Partai Rakyat Nasional (PRN) adalah sebuah partai politik nasionalis di Indonesia.[1] Partai ini pada awalnya bernama Partai Nasional Indonesia - Merdeka, dan dibentuk pada Juli 1950 setelah perpecahan di dalam Partai Nasional Indonesia (PNI). Perpecahan dengan PNI telah muncul di kongres partai bulan Mei pada tahun yang sama, ketika pengikut Sidik Djojosukarto (yang ditentang oleh pendiri PNI-Merdeka/PRN) telah menang (setelah perpecahan PNI mencap PRN sebagai sayap kanan dan kapitalis).[2] Dr. Djody Gondokusomo (mantan Menteri Kehakiman) adalah ketua partai ini.[3] PRN memiliki 10 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat, lima dari Republik Indonesia Serikat dan lima dari BFO. Abdullah Aidit, salah satu anggota parlemen PRN, adalah ayah dari pemimpin Partai Komunis, DN Aidit.[4]
Sejarah
Pada bulan Oktober 1950, mosi percaya diadakan di DPR terhadap Kabinet Natsir. PRN mendukung Kabinet Natsir dalam mosi tidak percaya, kelompok parlemen tunggal tidak terwakili dalam pemerintah untuk melakukannya.[5] Kemudian, pada bulan yang sama, partai mengadopsi nama PRN.[2]
Pada tahun 1951 partai mengklaim memiliki dua juta anggota, meskipun angka yang mungkin sangat meningkat.[6] Pada Maret 1951, partai bergabung dengan Badan Permusyawaratan Partai Politik, sebuah koalisi luas yang segera menjadi non-fungsional.[1]
Ketika kabinet pertama Ali Sastroamidjojo dibentuk pada tahun 1953, pemimpin PRN Dr Djody Gondokusomo diangkat menjadi Menteri Kehakiman. Pada November 1953, ia bergabung dengan politisi PRN I Gusti Gde Rake, yang menjadi Menteri Agraria.[7]
Pemilihan Umum 1955
Dalam pemilihan parlemen tahun 1955, PRN mendapat 242.125 suara (0,6% dari suara nasional), dan mendapat dua kursi di DPR (turun dari 13 sebelum pembubaran Dewan).[8] Setelah pemilu PRN bergabung dengan Fraksi Progresif Nasional, bagian dari sepuluh anggota parlemen dari Jawa.[9]
Pada tahun 1956 partai mengalami perpecahan, karena ada pembagian antara kepemimpinan Jawa (setia kepada Dr. Djody Gondokusomo) dan sekelompok pemimpin non-Jawa (dipimpin oleh Bebasa Daeng Lalo). Faksi Bebasa Daeng Lalo dihitung dengan dukungan dua menteri PRN dalam kabinet Burhanuddin Harahap, Frits Laoh dan Gunawan.[3]
Partai politik Negara satu partai Partai Demokrat Partai Ba'ath Daftar partai buruh Daftar partai komunis Partai Perikatan (Malaysia) Partai Berkarya Partai Darul Aceh Partai NasDem Partai politik di Singapura Uni Partai Komunis — Partai Komunis Uni Soviet Partai gurem Partai Warisan Partai Republik (Amerika Serikat) Partai Buruh (Malta) Partai Refah Partai Janata Partai Garda Perubahan Indonesia Partai Federalis Daftar partai politik di Indonesia Partai Sosialis Britania Partai utama Partai Komunis Yordania Partai SIRA Partai Aceh Partai Nacionalista Badan Permusjawaratan Partai-Partai Part…
ai Liberal Kanada Partai Māori Partai Tindakan Demokratik (Malaysia) Partai Konservatif Kanada Partai Bangsa Malaysia Partai Kebebasan Korea Partai Radikal Partai Bhinneka Indonesia Partai Komunis Tiongkok Partai Persatuan Pembangunan Partai Demokrat (Thailand) Daftar Partai Demokrat Partai Negeri Telugu Partai Demokrat Jepang Daftar tokoh partai politik Indonesia Partai Samajwadi Partai Kebangkitan Umat Partai Radikal Serbia Partai Persatuan Partai Keadilan dan Pembangunan Partai Komunis Kuba Partai Rakjat Sosialis Partai Demokrat (Luksemburg) Partai Sosialis (Prancis) Partai Nasional Demokrat (1998) Partai Jerman-Hannover Partai Tengah (Jerman) Partai Hijau Jepang Partai Nanggroe Aceh Partai Tindakan Rakyat Partai Syarikat Islam Indonesia Partai Komunis Vietnam Partai Persatuan Pekerja Polandia Partai Pelopor Partai Komunis Chili Partai Sosialis Chili Partai Hati Nurani Rakyat Partai Rakyat Republik Partai Sosialis Indonesia Partai Papua Bersatu Partai Buruh Korea Partai Buruh Australia Partai Gabthat Partai politik di Thailand Partai Keadilan dan Persatuan Partai Masyumi (2020) Partai Komunis Hungaria Partai Jatiya Partai Demokrat Kurdi (Lebanon) Partai Demokrat (Amerika Serika