Vila Misteri (bahasa Italia: Villa dei Misteri) adalah Vila Romawi kuno dalam kondisi terawat baik, terletak di pinggiran Pompeii, Italia Selatan. Vila ini dikenal dengan rangkaian lukisan dinding fresko yang sangat indah dalam suatu ruangan, yang biasanya dianggap untuk menunjukkan inisiasi seorang wanita muda masuk ke dalam ritus pemujaan misteri Yunani-Romawi. Hal tersebut saat ini diantara yang terbaik dari peninggalan langka karya seni Romawi kuno sejak abad ke-1 SM. Sama seperti kota Pompeii dan lainnya di Romawi, Vila ini tertimbun sebagai akibat dari letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M, kemudian digali sejak tahun 1909 dan seterusnya (lama setelah penggalian sebagian besar kota utama). Kini, Vila Misteri menjadi bagian yang populer bagi kunjungan wisatawan ke Pompeii dan merupakan bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Ikhtisar
Meskipun ditutupi dengan material tebal dan abu vulkanis lainnya, Vila ini dapat bertahan dengan hanya kerusakan kecil selama letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M. Hampir seluruh dinding, langit-langit dan terutama lukisan dinding sebagian besar masih utuh. Sejak dilakukannya penggalian, atap dan bagian lain dari Vila tersebut dirawat sesuai dengan kebutuhan.
Nama Vila diambil dari lukisan-lukisan disalah satu dari banyak ruangan, ruangan tersebut mungkin merupakan ruang makan (Triclinium dalam bahasa Latin) dengan dihiasi lukisan-lukisan dinding fresko yang sangat indah, diperkirakan berasal dari sekitar tahun 70-60 SM.[1] Walaupun subyek aktual dari lukisan-lukisan dinding tersebut diperdebatkan, penafsiran yang paling umum adalah menggambarkan inisiasi seorang wanita masuk kedalam misteri Dionisos, sebuah Misteri Yunani-Romawi,[2] yang didedikasikan sebagai pemujaan kepada dewa Romawi yang diketahui sebagai Bakkhus. Ritual-ritual khusus diperlukan sebagai syarat untuk menjadi anggota. Hal yang menonjol dalam identifikasi sebagai Bakkhus ini adalah gambaran mengenai Mainad, pengikut dewa wanita. Para pengabdi ini kerap ditampilkan menari dengan kain yang berputar-putar pada tembikar Yunani kuno sejak abad ke-6 SM dan seterusnya,[3] berabad-abad sebelum pemujaan menyebar ke Romawi.[4] Diantara penafsiran-penafsiran alternatif, yang paling menonjol adalah penafsiran Paul Veyne yang meyakini bahwa hal tersebut adalah gambaran seorang wanita muda yang menjalani ritusperkawinan.
Meskipun kerap diyakini sebagai "triclinium" atau ruang makan, ruangan dengan lukisan-lukisan tersebut juga bisa menjadi kamar tidur (cubiculum) nyonya rumah, menandakan bahwa yang bersangkutan adalah anggota pemujaan.[6]
Selain kamar-kamar mewah untuk ruang makan dan hiburan, Vila juga memiliki lebih banyak ruang fungsional. Sebuah mesin pembuat minuman anggur (wine-press) ditemukan selama proses penggalian dan telah di perbaiki atau dipulihkan dari lokasi aslinya. Tidak jarang rumah-rumah orang yang sangat kaya menyertakan ruangan untuk memproduksi minuman anggur, minyak zaitun dan produk-produk pertanian lainnya, khususnya sejak banyak orang-orang kaya Romawi memiliki lahan pertanian dan kebun buah-buahan disekitar Vila-vila mereka.
Vila ini dapat diakses dengan mudah dari Pompeii yang berlokasi kira-kira 400 meter arah barat laut tembok kota, melewati jalan dengan monumen pemakaman di masing-masing sisinya. Sebagai Vila yang terletak dipinggiran kota, Vila ini memiliki hubungan dekat dengan kota tetapi bukan sebagai bagian darinya.
Pemilik Vila ini tidak diketahui, sebagaimana rumah-rumah pribadi disekitar Pompeii. Bagaimanapun juga, artefak-artefak tertentu memberikan petunjuk yang menggiurkan. Sebuah segel perunggu ditemukan di Vila yang bernama "L. Istacidius Zosimus" seorang "wanita bebas", berasal dari keluarga Istacidii yang berkuasa. Para ahli telah mengusulkan dia sebagai pemilik Vila atau Pengawas rekonstruksi setelah gempa bumi Pompeii tahun 62 M. Keberadaan patung Livia, istri dari Augustus telah menyebabkan para ahli mengatakan bahwa dia adalah pemiliknya.[7]
Fresko
Restorasi
Lukisan dinding yang terkenal dari Vila ini pertama kali ditemukan pada bulan April 1909, tetapi langsung rusak karena metode perlindungan yang kurang baik dan gempa bumi yang terjadi pada bulan Juni.[8] Permasalahan utama yang berkembang adalah masalah kelembaban dan residu garam yang terlepas dari tanah, menyebabkan noda putih timbul di permukaan lukisan-lukisan dinding tersebut. Untuk mengatasi hal ini, sebagian besar lukisan-lukisan dinding tersebut dipindahkan dan dipasang kembali setelah dinding dipugar dengan bebatuan yang baru agar tahan terhadap garam dan kelembaban.
Menurut metode pemeliharaan yang lazim pada saat itu, aplikasi pelapisan lilin dan minyak tanah untuk menghilangkan residu sekaligus memberikan proteksi pada fresko, sehingga menyebabkan kilap (glossy) yang merupakan karakteristik fresko pada abad ke-20 atau awal abad ke-21. Lapisan ini terbukti sangat efektif dalam melindungi lukisan-lukisan dari kerusakan lebih lanjut, meskipun efek terhadap pelapisan tersebut akan mengubah warna aslinya (terdistorsi) yang menyebabkan warna latar belakang merah tampak lebih gelap dari pigmen aslinya.[8][9] Kemudian pada tahun 1909, restorasi lebih lanjut dilakukan oleh tim arkeologi dari Jerman.
Antara tahun 2013 dan 2015, restorasi fresko ini ditangani dengan teknik yang lebih modern. Hal ini meliputi perawatan dengan antibiotik Amoksisilin yang akan menghilangkan senyawa dari tanah Mangan dioksida yang larut kedalam lukisan dan bakteri Streptococcus yang akan memakan pigmen-pigmen lukisan, sehingga menyebabkan kerusakan.[9] Perawatan lainnya meliputi analisa dan restorasi corak warna aslinya dengan teknologi laser digunakan untuk menghilangkan lapisan-lapisan lilin dan minyak tanah yang diterapkan pada awal abad ke-20.[10][11]
Penafsiran lukisan dinding
Terdapat banyak perbedaan penafsiran dari lukisan-lukisan dinding tersebut, tetapi umumnya diyakini sebagai penggambaran dari ritus keagamaan. Teori umum lainnya adalah bahwa lukisan-lukisan dinding tersebut menggambarkan seorang pengantin wanita melakukan inisiasi pemujaan Bakkhus dalam persiapan menuju pernikahan. Dalam hipotesis ini, kostum-kostum yang digunakan dalam lukisan tersebut diyakini sebagai pakaian pernikahan.[6]
Berdasarkan pokok pembahasan dan urutan dari lukisan-lukisan tersebut, diharapkan dibaca sebagai narasi tunggal. Wanita dan Satir ditampilkan secara menonjol. Mengingat teori yang dapat diterima secara umum bahwa mural-mural tersebut menggambarkan suatu inisiasi terhadap pemujaan Bakkhus. Beberapa bahkan mengusulkan bahwa ruangan fresko itu sendiri digunakan untuk melakukan inisiasi pemujaan dan ritus lainnya.[6]
Mural pertama menampilkan seorang wanita Romawi yang dihormati (mungkin Ibu dari inisiat, yang tak dapat melintas lebih jauh), mendekati seorang pendeta wanita atau seorang ibu yang duduk di singgasana, disampingnya berdiri seorang anak laki-laki yang membaca gulungan naskah (mungkin pernyataan inisiasi). Sisi lain dari singgasana, seorang inisiat ritus muda tampil dalam jubah ungu dengan mahkota murad, memegang setangkai daun salam dan nampan yang berisi kue-kue. Dia sepertinya telah berubah menjadi gadis pelayan, tetapi mungkin membawa suatu persembahan kepada dewa dewi.[12]
Mural kedua menggambarkan seorang pendeta wanita lainnya (atau inisiat senior) dan asistennya mempersiapkan keranjang penampian, di bawah kakinya adalah kaki meja yang ia duduki yang dapat disalah artikan sebagai jamur-jamur. Di satu sisi, Silenos (makhluk sebagian manusia, sebagian kuda) sedang memainkan Lira. (Silenos, nama guru atau pendamping Bakkhus, merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan spesies mitologisnya).[12]
Mural ketiga menunjukkan Satir memainkan pan flute dan Nimfa yang menyusui kambing di panggung Arkadia, lalu di sebelah kanan mereka, pelaku inisiasi dalam keadaan panik. Ini adalah kali terakhir kita melihatnya untuk beberapa adegan, ketika dia muncul lagi, dia telah berubah. Beberapa ahli berpendapat bahwa katabasis (en) telah terjadi.[12] (Katabasis adalah suatu bentuk atau jenis 'penurunan', sesuatu yang bergerak turun, kebawah atau mundur. Istilah ini memiliki arti yang dikaitkan dengan puisi, retorika dan psikologi modern).
Mural keempat menampilkan seorang satir muda yang ditawari semangkuk anggur oleh Silenos, sementara dibelakangnya, satir lain memegang topeng menakutkan yang terlihat oleh satir yang sedang minum pantulan dari mangkuk (ini mungkin paralel dengan cermin di mana Bakkhus muda menatap ke ritus Orfisme). Kemudian disamping mereka duduk seorang Dewi (Ariadne atau Semele) dengan Bakkhus yang rebah dipangkuannya.[12]
Mural yang kelima menampilkan inisiat kembali. Sekarang dia membawa tongkat dan mengenakan topi, barang-barang yang sering di berikan setelah masa inisiasi selesai. Dia berlutut di depan pendeta wanita dan sepertinya dicambuk oleh sosok wanita bersayap. Sementara disebelahnya, sosok penari (Mainad atau Thyia) dan sosok berjubah dengan Thirsos (simbol inisiasi Bakkhus) yang berbentuk tongkat panjang yang berpalut adas dengan kerucut cemara di atasnya.[12]
Pada mural keenam, pada penampilan terakhirnya, kita melihat dia sedang dipersiapkan dengan pakaian baru, sementara Eros memegang cermin padanya.[12]
Akhirnya pada mural ketujuh, para inisiasi ditampilkan bertahta dengan kostum lengkap. Ini semua yang kita ketahui tentang inisiasi ritus Romawi.[12][13][14]