Oncom merah adalah salah satu jenis oncom yang terbuat dari campuran bungkil kacang tanah dan bungkil tahu. Ciri khasnya adalah warna kemerah-merahan pada bagian yang ditumbuhi kapang. Spesies mikrob yang membuat oncom merah adalah Neurospora sitophila.
Bahan
Oncom merah adalah salah satu dari dua jenis oncom selain oncom hitam.[1] Bahan pembuatan oncom merah adalah bungkil kacang tanah yang dicampur dengan bungkil tahu dalam jumlah yang sedikit.[2] Bungkil tahu merupakan kedelai yang proteinnya telah hilang untuk pembuatan tahu.[3] Pembuatan oncom merah merupakan hasil degradasi dari Neurospora sitophila.[4] Nama lainnya adalah Neurospora intermedia var. oncomensis.[5] Semua jenis Neurospora mudah tumbuh pada substrat dengan waktu generasi yang singkat.[6] Neurospora memiliki miselium yang terdiri dari hifa yang bercabang, menjulang ke udara. Mikrob ini mudah dikenali karena warnanya yang jingga.[7]
Pembuatan
Peran spora adalah sebagai pengolah alami bagi oncom merah.[8]Neurospora sitophila menghasilkan warna merah pada oncom merah melalui pigmen berwarna merah yang dikeluarkan selama proses fermentasi.[9] Pigmen warna lain yang dihasilkan dengan cepat oleh Neurospora sitophila adalah warna kuning,[10] merah muda, dan warna persik.[11] Semua warna pigmen ini dihasilkan oleh karotenoid.[12] Fermentasi berlangsung dalam keadaan oncom merah tidak tertutupi oleh daun maupun plastik. Oncom merah langsung terkena udara bebas.[13] Proses pemeraman berlangsung selama 2 malam.[14]
Komposisi
Spora dari kapang yang tumbuh pada oncom merah dapat tumbuh secara generatif.[15] Di dalam oncom merah terkandung banyak protein.[16] Nilai kandungan gizi pada oncom merah lebih rendah dibandingkan dengan oncom hitam. Perbandingan ini meliputi kadar besi dan protein.[17] Oncom merah memiliki tekstur yang agak lunak.[18]
^Wijaya, Kirana (2016). Kreatif Mengolah Oncom, Tempe dan Tahu. Jakarta Selatan: Demedia Pustaka. hlm. 5. ISBN978-979-082-276-4.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Azara, R., dan Saidi, I. A. (2017). Prihatiningrum, A. E., dan Sutarman, ed. Mikrobiologi Pangan. Sidoarjo: Umsida Press. hlm. 110. ISBN978-623-6833-64-3.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Sarwono, B., dan Saragih, Y. P. (2001). Membuat Aneka Tahu. Niaga Swadaya. hlm. 54. ISBN978-979-489-610-5.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Karina, S. M., dan Amrihati, E. T. (2017). Pengembangan Kuliner(PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. hlm. 74. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2022-07-12. Diakses tanggal 2022-11-01.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)