Zedekia (Ibrani: צִדְקִיָּהוּ, Yunani: Ζεδεκίας), yang artinya "Kebenaran Tuhan" adalah raja kerajaan Yehuda yang terakhir (597-586 SM).[1][2] Ia putra bungsu Yosia, dan dinobatkan oleh Nebukadnezar ketika keponakan laki-lakinya, Yoyakhin, diturunkan dari takhta dan dibawa ke Babel bersama putra-putra terbaik kerajaan Yehuda.[1][2] Baik Yeremia maupun Yehezkiel tampaknya memandang Yoyakhin sebagai raja Yehuda terakhir yang sah.[1][2]
Menurut catatan Alkitab, pemerintahan Zedekia memusatkan perhatian pada pemberontakannya melawan Nebukadnezar.[2] Zedekia meminta bantuan tentara dari firaun Mesir, Hofra, yang mulai memerintah tahun 589 SM. Hal ini mengundang serbuan atas Yehuda dan pengepungan atas Yerusalem serta orang Kasdim pada tahun 589 SM.[2] Setelah bertahan selama 18 bulan, Yerusalem tertimpa bala kelaparan dan jatuh pada tahun 587 SM.[2] Zedekia dan sisa-sisa tentaranya berusaha lari dalam kegelapan malam, tetapi mereka dikejar dan ditangkap di lembah Yordan dekat Yerikho.[2] Raja Nebukadnezar mengharuskan Zedekia untuk menyaksikan anak-anaknya sendiri dibantai, sebelum mata Zedekia dibutakan.[2] Kemudian, ia digiring ke Babel bersama sebagian besar rakyatnya yang berhasil selamat dari kehancuran Yerusalem.[2] Nebukadnezar mengangkat Gedalya menjadi gubernur yang memerintah daerah itu.[1]
Menurut perhitungan waktu pemerintahan raja Asa, Yosafat dan seterusnya, maka tahun-tahun kehidupan Zedekia dapat dihitung sejak berdirinya Kerajaan Yehuda (mulai dari pecahnya Kerajaan Israel tahun 931 SM).
Bersamaan dengan tahun ke-31 pemerintahan raja Yosia di Yerusalem
Tahun ke-324 (tahun ke-1 Yoyakim, Yoyakim 27 tahun, Yoahas 25 tahun, Yehezkiel 16 tahun, Zedekia 12 tahun, Yoyakhin 9 tahun): (~ 608 SM)
Bersamaan dengan tahun ke-3 pemerintahan raja Yoyakim di Yerusalem (mulai bulan Tisyri atau September 606 SM-Agustus 605 M)
Bersamaan dengan tahun ke-4 pemerintahan raja Yoyakim di Yerusalem (mulai bulan Tisyri atau September 605 SM-Agustus 604 M)
Tahun ke-329 (tahun ke-5 Yoyakim, Yoyakim 31 tahun, Yoahas 29 tahun, Yehezkiel 20 tahun, Zedekia 16 tahun, Yoyakhin 13 tahun): (~ 603 SM)
Bersamaan dengan tahun ke-10 pemerintahan raja Yoyakim di Yerusalem (mulai bulan Tisyri atau September 599 SM-Agustus 598 SM)
Bersamaan dengan tahun ke-1 pemerintahan raja Yoyakhin di Yerusalem (mulai bulan Kislew atau Desember 598 SM)
Setelah Yoyakhin ditawan dan dibuang ke Babel, Yeremia menerima Firman Allah bahwa Zedekia akan mengalami akhir yang tragis dan sisa rakyat, atau sedikitnya mereka yang berpengaruh, akan dibuang juga Ini berupa "penglihatan dua keranjang buah ara," satu berisi buah ara yang baik dan satunya buruk).[25] [26] Yeremia juga memperingatkan agar Zedekia tidak bergabung dengan aliansi anti-Babel dengan raja-raja Edom, Moab, Amon, Tirus, dan Sidon. Di sisi lain, Yeremia menasihati semua orang buangan di Babel untuk menjadi bagian ekonomi dan komunitas Babel, walaupun tidak harus menjadi bagian budayanya, dan bahwa mereka suatu saat akan pulang, setelah tujuh puluh tahun berlalu sejak pembuangan pertama (605 SM; tahun ke-4 Yoyakim).[27] [28]
Imam Besar Seraiah dan imam kedua Zephaniah tidak menghargai nasihat semacam itu dan mengecam Yeremia dalam surat kepada Zedekia. Sebagai balasan, Yeremia mengatakan bahwa kedua orang imam itu sendiri akan mengalami akhir yang tragis.[28][29]
Bersamaan dengan tahun ke-4 pemerintahan raja Zedekia di Yerusalem (mulai bulan Tisyri atau September 594 SM)
Bersamaan dengan tahun ke-9 pemerintahan raja Zedekia di Yerusalem (mulai bulan Tisyri atau September 589 SM)[31]
Bersamaan dengan tahun ke-10 pemerintahan raja Zedekia di Yerusalem (mulai bulan Tisyri atau September 588 SM).
Bersamaan dengan tahun ke-11 pemerintahan raja Zedekia di Yerusalem (mulai bulan Tisyri atau September 587 SM).