Pergerakan Penyadar

Pergerakan Penyadar adalah partai politik yang didirikan oleh Agus Salim, A.M. Sangadji, dan Mohammad Roem pada 23 Februari 1937. Pergerakan Penyadar beranggotakan para pengurus yang dipecat dari Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Mereka dipecat karena membentuk kelompok oposisi bernama Barisan Penyadar Partai Sarekat Islam Indonesia (BP-PSII) di dalam organisasi PSII.[1]

BP-PSII dibentuk berdasarkan gagasan Agus Salim pada 30 November 1936. Konsep BP-PSII berawal dari rapat yang diadakan di rumah A.M. Sangadji di Jakarta pada 23 November 1936. Agus Salim mempersiapkan front oposisi terhadap kepemimpinan PSII yang baru, yakni Abikoesno Tjokrosoejoso, sepeninggal HOS Tjokroaminoto yang wafat.[2] Agus Salim menyerahkan kepemimpinan BP-PSII kepada tokoh-tokoh muda PSII. Untuk jabatan ketua ditunjuk Mohammad Roem dan dibantu oleh Moh. Sardjan, H. Zainal, H. Sa'adoedin, dan B.D. Syawal.[3]

BP-PSII dimaksudkan hanya bergerak dalam lingkungan PSII yaitu mengajak setiap anggota PSII sadar akan hak-haknya dalam organisasi, yang menurut Agus Salim, dilanggar oleh Dewan Tanfidziyah dan Dewan Partai. Aksi BP-PSII ini kemudian menyebar ke cabang-cabang PSII di seluruh Indonesia.[3]

Pada BP-PSII secara resmi dikeluarkan dari PSII.[4] Dua puluh sembilan tokoh terkemuka antara lain Agus Salim, A.M. Sangadji, Mohammad Roem, Sabirin, Syamsuddin, dan Notopuroyo dipecat dari PSII pada 13 Februari 1937.[5]

Pada 23-26 Februari 1937 kelompok BP-PSII yang dikeluarkan dari PSII menyelenggarakan konferensi di Jakarta. Mereka memutuskan membentuk partai sendiri dengan nama "Pergerakan Penyadar" sebagai pengganti dari BP-PSII. Konferensi juga menetapkan Agus Salim sebagai pemimpin umum dan A.M. Sangadji sebagai wakilnya. Adapun Mohammad Roem dipilih untuk menduduki jabatan presiden partai.[6]

Setelah itu, para pemimpin Pergerakan Penyadar melakukan propaganda melalui rapat-rapat umum dan konferensi di pelbagai daerah. Perjalanan keliling para pemimpin partai ini menghasilkan pendirian 52 cabang Pergerakan Penyadar di seluruh Indonesia.[6]

Referensi

Catatan kaki
  1. ^ Suradi 1997, hlm. 69.
  2. ^ Sardjan 1938, hlm. 10.
  3. ^ a b Suradi 1997, hlm. 68.
  4. ^ Ricklefs 2016, hlm. 288.
  5. ^ Poesponegoro 2008, hlm. 347.
  6. ^ a b Suradi 1997, hlm. 70.
Daftar Pustaka
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (Ed.) (2008). Sejarah Nasional Indonesia V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda (±1900–1942), Edisi Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 978-979-407-411-4. 
  • Ricklefs, M.C. (2016). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ISBN 979-420-187-1. 
  • Sardjan, Moh. (1938). Riwayat Singkat Pergerakan Penyadar dalam Kongres Pergerakan Penyadar I 1938. Jakarta: Centraal Comite Pergerakan Penyadar. 
  • Suradi, Agus (1997). Haji Agus Salim dan Konflik Politik Politik dalam Sarekat Islam. Jakarta: Pustaka Sinar Haparan. ISBN 978-979-416-437-2.