Pemotongan salami oleh Tiongkok


Pos-pos Republik Rakyat Tiongkok dan Taiwan di Laut Tiongkok Selatan dibentuk secara bertahap dengan menggunakan pendekatan "pemotongan salami", termasuk reklamasi tanah untuk membangun infrastruktur.

Pemotongan salami oleh Tiongkok adalah istilah yang mengacu kepada sejumlah tindakan "kecil" yang dilakukan oleh Republik Rakyat Tiongkok dan Taiwan, dan masing-masing dari tindakan tersebut tidak tergolong sebagai casus belli, tetapi secara keseluruhan tindakan-tindakan tersebut menghasilkan suatu dampak yang "besar" dan jika dampak tersebut langsung dihasilkan oleh satu tindakan saja, tindakan tersebut akan sulit untuk diterima atau dianggap melanggar hukum. Pada tahun 1996, laporan United States Institute of Peace mengenai sengketa teritori di Laut Tiongkok Selatan menulis bahwa Tiongkok menggunakan "taktik salami", yaitu taktik ketika "Tiongkok mencobai negara-negara pengklaim lainnya melalui tindakan-tindakan agresif, dan kemudian mundur ketika menghadapi perlawanan yang signifikan."[1]

Taktik salami juga digunakan di luar konteks sengketa Laut Tiongkok Selatan. Misalnya, Untaian Permata di Samudra Hindia, yang dianggap sebagai daerah lingkup pengaruh India, dianggap sebagai contoh taktik pemotongan salami oleh Tiongkok, mengingat Tiongkok mendukung dan bersekutu dengan negara-negara tetangga India seperti Pakistan dan Sri Lanka, yang biasanya berlawanan dengan India.[2][3]

Referensi

  1. ^ Snyder, Scott (August 1996). "The South China Sea Dispute: Prospects for Preventive Diplomacy" (PDF). United States Institute of Peace. hlm. 8. Diakses tanggal 25 November 2020. 
  2. ^ String of Pearls vs Necklace of Diamonds, Asia Times, 14 Juli 2020.
  3. ^ "Issues and Insights | Pacific Forum". www.pacforum.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 December 2018. Diakses tanggal 22 Desember 2018.