Muhammad Andi Bachtiar Yusuf Siswo (lahir 15 Januari 1974) adalah seorang sutradara, penulis skenario, dan produser film asal Indonesia. Ia dikenal sebagai sutradara Indonesia yang selalu menyisipkan dunia olahraga dalam setiap filmnya.[1]
Andibachtiar merupakan lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran jurusan Ilmu Jurnalistik.[6] Ia memulai karier dalam dunia film pada tahun 2003 dengan menggarap film-film pendek. Ia mengaku membuat film pendek hanya karena kesukaannya menonton film, tidak terpikirkan dalam benaknya untuk menjadi seorang sutradara kala itu. Namun, latar belakang jurnalistik secara tidak langsung membentuk karakter yang unik pada setiap filmnya.[7]
Pada tahun 2005, salah satu film dokumenter pendeknya yang berjudul Hardline terpilih menjadi wakil Indonesia di kumpulan film pendek untuk Piala Dunia 2006.[8] Ia mengaku membuat film tersebut hanya karena ingin menonton langsung pertandingan piala dunia di Jerman.[9] Salah satu film dokumenter investigatif yang banyak menyita perhatian adalah Kilometer 50 yang digarap Andibachtiar bekerjasama dengan majalah Tempo. Dokumenter ini menyajikan liputan mendalam soal penembakan Laskar FPI di KM 50, sebuah rest area KM 50A arah Cikampek, Sirnabaya, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Film ini tayang perdana di Youtube pada 15 September 2022.[10]
Andibachtiar kemudian berangkat ke Berlin untuk mengikuti program beasiswa Berlinale Talent Campus.[2] Dengan bertemu banyak penggiat film, ia mulai tertarik untuk menekuni profesi di dunia perfilman. Ketika program beasiswa berakhir, ia tetap tinggal di Berlin dan bekerja di berbagai perusahaan sambil belajar tentang industri film dan proses produksinya.[7]
Andibachtiar memutuskan kembali ke Indonesia dan menjadi komentator pertandingan sepak bola. Ia juga mulai mengerjakan proyek film dengan mengusung ide yang dia sukai. The Jak adalah film dokumenter panjang pertamanya yang diselesaikan dalam waktu dua tahun. Proses yang lama dikarenakan minimnya dana untuk memproduksi film yang ia kerjakan.[7] Film keduanya The Conductors rilis setahun kemudian di Festival Film Internasional Busan. Di tahun tersebut juga ia mulai mengerjakan film fiksi pertamanya, Romeo Juliet.[11]
Film-film yang ia buat selalu tidak lepas dari dunia olahraga. Film pertamanya, The Jak menceritakan tentang kehidupan suporter fanatik klub bola Persija.[8] Film keduanya, The Conductors yang juga berhasil meraih Piala Citra pada FFI 2008 menceritakan 3 dirigen di Indonesia diantaranya, Addie MS, seorang konduktor orkestra, A.G. Soedibyo, konduktor untuk UI Choir, dan Yuli Soemphil, konduktor untuk suporter Aremania. Film fiksi pertamanya, Romeo Juliet menceritakan tentang kisah cinta terlarang antara bobotohPersib Bandung dengan Jakmania, Persija.[12][13] Ia juga menyutradarai film Mata Dewa yang diklaim sebagai film bertema bola basket pertama di Indonesia.[14]
Andibachtiar Yusuf dikenal sangat menggemari dunia sepak bola. Sejak kecil, ia telah diajak ayahnya menonton pertandingan sepak bola, baik di stadion maupun pertandingan antar kampung. Salah satu kebiasannya adalah setiap kali pergi keluar kota, ia pasti menyempatkan untuk menonton pertandingan di daerah tersebut.[16]
Andibachtiar dikaruniai tiga orang anak, Abigail Maryam Luz de Luna Siswo lahir pada tahun 2007, Adeline Zulaikha Angel di Maria Siswo pada tahun 2010, dan Nathaniel Arkadiusz Ibrahim Siswo pada tahun 2016.