Taman wisata alam

Taman Wisata Alam (TWA) adalah suatu kawasan konservasi, atau tepatnya kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi.[1] Di sini, wisata alam merupakan bentuk pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan konservasi yang diatur melalui UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Aktivitas wisata alam diperbolehkan pada zona pemanfaatan di Taman Nasional dan blok pemanfaatan di Taman Wisata Alam.[2]

Kriteria dan Pengelolaan

Suatu wilayah dapat ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut (PP 28/2011 Pasal 10):[1]

  1. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau bentang alam, gejala alam serta formasi geologi yang unik;
  2. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik alam untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam; dan
  3. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.

Hingga tahun 2023, Indonesia telah memiliki 130 Taman Wisata Alam. Mirip dengan taman nasional, taman wisata alam dikelola dengan sistem blok pengelolaan seperti blok inti (blok perlindungan), blok pemanfaatan, blok pemanfaatan tradisional dan lain-lain. Pengelolaan TWA berada di bawah tanggung jawab Balai Besar/Balai Konservasi Sumber Daya Alam.[2]

Aktivitas Wisata dan Aturannya

Sesuai dengan potensi wisata yang terdapat di masing-masing lokasi, beberapa aktivitas yang bisa dilakukan di TWA misalnya:[2]

  • Wisata gunung seperti halnya pendakian gunung,
  • Wisata hutan seperti camping, hiking, trekking
  • Wisata bahari seperti menyelam, snorkeling, atau sekedar menikmati keindahan laut
  • Wisata penjelajahan gua
  • Wisata pengamatan satwa (misalnya birdwatching) dan tumbuhan
  • Wisata budaya seperti menyaksikan adat istiadat masyarakat setempat
  • Wisata religi seperti berziarah, dll.

Taman Wisata Alam adalah kawasan konservasi; oleh sebab itu fungsi-fungsi konservasinya diutamakan. Aktivitas wisata pada TWA difokuskan pada blok pemanfaatan, sedangkan pada blok inti atau blok perlindungan hanya dibolehkan aktivitas-aktivitas pro konservasi seperti perlindungan, pengawetan, dan rehabilitasi ekosistem.[1] Pengunjung TWA pun dibatasi jumlahnya sesuai dengan kemampuan daya dukung ekosistem setempat.[2]

Selanjutnya pengunjung perlu memperhatikan aturan dari pengelola, dan juga norma-norma dan adat istiadat masyarakat setempat. Terutama terkait apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Tujuannya adalah agar pengunjung bisa melakukan aktivitasnya dengan aman, nyaman dan selamat, dan alam pun bisa terus lestari sehingga bisa terus dinikmati keindahannya.[2]

Daftar TWA

Berikut adalah daftar taman wisata alam di Indonesia.[3]

Aceh

  • TWA Janthoi
  • TWA Kepulauan Banyak
  • TWA Pulau Weh

Bali

Danau Buyan

Bangka Belitung

Banten

Bengkulu

Danau Dendam Tak Sudah
  • TWA Air Hitam
  • TWA Bukit Kaba
  • TWA Danau Dendam Tak Sudah
  • TWA Danau Tes
  • TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai
  • TWA Seblat

DI Yogyakarta

  • TWA Batu Gamping

DKI Jakarta

Wisata mangrove Angke Kapuk
  • TWA Angke Kapuk

Jawa Barat

Puncak G. Papandayan

Jawa Tengah

Jawa Timur

  • TWA Gunung Baung
  • TWA Kawah Ijen - Merapi - Ungup-ungup
  • TWA Tretes

Kalimantan Barat

  • TWA Baning
  • TWA Gunung Asuansang
  • TWA Gunung Dungan/Gunung Batu
  • TWA Gunung Melintang
  • TWA Sungai Liku

Kalimantan Selatan

  • TWA Pelaihari
  • TWA Pleihari - Tanah Laut
  • TWA Pulau Bakut
  • TWA Pulau Burung dan Pulau Suwangi
  • TWA Pulau Kembang

Kalimantan Tengah

Kalimantan Timur

  • TWA Pulau Sangalaki

Kepulauan Riau

  • TWA Muka Kuning

Maluku

  • TWA Pulau Gunung Api Banda
  • TWA Pulau Marsegu

Maluku Tengah

Nusa Tenggara Barat

  • TWA Bangko Bangko
  • TWA Danau Rawa Taliwang
  • TWA Gunung Tunak
  • TWA Kerandangan
  • TWA Madapangga
  • TWA Pelangan
  • TWA Pulau Moyo
  • TWA Pulau Satonda
  • TWA Semongkat
  • TWA Suranadi
  • TWA Tanjung Tampa

Nusa Tenggara Timur

  • TWA Baumata
  • TWA Bipolo
  • TWA Camplong
  • TWA Gugus Pulau Teluk Maumere
  • TWA Manipo
  • TWA Pulau Batang
  • TWA Pulau Lapang
  • TWA Pulau Rusa
  • TWA Ruteng
  • TWA Teluk Kupang
  • TWA Tujuh Belas Pulau
  • TWA Tuti Adagae

Papua

  • TWA Nabire
  • TWA Supiori
  • TWA Teluk Youtefa

Papua Barat

Riau

  • TWA Buluh Cina
  • TWA Sungai Dumai

Sulawesi Selatan

Gerbang TWA Bantimurung

Sulawesi Tengah

Julang sulawesi di TWA Bancea

Sulawesi Tenggara

  • TWA Kepulauan Padamarang
  • TWA Mangolo
  • TWA Teluk Lasolo
  • TWA Tirta Rimba/Air Jatuh

Sulawesi Utara

Sumatera Barat

  • TWA Air Putih Kelok 9
  • TWA Gunung Marapi
  • TWA Gunung Sago Malintang
  • TWA Lembah Harau
  • TWA Rimbo Panti
  • TWA Saibi Sarabua
  • TWA Singgalang Tandikat

Sumatera Selatan

Sumatera Utara

  • TWA Deleng Lancuk
  • TWA Dolok Tinggi Raja
  • TWA Holiday Resort
  • TWA Lau Debuk Debuk
  • TWA Sibolangit
  • TWA Sicike-cike
  • TWA Sijaba Hutaginjang


Referensi

  1. ^ a b c Pemerintah RI. (2011). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Diakses melalui laman BBKSDA Jawa Timur, https://bbksdajatim.org/wp-content/uploads/2016/04/PP-28-2011_Pengelolaan-KSA-KPA.pdf pada 21/x/2024.
  2. ^ a b c d e PJLKK. (2023). KOSIK 1 "Wisata Alam Bukan Wisata Biasa". Artikel tgl 31 Mar. 2023 pada laman Jasling KLHK, diakses pada 21/x/2024.
  3. ^ Ditjen KSDAE. (2023). Statistik Ditjen KSDAE 2022. https://ksdae.menlhk.go.id/assets/publikasi/STATISTIK%20DITJEN%20KSDAE%202022.pdf, diakses pada 21/x/2024

Strategi Solo vs Squad di Free Fire: Cara Menang Mudah!