Pemilihan umum Presiden Aljazair 2014 |
---|
|
|
Kehadiran pemilih | 51,70% |
---|
Kandidat |
|
|
Pemilihan umum Presiden Aljazair 2014 adalah pemilihan umum yang diadakan di Aljazair pada tanggal 17 April 2014.[1] Presiden petahana Abdelaziz Bouteflika terpilih lagi dengan persentase suara sebesar 81%.
Calon
Pada November 2013, Front Pembebasan Nasional mengajukan petahana Abdelaziz Bouteflika yang terserang penyakit stroke sebagai calon presiden.[2] Pencalonan Bouteflika dipastikan oleh Perdana Menteri Abdelmalek Sellal pada akhir Februari.[3] Ali Benflis, yang merupakan mantan perdana menteri, mengumumkan pada 19 Januari 2014 bahwa ia akan turut serta dalam pemilihan presiden ini.[4] Louisa Hanoune, sekretaris jenderal Partai Pekerja, mengajukan pencalonannya pada 21 Januari 2014.[5]
Kampanye
Kampanye secara resmi dimulai pada tanggal 22 Maret.[6]
Harakat Mujtama' As-silm yang berhaluan Islamis mengumumkan pada 25 Januari 2014 bahwa mereka akan memboikot pemilihan ini.[7] Ḥarakat An-Nahḑa Al-Islāmiyya juga menyatakan hal yang sama pada 7 Februari 2014.[8] Pada 22 Maret, sekitar 5.000 orang berkumpul di Aljir dan menyerukan reformasi karena Bouteflika mencoba kembali menjadi presiden. Baik partai Islam maupun sekuler hadir dalam pergerakan tersebut.[9] Pergerakan yang disebut Barakat juga telah menyatakan ketidaksetujuannya terhadap masa jabatan keempat Abdelaziz Bouteflika, menentang sifat pemilu ini, dan melakukan demonstrasi yang meminta orde politik yang baru.[10][11][12]
Hasil
Menteri Dalam Negeri Taieb Belaiz mengumumkan pada 18 April bahwa Bouteflika telah memperoleh 81% suara, sementara Benflis hanya memperoleh 12,18%.[13] Jumlah pemilih yang datang adalah 51,7%, yang berkurang drastis dari 75% pada tahun 2009.[14] Jumlah pemilih yang datang bervariasi antara 20,01% di Tizi Ouzou hingga 82% di Relizane.[15] Komisi pemilihan umum mengumumkan bahwa hanya terdapat beberapa insiden dengan 130 keluhan.[16] Namun, kekerasan berlangsung di wilayah Bouïra yang didominasi orang Berber karena sekelompok pemuda merusak tempat pemilihan umum di Raffour, M'Chedellah, dan Saharij setelah tempat-tempat tersebut dibuka pada pukul 7:00, sehingga polisi harus menembakkan gas air mata pada mereka. Paling tidak 70 orang terluka, termasuk 47 polisi, sementara pemilihan ditunda sementara.[17]
Tanggapan
Setelah hasil diumumkan, Benflis menuduh adanya "kecurangan dalam skala besar". Jumlah orang yang datang juga diduga dinaikkan dengan sengaja.[14] Sementara itu, pendukung Bouteflika merayakan kemenangan dengan kembang api.[16]
Rujukan
Pranala luar