Piala Dunia Wanita FIFA 2019 merupakan edisi kedelapan dari Piala Dunia Wanita FIFA, suatu turnamen kejuaraan sepak bola wanita antarnegara yang diikuti oleh tim nasional sepak bola wanita dari asosiasi anggota Fédération Internationale de Football Association (FIFA) yang diselenggarakan antara 7 Juni dan 7 Juli 2019, dengan 52 pertandingan yang diselenggarakan di sembilan kota di Prancis,[1] yang memperoleh kesempatan untuk menyelenggarakan turnamen ini untuk pertama kalinya. Turnamen ini merupakan Piala Dunia Wanita edisi pertama yang menggunakan sistem asisten wasit video (video assistant referee, VAR).
Amerika Serikat bertanding dalam kompetisi ini sebagai juara bertahan setelah menjuarai edisi 2015 di Kanada dan sukses mempertahankan gelar melalui kemenangan 2–0 atas Belanda dalam pertandingan final. Dengan kemenangan tersebut, Amerika Serikat mengamankan gelar keempat dan menjadi negara kedua, setelah Jerman, yang berhasil mempertahankan gelar juara.
Pada 6 Maret 2014, FIFA mengumumkan bahwa pencalonan tuan rumah telah dimulai untuk Piala Dunia Wanita FIFA 2019. Asosiasi anggota yang ingin mencalonkan sebagai tuan rumah diwajibkan mengajukan pencalonan tuan rumah paling lambat 15 April 2014, dan menyerahkan dokumen lengkap pencalonan tuan rumah paling lambat 31 Oktober 2014.[2] Pada dasarnya, FIFA ingin supaya Piala Dunia Wanita 2019 dan Piala Dunia Wanita U-20 2018 diselenggarakan oleh asosiasi anggota yang sama, tetapi FIFA menyerahkan hak penyelenggaraan kedua turnamen secra terpisah.
Mulanya, terdapat lima negara yang berpeluang mengajukan pencalonan tuan rumah: Afrika Selatan, Inggris, Korea Selatan, Prancis, dan Selandia Baru. Inggris dan Selandia Baru mengajukan pencalonan tuan rumah pada April 2014;[3][4] tetapi kedua asosiasi tersebut tidak melanjutkan pencalonan pada Juni 2014.[5][6] Afrika Selatan juga mengajukan pencalonan tuan rumah pada April 2014;[7] tetapi memutuskan untuk mundur sebelum bulan Oktober.[8] Jepang dan Swedia juga tertarik untuk mengajukan pencalonan tuan rumah untuk turnamen pada tahun 2019, tetapi Jepang memilih untuk berfokus pada Piala Dunia Rugbi 2019 dan Olimpiade Musim Panas 2020,[9] sementara Swedia memutuskan untuk berfokus pada kompetisi sepak bola U-17 Eropa.[10][11] Korea Selatan dan Prancis mengajukan penawaran resmi untuk pencalonan tuan rumah dengan menyerahkan dokumen masing-masing pada 31 Oktober 2014[12][13][14]
Pada 19 Maret 2015, Prancis resmi terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia Wanita dan Piala Dunia Wanita U-20.[15] Keputusan tersebut dibuat melalui mekanisme voting yang dilakukan oleh Komite Eksekutif FIFA.[16] Dengan terpilihnya Prancis sebagai tuan rumah dalam turnamen tersebut, Prancis menjadi negara Eropa ketiga yang menjadi tuan rumah Piala Dunia Wanita (setelah Swedia dan Jerman) dan negara keempat yang menyelenggarakan Piala Dunia untuk sepak bola pria dan wanita, setelah sebelumnya menyelenggarakan turnamen sepak bola pria pada tahun 1938 dan 1998.
Alokasi jatah kualifikasi telah disetujui oleh Dewan FIFA pada 13–14 Oktober 2016.[17] Jatah untuk setiap konfederasi tidak berubah dari turnamen selebumnya, kecuali jatah tuan rumah yang beralih dari CONCACAF (Kanada) kepada UEFA (Prancis).[18]
Pertandingan kualifikasi dimulai pada 3 April 2017, dan berakhir pada 1 Desember 2018.
Sebanyak 24 tim lolos ke putaran final.[19] Peringkat FIFA setiap tim pada Maret 2019 ditampilkan dalam kurung.[20]
Afrika Selatan, Chili, Jamaika, dan Skotlandia memulai debut dalam Piala Dunia Wanita, sementara Italia bertanding kembali dalam turnamen ini setelah 1999 dan Argentina bertanding kembali dalam turnamen ini setelah 2007. Amerika Serikat, Brasil, Jepang, Jerman, Nigeria, Norwegia, dan Swedia lolos ke Piala Dunia Wanita untuk kali kedelapan, sekaligus melanjutkan kepesertaan dalam setiap edisi Piala Dunia Wanita hingga saat ini.
Dua belas kota telah mencalonkan sebagai kota penyelenggara.[21] Sebanyak 9 stadion telah dipilih pada 14 Juni 2017. Stade de la Beaujoire di Nantes, Stade Marcel-Picot di Nancy, dan Stade de l'Abbé-Deschamps di Auxerre merupakan stadion yang tidak dipilih.[22]
Pertandingan babak semi-final dan final dilaksanakan di Parc Olympique Lyonnais, Lyon, pinggiran Décines-Charpieu, dengan kapasitas sebanyak 58.000 unit kursi, sementara pertandingan pembuka dilaksanakan di Parc des Princes, Paris.[23] Turnamen ini merupakan turnamen dengan format 24 tim yang dimainkan tanpa double-header fixture.[24]
Pada 3 Desember 2018, FIFA mengumumkan daftar berisi 27 wasit dan 48 asisten wasit untuk turnamen ini.[34][35][36] Pada 4 Juni 2019, FIFA mengumumkan bahwa wasit Carol Anne Chenard asal Kanada dan asisten wasit Yongmei Cui asal Tiongkok ditarik dari daftar karena masalah kesehatan.[37]
Pada 26 Juni 2019, FIFA menyusun 11 tim wasit untuk pertandingan babak perempat-final hingga final. Wasit yang terpilih terdiri dari Edina Alves Batista, Marie-Soleil Beaudoin, Melissa Borjas, Stéphanie Frappart, Kate Jacewicz, Katalin Kulcsár, Kateryna Monzul, Anastasia Pustovoitova, Qin Liang, Claudia Umpiérrez, dan Lucila Venegas.[38] Pada 5 Juli 2019, FIFA mengumumkan bahwa wasit Stéphanie Frappart dari Prancis akan memimpin pertandingan final antara Amerika Serikat dan Belanda.[39]
Pada 15 Maret 2019, Dewan FIFA menyetujui penggunaan sistem asisten wasit video (VAR) untuk pertama kalinya dalam turnamen Piala Dunia Wanita FIFA. Teknologi ini sebelumnya digunakan pada Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia.[40] Lima belas wasit VAR diumumkan oleh FIFA pada 2 Mei 2019.[41][42]
Pengundian untuk putaran final dilaksanakan pada 8 Desember 2018 pukul 18:00 CET (UTC+1), di La Seine Musicale, Île Seguin, Boulogne-Billancourt.[43] Sebanyak 24 tim peserta diundi ke dalam enam grup yang berisi empat tim.[44]
Ke-24 tersebut dibagi ke dalam empat pot berdasarkan Peringkat Dunia Wanita FIFA yang dirilis pada 7 Desember 2018, dengan tuan rumah Prancis ditempatkan secara otomatis di Pot 1 dan posisi A1 pada saat pengundian.[45] Tim-tim dari Pot 1 diundi paling awal dan ditempatkan ke dalam Posisi 1. Pengundinan dilanjutkan di Pot 2, di Pot 3, dan terakhir di Pot 4; dan setiap tim ditempatkan ke dalam posisi 2–4 berdasarkan grup yang diperoleh. Tidak ada grup yang dapat berisi lebih dari satu tim dari masing-masing konfederasi selain UEFA, yang memiliki sembilan tim, dan tiga grup berisi dua tim dari UEFA.[46][47]
Prancis (3) (tuan rumah) Amerika Serikat (1) Jerman (2) Inggris (4) Kanada (5) Australia (6)
Belanda (7) Jepang (8) Swedia (9) Brasil (10) Spanyol (12) Norwegia (13)
Korea Selatan (14) Tiongkok (15) Italia (16) Selandia Baru (19) Skotlandia (20) Thailand (29)
Argentina (36) Chili (38) Nigeria (39) Kamerun (46) Afrika Selatan (48) Jamaika (53)
Setiap tim wajib mendaftarkan skuat awal yang berisi antara 23 dan 50 pemain kepada FIFA paling lambat 26 April 2019. Skuat awal tidak dipublikasikan. Dari skuat awal tersebut, setiap tim wajib mendaftarkan skuat akhir berisi 23 pemain (tiga di antaranya merupakan penjaga gawang) paling lambat 24 Mei 2019. Pemain dalam skuat akhir dapat digantikan oleh pemain dari skuat awal karena cedera serius atau sakit paling lambat 24 jam sebelum waktu kickoff dari pertandingan pertama bagi tim yang bersangkutan.[48]
Jadwal pertandingan untuk turnamen ini dirilis pada 8 Februari 2018.[49] Setelah pengundian putaran final, waktu kick-off dari tujuh pertandingan babak grup diubah oleh FIFA.[50]
Dua tim teratas dari setiap grup dan empat tim peringkat ketiga terbaik lolos ke babak 16 besar.[48]
Semua pertandingan menggunakan waktu lokal, yakni Waktu Musim Panas Eropa Tengah (UTC+2).[50]
Peringkat tim dalam babak grup ditentukan sebagai berikut:[48]
Prancis v Korea Selatan
Norwegia v Nigeria
Nigeria v Korea Selatan
Prancis v Norwegia
Nigeria v Prancis
Korea Selatan v Norwegia
Jerman v Tiongkok
Spanyol v Afrika Selatan
Jerman v Spanyol
Afrika Selatan v Tiongkok
Afrika Selatan v Jerman
Tiongkok v Spanyol
Australia v Italia
Brasil v Jamaika
Australia v Brasil
Jamaika v Italia
Jamaika v Australia
Italia v Brasil
Inggris v Skotlandia
Argentina v Jepang
Jepang v Skotlandia
Inggris v Argentina
Jepang v Inggris
Skotlandia v Argentina
Kanada v Kamerun
Selandia Baru v Belanda
Belanda v Kamerun
Kanada v Selandia Baru
Belanda v Kanada
Kamerun v Selandia Baru
Chili v Swedia
Amerika Serikat v Thailand
Swedia v Thailand
Amerika Serikat v Chili
Swedia v Amerika Serikat
Thailand v Chili
Empat tim peringkat ketiga terbaik dari enam grup melangkah ke babak gugur bersama dengan enam juara grup dan enam runner-up grup.
Dalam babak gugur, jika suatu pertandingan imbang pada akhir waktu pertandingan normal selama 90 menit, maka perpanjangan waktu dimainkan (dua periode, masing-masing selama 15 menit). Pada perpanjangan waktu, setiap tim diperbolehkan untuk melakukan penggantian pemain keempat. Jika masih imbang setelah perpanjangan waktu, pemenang pertandingan ditentukan melalui adu penalti.[48]
Jerman v Nigeria
Norwegia v Australia
Inggris v Kamerun
Prancis v Brasil
Spanyol v Amerika Serikat
Swedia v Kanada
Italia v Tiongkok
Belanda v Jepang
Norwegia v Inggris
Prancis v Amerika Serikat
Italia v Belanda
Jerman v Swedia
Inggris v Amerika Serikat
Belanda v Swedia
Inggris v Swedia
Amerika Serikat v Belanda
Sebanyak 146 gol dicetak pada 52 pertandingan, dengan rata-rata 2,81 gol per pertandingan.
6 gol
5 gol
4 gol
3 gol
2 gol
1 gol
1 gol bunuh diri
4 umpan gol
3 umpan gol
2 umpan gol
1 umpan gol
Sumber: FIFA
Seorang pemain ditangguhkan secara otomatis ke pertandingan berikutnya karena pelanggaran berikut:[48]
Penangguhan berikut telah dijalani selama turnamen:
Penghargaan berikut diberikan pada akhir turnamen. Penghargaan Golden Boot (pencetak gol terbanyak), Golden Ball (pemain terbaik), dan Golden Glove (penjaga gawang terbaik) disponsori oleh Adidas.[103]
Daftar jumlah hadiah uang diumumkan pada Oktober 2018.[104]
Logo dan slogan turnamen diluncurkan pada 19 September 2017 di Musée de l'Homme, Paris.[105] Logo dari turnamen ini menyerupai bentuk trofi Piala Dunia Wanita FIFA dan menampilkan bola sepak bergaya yang dikelilingi oleh delapan pancaran cahaya, melambangkan edisi kedelapan dari Piala Dunia Wanita. Logo ini juga dibentuk dari beberapa ikon budaya Prancis:
Slogan dari turnamen ini adalah "Dare to Shine" (Prancis: Le moment de briller).[23]
FIFA dan panitia pelaksana setempat menjual tiket Piala Dunia Wanita, dimulai dengan tiket individu pre-sale pada Desember 2018, paket tiket single-city pada akhir 2018, dan penjualan single-ticket untuk umum yang dimulai pada 7 Maret 2019.[106] Penjualan tiket secara daring, yang dikelola oleh AP2S, memperbolehkan penggemar untuk mencetak tiket mulai pada 20 Mei 2019, termasuk pemilihan kursi yang terpisah dengan pembelian secara berkelompok atau keluarga. FIFA merespons keluan melalui daring dengan memberi peringatan kepada para pembeli bahwa tiket tersebut tidak menjamin tempat duduk yang sesuai. Peringatan tersebut dapat memicu kekecewaan lebih lanjut. Keluarga dengan anak di bawah umur untuk memperoleh tempat duduk yang berdekatan.[107][108][109]
Maskot resmi yang bernama "ettie" ditampilkan pada 12 Mei 2018 di kantor pusat TF1 Group, dan ditayangkan di LCI. Dia tampil di depan umum untuk pertama kalinya di depan Menara Eiffel yang ikonik di Paris. FIFA menggambarkannya sebagai "ayam muda dengan semangat untuk hidup dan sepak bola" dan menyatakan bahwa "dia berasal dari garis keturunan maskot berbulu dan merupakan putri dari Footix, Maskot Resmi Piala Dunia FIFA 1998 di Prancis".[110]
Hasil dari Piala Dunia Wanita digunakan oleh UEFA untuk meloloskan tim-tim yang akan berpartisipasi dalam turnamen sepak bola wanita Olimpiade Musim Panas 2020 di Jepang, dengan tiga tim dari Eropa dengan hasil terbaik yang lolos (berdasarkan babak terakhir yang dicapai). Jika tim yang berjuang memperebutkan tempat dalam Olimpiade tereliminasi pada babak yang sama, maksimum empat tim (ditentukan oleh hasil pada babak grup jika diperlukan) yang akan lolos ke babak play-off pada awal 2020 untuk menentukan tim yang akan mengisi tempat yang tersisa. Namun, skenario ini tidak terjadi dalam turnamen ini.[111]
Untuk pertama kalinya, berdasarkan kesepakatan antara empat asosiasi sepak bola Britania (Inggris, Irlandia Utara, Skotlandia, dan Wales) untuk tim putri, posisi Britania Raya dalam Olimpiade ditentukan melalui penampilan Inggris dalam Piala Dunia Wanita (prosedur ini juga berhasil diterapkan Team GB dalam hoki lapangan dan rugbi tujuh), yang berhasil diperoleh karena Inggris keluar sebagai salah satu dari tiga tim Eropa terbaik.[112] Skotlandia juga lolos ke Piala Dunia, tetapi penampilan tim tersebut tidak dihitung berdasarkan kesepakatan bahwa hanya tim dengan peringkat tertinggi yang akan menentukan keberhasilan tim GB dalam kualifikasi Olimpiade.[46][113] Dengan kata lain, delapan tim dari Eropa bertanding memperebutkan tiga tempat kualifikasi selama perhelatan Piala Dunia Wanita.
Kemenangan Amerika Serikat atas Prancis pada perempat-final menandakan bahwa tiga semi-finalis yang lain, semuanya merupakan perwakilan UEFA, lolos ke Olimpiade.[114]
Pertandingan final dijadwalkan pada tanggal 7 Juli telah menyebabkan beragam kritik di antara penggemar sepak bola wanita karena final dari dua kejuaraan kontinental pria dihelat pada tanggal yang sama—Copa América di Rio de Janeiro dan Piala Emas CONCACAF di Chicago.[117][118] Presiden CONCACAF Victor Montagliani menyebut penjadwalan tersebut merupakan suatu kesalahan, tetapi mengklaim bahwa kesalahan tersebut tidak dapat diurungkan karena alasan logistik.[119] Kurangnya pemasangan iklan di seluruh Paris, kecuali di stadion Parc des Princes dan museum sementara Piala Dunia di Châtelet, juga dikritik.[120]
Piala Dunia Wanita merupakan turnamen besar pertama yang menggunakan Laws of the Game terbaru yang disetujui oleh International Football Association Board (IFAB), efektif per 1 Juni 2019. Dari perubahan tersebut, hukuman lebih serius yang dijatuhkan akibat pelanggaran penjaga gawang selama tendangan penalti—termasuk retake setelah peninjauan asisten wasit video—memicu banyak perhatian dan menyebabkan beberapa penyelamatan sukses yang dianulir pada babak grup.[121][122] Penggunaan Piala Dunia Wanita sebagai percobaan untuk perubahan aturan yang baru juga dikritik oleh beberapa pemain dan pelatih sepak bola karena berpotensi menyinggung masalah gender, padahal perubahan tersebut tidak diterapkan pada turnamen sepak bola pria yang berlangsung secara bersamaan.[123] Pierluigi Collina, kepala wasit FIFA, membantah klaim tersebut dan menyatakan bahwa perubahan peraturan tersebut sudah sepatutnya diperkenalkan pada bulan Juni, tepat sebelum turnamen besar dimulai.[124] Setelah kritik yang meluas dan permintaan dari FIFA, IFAB menerbitkan dispensasi sementara, yakni dengan tidak memberlakukan hukuman kartu kuning kepada penjaga gawang karena melewati garis selama tendangan penalti selama babak gugur Piala Dunia Wanita.[125][126]
Pertandingan babak 16 besar antara Inggris dan Kamerun tercoreng oleh perilaku buruk dari pemain Kamerun, yang menolak memulai kick-off selama beberapa menit setelah gol kedua untuk Inggris, melakukan pelanggaran terhadap beberapa pemain dengan sengaja, dan berdebat dengan wasit saat didekati.[127] Pemain bertahan Kamerun Augustine Ejangue juga kedapatan meludahi pemain sayap Inggris Toni Duggan setelah kebobolan gol hasil tendangan bebas tidak langsung di area penalti, yang kemudian berbuah gol bagi Inggris.[128] Setelah pertandingan, manajer Inggris Phil Neville berkata bahwa pertandingan tersebut "tidak terasa seperti sepak bola" dan dia merasa sangat malu dengan sikap yang diperlihatkan oleh tim lawan.[129] Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) mengutuk beberapa tindakan yang dilakukan dalam pertandingan serta mengkritik kinerja wasit, sementara FIFA mengumumkan rencana untuk menginvestigasi pertandingan tersebut.[130][131]