum Thomas lahir, pamannya ditembak mati oleh kakeknya sendiri.[2]
Terlepas dari kemiskinan keluarganya, Thomas tumbuh dan berkembang menjadi anak yang normal selama beberapa tahun. Ia bahkan sempat menghadiri pembaptisan oleh gereja di Sherman. Seorang mantan guru sekolahnya memuji Thomas sebagai anak yang cerdas dan penuh hormat. Ia sering menjawab pertanyaannya sendiri sebelum selesai menanyakannya. Anggota keluarganya menambahkan, ia adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang besar. Ia menghabiskan waktu merakit mobil tua dan merancangnya kembali seolah seperti mobil futuristik.[1] Semasa sekolah, Thomas ditempatkan dalam kelompok anak-anak berbakat.[2]
Perilaku Thomas mulai berubah ketika berusia 10 tahun. Ia memberi tahu beberapa teman sekelasnya bahwa ia dapat mendengar bisikan malaikat dan setan dikepalanya.[1] Pada suatu waktu, ia mengaku dirinya sebagai Raiden (karakter fiksi dalam permainan video Mortal Kombat).[2] Ia kemudian mulai memakai ganja dengan dalih sebagai upaya untuk menenangkan suara halusinasi yang ia dengar.[1] Pada usia 12 tahun, Thomas kemudian dimasukkan kedalam tempat rehabilitasi.[3]
Ketika Thomas berusia 13 tahun, ia mencoba bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya. Ia juga sering beberapa kali ditangkap ketika berusia 15 tahun, dan salah satu kasusnya adalah upaya pencurian mobil. Thomas pada akhirnya dimasukkan ke tempat pengawasan bunuh diri setelah berkeinginan untuk bunuh diri selama ditempatkan di tahanan remaja. Pasca pembebasannya, ia menolak untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa berkelanjutan.[1]
Pernikahan dan masalah kesehatan jiwa yang berkelanjutan
Thomas bertemu dengan seorang wanita muda bernama Laura Boren (lahir 7 November 1983).[3] Setelah beberapa tahun kedekatan mereka, Laura Boren hamil dan melahirkan anak pertamanya pada Agustus 1999. Thomas memutuskan untuk berhenti sekolah di kelas sembilan, mengambil ijazah kesetaraan sekolah menengah, dan mendapatkan beberapa pekerjaan sehingga ia bisa menghidupi Boren dan bayinya, Andre Jr. Ia menikahi Boren bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-18 pada tahun 2001.[1][2] Thomas dan Boren tinggal sementara di rumah ibu Thomas. Dua minggu setelah mereka menikah, ibu Thomas memaksa mereka untuk pindah. Pada saat itu, Boren dan putranya pindah ke rumah orang tuanya, sementara Thomas tinggal bersama salah satu saudara laki-lakinya.[2] Boren dan Thomas berpisah sekitar empat bulan setelah pernikahan mereka. Boren kemudian hidup bersama kekasih barunya dan memiliki seorang anak bernama Leyha Hughes pada tahun 2003.[1]
Setelah ia dan Boren broken home, Thomas sering mengalami delusi dan pikiran untuk bunuh diri. Ia terobsesi dengan konsep apokaliptik dalam Kitab Wahyu yang membuatnya kesulitan untuk fokus pada pekerjaannya.[4] Thomas kemudian hidup sendiri seetelah berkelahi dengan saudaranya. Ia dituduh menusuk saudaranya tetapi bebas dari dakwaan, sementara saudaranya mendapatkan perawatan psikiatris. Di masa ini Thomas mengalami kesulitan untuk membiayai hidupnya. Istrinya, Laura Boren akhirnya memberi batasan kunjungan kepada Thomas untuk bertemu anaknya.[2] Lama-kelamaan Thomas berhalusinasi bahwa istrinya disamakan dengan Izebel, dan anaknya dianggap sebagai antikristus.[5] Ia terobsesi dengan gambar pada mata uang dolar Amerika Serikat yang mengira mengandung pesan tersirat akan makna kehidupan. Thomas juga mengira dirinya mengalami déjà vu dan terkadang menutup mulutnya sendiri dengan lakban ketika keluarganya ingin berbicara.[6]
Pada musim semi 2004, dalam keadaan kecanduan alkohol dan gangguan psikologis, Thomas mulai menggunakan obat penenang flu, Coricidin.[6] Ia kemudian dibawa ke klinik kesehatan jiwa oleh temannya pada 5 Maret, dan memaksa petugas klinik untuk merawatnya. Ia dilarikan ke ruang gawat darurat oleh staf klinik dan meminta hakim segera menyiapkan penahanan darurat.[7]
Sekitar tiga minggu kemudian, Thomas menusuk dirinya sendiri di bagian dada dan dibawa ke ruang gawat darurat Rumah Sakit Umum Texoma di dekat Denison. Ia mengatakan kepada petugas rumah sakit bahwa dirinya sedang mencoba untuk menyeberang ke surga. Setelah Thomas diperiksa dan dipastikan lukanya tidak fatal, dokter segera merujuk Thomas untuk mendapatkan layanan psikiatris. Selang beberapa saat kemudian, Thomas kabur dari rumah sakit menuju rumahnya di Sherman yang berjarak beberapa kilometer.[7]
Pembunuhan
Pada 27 Maret 2004, dua hari setelah kabur dari rumah sakit, Thomas memasuki apartemen istrinya, Boren, dan menendang pintu kamarnya hingga terbuka. Ia segera mencari Boren dan menikamnya, membelah dadanya dan mengeluarkan sebagian dari paru-parunya. Ia kemudian pergi ke kamar tidur dan membunuh putranya berusia empat tahun dan putri Boren yang berusia 13 bulan dengan cara mengeluarkan jantung kedua anak tersebut.[7]
Setelah membunuh istri dan anak-anaknya, Thomas mencoba membunuh dirinya dengan menikam dadanya sendiri sebanyak tiga kali. Berharap mati karena luka-lukanya, Thomas pergi ke ruang tamu dan berbaring di samping tubuh Boren. Ketika ia menyadari bahwa ia selamat dari sekarat, Thomas segera memasukkan organ tubuh korban ke dalam sakunya dan pulang ke rumahnya. Begitu ia kembali ke rumah, Thomas memasukkan organ-organ tersebut ke dalam tas dan membuangnya ke tempat sampah.[8] Thomas mencoba menghubungi orang tua istrinya dan meninggalkan pesan suara. Dalam pesannya, ia menyampaikan rasa putus asanya, mengakau tidak dapat mengendalikan dirinya dan meminta pertolongan keluargannya.[9]
Thomas pada akhirnya menyerahkan diri ke Kepolisian Sherman. Ia memberi keterangan atas pembunuhannya, yang mengklaim dirinya telah dibisik oleh Tuhan untuk membunuh para korban.[1] Ia membunuh setiap korban menggunakan pisau yang berbeda dengan alasan di setiap tubuh korban telah dirasuki setan dan jika darah para korban dibiarkan bercampur, maka setan-setan yang merasuki tubuh masih dapat hidup. Thomas kemudian dibawa ke rumah sakit dan menjalani operasi dada.[4]
Penangkapan dan persidangan
Lima hari setelah pembunuhan, ketika Thomas menunggu persidangan di penjara, ia mencongkel salah satu matanya dengan tangan kosong.[8] Menurut salah satu sumber, tindakannya terinspirasi dari salah satu ayat dalam Alkitab (Matius 5:29) ketika membacanya.[10] Sumber lain mengatakan setelah mencabut matanya, ia mengutip ayat Markus 9:47.[11]
Sebelum memasuki persidangan, Thomas diwawancarai oleh psikolog untuk menentukan apakah ia berhak diadili. Hasil tes psikologi menyimpulkan bahwa Thomas mengidap penyakit skizofrenia. Setelah dinyatakan tidak berkompeten, ia akhirnya dikirim ke Rumah Sakit Negara Bagian Texas Utara pada pertengahan Juni 2004. Selama 47 hari di rumah sakit, psikiater Joseph Black memberi kabar mengenai Thomas ke pengadilan bahwa ia menderita psikosis akibat obat dan tindakannya menyakiti diri sendiri maupun perilakunya yang menyimpang dianggap terlalu dilebih-lebihkan, sehingga pada dasarnya ia berkompeten untuk diadili.[12]
Pada 15 Februari 2005, sidang pembunuhan Thomas dimulai. Ia hanya diadili atas kematian putri Boren. Thomas, yang berkulit hitam dan pernah menjalin hubungan antar ras dengan Boren, menghadapi juri kulit putih. Pada kuesioner untuk calon juri, tiga dari juri terpilih dan satu juri alternatif menunjukkan mereka menentang pasangan antar ras yang menikah atau memiliki anak.[13]
Selama persidangan berlangsung, kesehatan jiwa menjadi topik utama. Thomas yang sedang diadili beberapa kali mengalami katatonia, dan mengemil permen kacang ketika memberikan keterangan saksi. Pengacara Thomas mengajukan pembelaan atas dasar karena penyakit jiwa. Negara bagian mengatakan bahwa penyakit jiwa Thomas diperparah oleh penggunaan narkoba, dan mereka mengutip undang-undang Texas yang membatalkan pembelaan karena penyakit jiwa jika kondisi yang dialami merupakan murni hasil dari keracunan yang disengaja. Meskipun pembela memperkuat argumennya dengan pernyataan bahwa insiden penusukan matanya sendiri menunjukkan bahwa Thomas memang mengalami gangguan jiwa, jaksa tetap menolak dan menyimpulkan insiden mata tersebut hanya tindakan yang ceroboh daripada kegilaan. Thomas akhirnya dituntut atas pembunuhan besar-besaran dan dijatuhi hukuman mati.[14]
Hukuman penjara
Setelah dijatuhi hukuman mati, Thomas dikirim ke Unit Polunsky, sebuah penjara Departemen Peradilan Pidana Texas yang menampung tahanan terpidana mati. Ia kembali mengalami halusinasi pendengaran dan berkata pernah melihat setan setinggi enam inci keluar dari tembok penjara dan memainkan musik dari band Queen. Ia mencoba bunuh diri pada Juli 2008, dengan memotong bagian depan lehernya menggunakan benda tajam, akibat luka tersebut Thomas menerima delapan jahitan.[2]
Pada bulan Oktober 2008, Pengadilan Banding Pidana Texas menguatkan hukuman Thomas.[15] Dalam pendapat yang telah diputuskan, Hakim Cathy Cochran memberikan pernyataan bahwa terlepas apakah pemohon dalam keadaan waras pada saat melakukan pembunuhan, kasusnya telah diselesaikan selama persidangan. Ia mengakui bahwa Thomas memiliki gangguan jiwa tetapi di saat yang sama ia adalah manusia normal di bawah hukum Texas.[9]
Pada tanggal 9 Desember 2008, Thomas mencongkel mata kirinya dan memakannya.[16][17] Thomas mengatakan bahwa ia menelan matanya untuk mencegah pemerintah federal Amerika Serikatmembaca pikirannya.[2] Ia dirawat di sebuah rumah sakit di Tyler dan kemudian dipindahkan ke Unit IV Jester, yang menampung tahanan Texas dengan masalah kesehatan jiwa. Pengacara Thomas mengatakan bahwa ia bersyukur Thomas akhirnya mendapatkan penanganan psikiatris yang mereka minta.[18]
Pada awal 2020, kasus Thomas dibawa ke Pengadilan Banding Amerika Serikat untuk Sirkuit Kelima. Pengacara Catherine Carroll mengatakan bahwa kuasa hukum Thomas yang asli sudah tidak efektif, karena pengacara persidangannya gagal menolak pemilihan tiga juri dengan bias terhadap pernikahan antar ras. Ia juga mengatakan penasihat pengadilan tidak memberikan penjelasan yang akurat tentang masalah kejiwaan Thomas yang sudah berlangsung lama, tidak meminta sidang kompetensi, dan menghadirkan seorang psikiater sebagai saksi ahli yang tidak memiliki keahlian dalam mengidentifikasi kasus penyakit jiwa akibat obat-obatan.[5][19] Menanggapi pengadilan banding, jaksa mengatakan bahwa sementara ada bukti untuk mendukung penyakit jiwa Thomas, ia tidak gila.[14] Pada April 2021, Sirkuit Kelima (5th Cir.) menguatkan putusan pengadilan.[20]
Diskusi yang sedang berlangsung
Kasus Thomas telah menimbulkan pertanyaan tentang hukum yang mengatur pertahanan kesehatan jiwa, terutama pada konsep membedakan yang benar dari yang salah. Peraturan hukum Texas lebih menguntungkan pembelaan tersebut sampai tahun 1982, ketika terjadi protes publik menyusul pembebasan John Hinckley Jr. setelah upaya pembunuhannya terhadap Ronald Reagan. Dewan rakyat telah mencoba melakukan perubahan legislatif untuk menyusun gagasan bahwa terdakwa yang waras harus menjadi orang yang menghargai perbedaan antara benar dan salah. Perubahan peraturan seperti itu telah ditolak oleh lembaga legislatif Texas beberapa kali.[21]
Ketika seorang terdakwa dibebaskan dari pembelaan atas gangguan jiwa biasanya pergi ke rumah sakit jiwa dan tetap di bawah pengawasan pengadilan, hukum di Texas melarang pembela atau penuntut memberi tahu juri apa yang akan terjadi pada terdakwa dalam kasus tersebut. dari pembebasan semacam itu.[21] Anggota majelis Texas, Senfronia Thompson memperkenalkan House Bill 1150, yang akan mencakup perubahan kata-kata dari "tahu" menjadi "menghargai" dan akan mengharuskan juri diberitahu tentang kemungkinan konsekuensi pembebasan bagi terdakwa seperti Thomas yang mengejar pembelaan atas dasar g. Rangguan jiwa. UU itu dibiarkan tertunda di subkomite pada tahun 2009.[22]
Dalam publikasi tahun 2015, Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyoroti pertanyaan etis dalam kasus Thomas dan sesama terpidana mati lainnya Scott Panetti dengan pernyataan bahwa keduanya merupakan korban dari penderitaan yang menyebabkan mereka tidak mampu berpikir dan bernalar seperti manusia pada umumnya, dan seolah-olah mendapat hukuman yang lebih berat dari hukuman pengadilan manapun.[23]
Referensi
^ abcdefghiBrandi Grissom March 2013 17 (2013-02-12). "Trouble in Mind". Texas Monthly (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-03-28.
^ ab"Trouble in Mind: A Timeline". The Texas Tribune. 2021-08-04. Archived from the original on 2021-08-04. Diakses tanggal 2022-03-28.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)