Rujak juhi merupakan makanan khas Betawi[1][2][3] yang dihasilkan dari perpaduan dua budaya Tionghoa dan Betawi.[4][2] Juhi memiliki arti sotong atau cumi yang telah melalui proses fermentasi dan dikeringkan.[2] Awalnya, bahan-bahan rujak di Indonesia didominasi oleh buah-buahan. Kemudian, masyarakat Tiongkok memperkenalkan mie, soun, dan bihun, serta sayur-sayuran jenis lokio, kecambah dan sawi.[2][1] Rujak juhi diyakini merupakan variasi dari kuliner sayuran bernama troktok, dinamai demikian mengikuti suara bambu yang digunakan penjualnya untuk menarik perhatian pelanggan.[3] Troktok terbuat dari kacang panjang yang dipotong pendek, kentang, juhi, mie, dan kol. Campuran tersebut dibumbui dengan cuka dan kacang.[2] Variasi catatan lain menyebutkan bahwa pada tahun 1960 rujak juhi merupakan makanan yang disukai masyarakat Tionghoa di wilayah Jakarta.[5]