Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kerajaan Pagaruyung

Pagaruyung Dārul Qarār

ڤݢرويڠ دار القرار
Pagaruyuang
ملاياڤورا
Malayapura
1347–1825
Bendera Pagaruyung
Bendera
{{{coat_alt}}}
Cap Mohor
Ibu kotaPagaruyung
Bahasa yang umum digunakanMinangkabau, Melayu, Sanskerta (zaman Buddha)
Agama
Dari Buddha berubah menjadi Islam
PemerintahanMonarki
Maharajadiraja - Sultan - Yang Dipertuan Pagaruyung 
Sejarah 
• Didirikan
1347
• Perang Padri
1825
Didahului oleh
Digantikan oleh
krjKerajaan
Dharmasraya
krjKerajaan
Majapahit
krjKerajaan
Siguntur
Konfederasi Sungai Pagu
Konfederasi Luhak Nan Tigo
Kerajaan Indrajati
kslKesultanan
Barus
krjKerajaan
Malayapura
kslKesultanan
Malaka
krjKerajaan
Indragiri
kslKesultanan
Jambi
kslKesultanan
Inderapura
kslKesultanan
Aceh
Pendudukan Kaum Padri atas Kerajaan Pagaruyung
krjKerajaan
Tambusai
krjKerajaan
Rambah
krjKerajaan
Rokan IV Koto
Kedatukan Tapung
krjKerajaan
Kampar Kiri
krjKerajaan
Kuantan
Kedatukan Singingi
kslKesultanan
Siak Sri Inderapura
Hindia Belanda
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kerajaan Pagaruyung (Bahasa Minang: Karajaan Pagaruyuang, nama lain: Pagaruyung Dārul Qarār) adalah kerajaan yang pernah berdiri di bagian tengah pulau Sumatra, yang wilayahnya sekarang menjadi bagian daratan Provinsi Sumatera Barat, sebagian Provinsi Riau, dan bagian pesisir barat Provinsi Sumatera Utara.

Nama kerajaan ini dirujuk dari nama pohon Nibung atau Ruyung,[1] selain itu juga dapat dirujuk dari inskripsi cap mohor Sultan Tunggul Alam Bagagar dari Pagaruyung,[2] yaitu pada tulisan beraksara Jawi dalam lingkaran bagian dalam yang berbunyi (Jawi: سلطان توڠݢل عالم باݢݢر ابن سلطان خليفة الله يڠ ممڤوڽاءي تختا کراجأن دالم نݢري ڤݢرويڠ دار القرار جوهن برداولة ظل الله في العالم; Latin: Sulthān Tunggul Alam Bagagar ibnu Sulthān Khalīfatullāh yang mempunyai tahta kerajaan dalam negeri Pagaruyung Dārul Qarār Johan Berdaulat Zhillullāh fīl 'Ālam).[3] sayangnya pada cap mohor tersebut tidak tertulis angka tahun masa pemerintahannya. Kerajaan ini runtuh pada masa Perang Padri, setelah ditandatanganinya perjanjian antara Kaum Adat dengan pihak Belanda yang menjadikan kawasan Kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan Belanda.[4]

Sebelumnya kerajaan ini tergabung dalam Malayapura,[5] sebuah kerajaan yang pada Prasasti Amoghapasa disebutkan dipimpin oleh Adityawarman,[6] yang mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Bhumi Malayu di Suwarnabhumi. Termasuk pula di dalam Malayapura adalah kerajaan Dharmasraya dan beberapa kerajaan atau daerah taklukan Adityawarman lainnya.[7]

Sejarah

Berdirinya Pagaruyung

Arca Bhairawa di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta.

Munculnya nama Pagaruyung sebagai sebuah kerajaan tidak dapat diketahui dengan pasti, dari Tambo yang diterima oleh masyarakat Minangkabau tidak ada yang memberikan penanggalan dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan, bahkan jika menganggap Adityawarman sebagai pendiri dari kerajaan ini, Tambo sendiri juga tidak jelas menyebutkannya. Namun dari beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman, menunjukan bahwa Adityawarman memang pernah menjadi raja di negeri tersebut, tepatnya menjadi Tuan Surawasa, sebagaimana penafsiran dari Prasasti Batusangkar.

Dari manuskrip yang dipahat kembali oleh Adityawarman pada bagian belakang Arca Amoghapasa[8] disebutkan pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di Malayapura, Adityawarman merupakan putra dari Adwayawarman seperti yang terpahat pada Prasasti Kuburajo, dan anak dari Dara Jingga putri dari Kerajaan Dharmasraya seperti yang disebut dalam Pararaton. Ia sebelumnya bersama-sama Mahapatih Gajah Mada berperang menaklukkan Bali dan Palembang,[9] pada masa pemerintahannya kemungkinan Adityawarman memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah pedalaman Minangkabau.

Dari prasasti Suruaso yang beraksara Melayu menyebutkan Adityawarman menyelesaikan pembangunan selokan untuk mengairi taman Nandana Sri Surawasa yang senantiasa kaya akan padi[10] yang sebelumnya dibuat oleh pamannya yaitu Akarendrawarman yang menjadi raja sebelumnya, sehingga dapat dipastikan sesuai dengan adat Minangkabau, pewarisan dari mamak (paman) kepada kamanakan (kemenakan) telah terjadi pada masa tersebut,[11] walaupun kemungkinannya adat Minangkabau baru diterapkan oleh Kerajaan Pagaruyung setelah beradaptasi dengan lingkungan masyarakat terutama di wilayah Luhak Nan Tigo di awal pemerintahannya. Sementara pada sisi lain dari saluran irigasi tersebut terdapat juga sebuah prasasti yang beraksara Nagari atau Tamil, sehingga dapat menunjukan adanya sekelompok masyarakat dari selatan India dalam jumlah yang signifikan pada kawasan tersebut.[10]

Adityawarman pada awalnya dikirim untuk menundukkan daerah-daerah penting di Sumatra, dan bertahta sebagai raja bawahan (uparaja) dari Majapahit.[12] Namun dari prasasti-prasasti yang ditinggalkan oleh raja ini belum ada satu pun yang menyebut sesuatu hal yang berkaitan dengan Bhumi Jawa dan kemudian dari berita Tiongkok diketahui Adityawarman pernah mengirimkan utusan ke Tiongkok sebanyak 6 kali selama rentang waktu 1371 sampai 1377.[11]

Setelah meninggalnya Adityawarman, kemungkinan Majapahit mengirimkan kembali ekspedisi untuk menaklukan kerajaan ini pada tahun 1409.[12] Legenda-legenda Minangkabau mencatat pertempuran dahsyat dengan tentara Majapahit di daerah Padang Sibusuk. Konon daerah tersebut dinamakan demikian karena banyaknya mayat yang bergelimpangan di sana. Menurut legenda tersebut tentara Jawa berhasil dikalahkan.

Sebelum kerajaan ini berdiri, sebenarnya masyarakat di wilayah Minangkabau sudah memiliki sistem politik semacam konfederasi, yang merupakan lembaga musyawarah dari berbagai Nagari dan Luhak. Dilihat dari kontinuitas sejarah, kerajaan Pagaruyung merupakan semacam perubahan sistem administrasi semata bagi masyarakat setempat (Etnis Minang).

Pengaruh Hindu-Budha

Prasasti Adityawarman

Pengaruh Hindu-Budha di Sumatra bagian tengah telah muncul kira-kira pada abad ke-13,[13] yaitu dimulai pada masa pengiriman Ekspedisi Pamalayu oleh Kertanagara, dan kemudian pada masa pemerintahan Adityawarman dan putranya Ananggawarman. Kekuasaan dari Adityawarman diperkirakan cukup kuat mendominasi wilayah Sumatra bagian tengah dan sekitarnya.[7] Hal ini dapat dibuktikan dengan gelar Maharajadiraja yang disandang oleh Adityawarman seperti yang terpahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, yang ditemukan di hulu sungai Batang Hari (sekarang termasuk kawasan Kabupaten Dharmasraya).

Dari prasasti Batusangkar disebutkan Ananggawarman sebagai yuvaraja melakukan ritual ajaran Tantris dari agama Buddha yang disebut hevajra yaitu upacara peralihan kekuasaan dari Adityawarman kepada putra mahkotanya, hal ini dapat dikaitkan dengan kronik Tiongkok tahun 1377 tentang adanya utusan San-fo-ts'i kepada Kaisar Tiongkok yang meminta permohonan pengakuan sebagai penguasa pada kawasan San-fo-ts'i.[14]

Beberapa kawasan pedalaman Sumatra tengah sampai sekarang masih dijumpai pengaruhi agama Buddha antara lain kawasan percandian Padangroco, kawasan percandian Padanglawas dan kawasan percandian Muara Takus. Kemungkinan kawasan tersebut termasuk kawasan taklukan Adityawarman.[12] Sedangkan tercatat penganut taat ajaran ini selain Adityawarman pada masa sebelumnnya adalah Kubilai Khan dari Mongol dan raja Kertanegara dari Singhasari.[15]

Pengaruh Islam

Istano Basa Pagaruyung tempat raja bertakhta

Perkembangan agama Islam setelah akhir abad ke-14 sedikit banyaknya memberi pengaruh terutama yang berkaitan dengan sistem patrialineal, dan memberikan fenomena yang relatif baru pada masyarakat di pedalaman Minangkabau. Pada awal abad ke-16, Suma Oriental yang ditulis antara tahun 1513 dan 1515, mencatat dari ketiga raja Minangkabau, hanya satu yang telah menjadi muslim sejak 15 tahun sebelumnya.[16]

Pengaruh Islam di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-16, yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh Abdurrauf Singkil (Tengku Syiah Kuala), yaitu Syaikh Burhanuddin Ulakan, adalah ulama yang dianggap pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama Sultan Alif.[17]

Dengan masuknya agama Islam, maka aturan adat yang bertentangan dengan ajaran agama Islam mulai dihilangkan dan hal-hal yang pokok dalam adat diganti dengan aturan agama Islam. Pepatah adat Minangkabau yang terkenal: "Adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah", yang artinya adat Minangkabau bersendikan pada agama Islam, sedangkan agama Islam bersendikan pada Al-Qur'an. Namun dalam beberapa hal masih ada beberapa sistem dan cara-cara adat masih dipertahankan dan inilah yang mendorong pecahnya perang saudara yang dikenal dengan nama Perang Padri yang pada awalnya antara Kaum Padri (ulama) dengan Kaum Adat, sebelum Belanda melibatkan diri dalam peperangan ini.[18]

Islam juga membawa pengaruh pada sistem pemerintahan kerajaaan Pagaruyung dengan ditambahnya unsur pemerintahan seperti Tuan Kadi dan beberapa istilah lain yang berhubungan dengan Islam. Penamaan negari Sumpur Kudus yang mengandung kata kudus yang berasal dari kata Quddūs (suci) sebagai tempat kedudukan Rajo Ibadat dan Limo Kaum yang mengandung kata qaum jelas merupakan pengaruh dari bahasa Arab atau Islam. Selain itu dalam perangkat adat juga muncul istilah Imam, Katik (Khatib), Bila (Bilal), Malin (Mu'alim) yang merupakan pengganti dari istilah-istilah yang berbau Hindu dan Buddha yang dipakai sebelumnya misalnya istilah Pandito (pendeta).

Hubungan dengan Belanda dan Inggris

"Terdapat keselarasan yang mengagumkan dalam corak penulisan, bukan saja dalam buku prosa dan puisi, tetapi juga dalam perutusan surat, dan pengalaman saya sendiri telah membuktikan kepada saya bahwa tidak ada masalah dalam menterjemahkan surat daripada raja-raja dari kepulauan Maluku, maupun menterjemahkan surat daripada raja Kedah dan Terengganu di Semenanjung Malaya atau dari Minangkabau di Sumatra."

— Pendapat dari William Marsden.[butuh rujukan]

Pada awal abad ke-17, kerajaan ini terpaksa harus mengakui kedaulatan Kesultanan Aceh,[19] dan mengakui para gubernur Aceh yang ditunjuk untuk daerah pesisir pantai barat Sumatra. Namun sekitar tahun 1665, masyarakat Minang di pesisir pantai barat bangkit dan memberontak terhadap gubernur Aceh. Dari surat penguasa Minangkabau yang menyebut dirinya Raja Pagaruyung mengajukan permohonan kepada VOC, dan VOC waktu itu mengambil kesempatan sekaligus untuk menghentikan monopoli Aceh atas emas dan lada.[20] Selanjutnya VOC melalui seorang regentnya di Padang, Jacob Pits yang daerah kekuasaannya meliputi dari Kotawan di selatan sampai ke Barus di utara Padang mengirimkan surat tanggal 9 Oktober 1668 ditujukan kepada Sultan Ahmadsyah, Iskandar Zur-Karnain, Penguasa Minangkabau yang kaya akan emas serta memberitahukan bahwa VOC telah menguasai kawasan pantai pesisir barat sehingga perdagangan emas dapat dialirkan kembali pada pesisir pantai.[21] Menurut catatan Belanda, Sultan Ahmadsyah meninggal dunia tahun 1674[22] dan digantikan oleh anaknya yang bernama Sultan Indermasyah.[23]

Ketika VOC berhasil mengusir Kesultanan Aceh dari pesisir Sumatera Barat tahun 1666,[2] melemahlah pengaruh Aceh pada Pagaruyung. Hubungan antara daerah-daerah rantau dan pesisir dengan pusat Kerajaan Pagaruyung menjadi erat kembali. Saat itu Pagaruyung merupakan salah satu pusat perdagangan di pulau Sumatra, disebabkan adanya produksi emas di sana. Demikianlah hal tersebut menarik perhatian Belanda dan Inggris untuk menjalin hubungan dengan Pagaruyung. Terdapat catatan bahwa tahun 1684, seorang Portugis bernama Tomas Dias melakukan kunjungan ke Pagaruyung atas perintah gubernur jenderal Belanda di Malaka.[24]

Sekitar tahun 1750 kerajaan Pagaruyung mulai tidak menyukai keberadaan VOC di Padang dan pernah berusaha membujuk Inggris yang berada di Bengkulu, bersekutu untuk mengusir Belanda walaupun tidak ditanggapi oleh pihak Inggris.[25] Namun pada tahun 1781 Inggris berhasil menguasai Padang untuk sementara waktu,[26] dan waktu itu datang utusan dari Pagaruyung memberikan ucapan selamat atas keberhasilan Inggris mengusir Belanda dari Padang.[27] Menurut Marsden tanah Minangkabau sejak lama dianggap terkaya dengan emas, dan waktu itu kekuasaan raja Minangkabau disebutnya sudah terbagi atas raja Suruaso dan raja Sungai Tarab dengan kekuasaan yang sama.[27] Sebelumnya pada tahun 1732, regent VOC di Padang telah mencatat bahwa ada seorang ratu bernama Yang Dipertuan Puti Jamilan telah mengirimkan tombak dan pedang berbahan emas, sebagai tanda pengukuhan dirinya sebagai penguasa bumi emas.[28] Walaupun kemudian setelah pihak Belanda maupun Inggris berhasil mencapai kawasan pedalaman Minangkabau, tetapi mereka belum pernah menemukan cadangan emas yang signifikan dari kawasan tersebut.[29]

Sebagai akibat konflik antara Inggris dan Prancis dalam Perang Napoleon di mana Belanda ada di pihak Prancis, maka Inggris memerangi Belanda dan kembali berhasil menguasai pantai barat Sumatera Barat antara tahun 1795 sampai dengan tahun 1819. Thomas Stamford Raffles mengunjungi Pagaruyung pada tahun 1818, yang sudah mulai dilanda peperangan antara kaum Padri dan kaum Adat. Saat itu Raffles menemukan bahwa ibu kota kerajaan mengalami pembakaran akibat peperangan yang terjadi.[30] Setelah terjadi perdamaian antara Inggris dan Belanda pada tahun 1814, maka Belanda kembali memasuki Padang pada bulan Mei tahun 1819. Belanda memastikan kembali pengaruhnya di pulau Sumatra dan Pagaruyung, dengan ditanda-tanganinya Traktat London pada tahun 1824 dengan Inggris.

Runtuhnya Pagaruyung

"Dari reruntuhan kota (Pagaruyung) ini menjadi bukti bahwa di sini pernah berdiri sebuah peradaban Melayu yang luar biasa, menyaingi Jawa, situs dari banyak bangunan kini tidak ada lagi, hancur karena perang yang masih berlangsung."

— Pendapat dari Thomas Stamford Raffles.[butuh rujukan]

Kekuasaan raja Pagaruyung sudah sangat lemah pada saat-saat menjelang perang Padri, meskipun raja masih tetap dihormati. Daerah-daerah di pesisir barat jatuh ke dalam pengaruh Aceh, sedangkan Inderapura di pesisir selatan praktis menjadi kerajaan merdeka meskipun resminya masih tunduk pada raja Pagaruyung. Sedangkan daerah pesisir timur sudah lebih dulu dibawah pengaruh Kesultanan Melaka dan di masa mendatang pada daerah yang lain saat terjadinya perebutan kekuasaan atas sebagian besar wilayah Kerajaan Pagaruyung oleh Kaum Padri pun di antaranya menjadi wilayah yang merdeka, seperti Kampar Kiri, Singingi dan Kuantan.

Pada awal abad ke-19 pecah konflik antara Kaum Padri dan Kaum Adat. Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara mereka. Seiring itu dibeberapa negeri dalam Kerajaan Pagaruyung bergejolak, dan puncaknya Kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung pada tahun 1815. Sultan Arifin Muningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri dari ibu kota kerajaan ke Lubuk Jambi.[31][32]

Karena terdesak oleh Kaum Padri, keluarga kerajaan Pagaruyung meminta bantuan kepada Belanda, dan sebelumnya mereka telah melakukan diplomasi dengan Inggris sewaktu Raffles mengunjungi Pagaruyung serta menjanjikan bantuan kepada mereka.[2] Pada tanggal 10 Februari 1821[4] Sultan Tunggul Alam Bagagarsyah, yaitu kemenakan dari Sultan Arifin Muningsyah yang berada di Padang,[22] beserta 19 orang pemuka adat lainnya menandatangani perjanjian dengan Belanda untuk bekerja sama dalam melawan Kaum Padri. Walaupun sebetulnya Sultan Tunggul Alam Bagagar waktu itu dianggap tidak berhak membuat perjanjian dengan mengatasnamakan kerajaan Pagaruyung.[2] Akibat dari perjanjian ini, Belanda menjadikannya sebagai tanda penyerahan kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Belanda.[18] Kemudian setelah Belanda berhasil merebut Pagaruyung dari Kaum Padri, pada tahun 1824 atas permintaan Letnan Kolonel Raaff, Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Muningsyah kembali ke Pagaruyung, tetapi pada tahun 1825 Sultan Arifin Muningsyah, raja terakhir di Minangkabau ini, wafat dan kemudian dimakamkan di Pagaruyung.[22]

Pasukan Belanda dan Padri saling berhadapan di medan perang. Lukisan sekitar tahun 1900.

Sementara Sultan Tunggul Alam Bagagarsyah pada sisi lain ingin diakui sebagai Raja Pagaruyung, tetapi pemerintah Hindia Belanda dari awal telah membatasi kewenangannya dan hanya mengangkatnya sebagai Regent Tanah Datar.[22] Kemungkinan karena kebijakan tersebut menimbulkan dorongan pada Sultan Tunggul Alam Bagagar untuk mulai memikirkan bagaimana mengusir Belanda dari negerinya.[2]

Setelah menyelesaikan Perang Diponegoro di Jawa, Belanda kemudian berusaha menaklukkan Kaum Padri dengan kiriman tentara dari Jawa, Madura, Bugis dan Ambon.[33] Namun ambisi kolonial Belanda tampaknya membuat kaum adat dan Kaum Padri berusaha melupakan perbedaan mereka dan bersekutu secara rahasia untuk mengusir Belanda. Pada tanggal 2 Mei 1833 Sultan Tunggul Alam Bagagar ditangkap oleh Letnan Kolonel Elout di Batusangkar atas tuduhan pengkhianatan. Ia dibuang ke Batavia (Jakarta sekarang) sampai akhir hayatnya, dan dimakamkan di pekuburan Mangga Dua.[34]

Setelah kejatuhannya, pengaruh dan prestise Kerajaan Pagaruyung tetap tinggi terutama pada kalangan masyarakat Minangkabau yang berada di rantau. Salah satu ahli waris Kerajaan Pagaruyung diundang untuk menjadi penguasa di Kuantan.[35] Begitu juga sewaktu Raffles masih bertugas di Semenanjung Malaya, dia berjumpa dengan kerabat Pagaruyung yang berada di Negeri Sembilan, dan Raffles bermaksud mengangkat Yang Dipertuan Ali Alamsyah yang dianggapnya masih keturunan langsung raja Minangkabau sebagai raja di bawah perlindungan Inggris.[2] Sementara setelah berakhirnya Perang Padri, Tuan Gadang di Batipuh meminta pemerintah Hindia Belanda untuk memberikan kedudukan yang lebih tinggi daripada sekadar Regent Tanah Datar yang dipegangnya setelah menggantikan Sultan Tunggul Alam Bagagar, tetapi permintaan ini ditolak oleh Belanda,[36] hal ini nantinya termasuk salah satu pendorong pecahnya pemberontakan tahun 1841 di Batipuh selain masalah cultuurstelsel.[22]

Wilayah kekuasaan

Menurut Tomé Pires dalam Suma Oriental,[16] tanah Minangkabau selain dataran tinggi pedalaman Sumatra tempat di mana rajanya tinggal, juga termasuk wilayah pantai timur Arcat (antara Aru dan Rokan) ke Jambi dan kota-kota pelabuhan pantai barat Panchur Barus, Tiku dan Pariaman. Dari catatan tersebut juga dinyatakan tanah Indragiri, Siak dan Arcat merupakan bagian dari tanah Minangkabau, dengan Teluk Kuantan sebagai pelabuhan utama raja Minangkabau tersebut. Namun belakangan daerah-daerah rantau seperti Siak (Gasib), Kampar Pekan Tua dan Indragiri kemudian lepas dan ditaklukkan oleh Kesultanan Malaka dan Kesultanan Aceh.[37]

Wilayah pengaruh politik Kerajaan Pagaruyung adalah wilayah tempat hidup, tumbuh, dan berkembangnya kebudayaan Minangkabau. Wilayah ini dapat dilacak dari pernyataan Tambo (legenda adat) berbahasa Minang ini:[38]

Dari Sikilang Aia Bangih
Hinggo Taratak Aia Hitam
Dari Durian Ditakuak Rajo
Hinggo Aia Babaliak Mudiak

Sikilang Aia Bangih adalah batas utara, sekarang di daerah Pasaman Barat, berbatasan dengan Natal, Sumatera Utara. Taratak Aia Hitam adalah daerah Bengkulu. Durian Ditakuak Rajo adalah wilayah di Kabupaten Bungo, Jambi. Yang terakhir, Aia Babaliak Mudiak adalah wilayah di hilir sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau sekarang. Secara lengkapnya, di dalam tambo dinyatakan bahwa Alam Minangkabau (wilayah Kerajaan Pagaruyung) adalah sebagai berikut:

Pengaruh

Pengaruh Kerajaan Pagaruyung melingkupi hampir seluruh Pulau Sumatra seperti yang ditulis William Marsden dalam bukunya The history of Sumatra (1784).[27] Beberapa kerajaan lainnya di luar Sumatra juga mengakui kedaulatan Pagaruyung, walaupun bukan dalam hubungan pemberian upeti. Ada sebanyak 62 hingga 75 kerajaan kecil di Nusantara yang menginduk pada Pagaruyung, yang tersebar di Filipina, Brunei, Thailand, dan Malaysia, serta di Sumatra, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat di Indonesia. Hubungan tersebut dibedakan berdasarkan gradasi hubungan, yakni sapiah balahan (garis keturunan perempuan), kuduang karatan (garis keturunan laki-laki), kapak radai, serta timbang pacahan yang merupakan keturunan kerajaan.[39]

Sistem pemerintahan

Raja

Adityawarman pada awalnya menyusun sistem pemerintahannya mirip dengan sistem pemerintahan yang ada di Majapahit[17] masa itu, meskipun kemudian menyesuaikannya dengan karakter dan struktur kekuasaan kerajaan sebelumnya (Dharmasraya dan Sriwijaya) yang pernah ada pada masyarakat setempat. Ibu kota diperintah secara langsung oleh raja, sementara daerah pendukung tetap diperintah oleh Datuk setempat.[40]

Pagaruyung memiliki sistem raja triumvirat yang disebut rajo tigo selo ("tiga orang raja yang bersila"), yang terdiri atas:[41]

  1. Raja Alam yang berkedudukan di Pagaruyung;
  2. Raja Adat yang berkedudukan di Buo;
  3. Raja Ibadat yang berkedudukan di Sumpur Kudus.

Menteri

Raja-raja Pagaruyung memiliki empat orang pembesar utama yang disebut Basa Ampek Balai, yaitu:

  1. Bandaro yang berkedudukan di Sungai Tarab;
  2. Makhudum yang berkedudukan di Sumanik;
  3. Indomo yang berkedudukan di Suruaso;
  4. Tuan Gadang yang berkedudukan di Batipuh.

Belakangan, pengaruh Islam menempatkan Tuan Kadi yang berkedudukan di Padang Ganting menggeser kedudukan Tuan Gadang di Batipuh, dan bertugas menjaga syariah agama.[butuh rujukan]

Sebagai aparat pemerintahan, masing-masing Basa Ampek Balai punya daerah-daerah tertentu tempat mereka berhak menagih upeti sekadarnya, yang disebut rantau masing-masing pembesar tersebut. Bandaro memiliki rantau di Bandar X, rantau Tuan Kadi adalah di VII Koto dekat Sijunjung, Indomo punya rantau di bagian utara Padang sedangkan Makhudum punya rantau di Semenanjung Melayu, di daerah permukiman orang Minangkabau di sana.[butuh rujukan]

Selain itu dalam menjalankan roda pemerintahan, kerajaan juga mengenal aparat pemerintah yang menjalankan kebijakan dari kerajaan sesuai dengan fungsi masing-masing, yang sebut Langgam nan Tujuah. Mereka terdiri dari:

  1. Pamuncak Koto Piliang
  2. Perdamaian Koto Piliang
  3. Pasak Kungkuang Koto Piliang
  4. Harimau Campo Koto Piliang
  5. Camin Taruih Koto Piliang
  6. Cumati Koto Piliang
  7. Gajah Tongga Koto Piliang[butuh rujukan]

Pemerintahan Darek dan Rantau

Dalam laporannya, Tomé Pires telah memformulasikan struktur wilayah dari tanah Minangkabau dalam darek (land) dan rantau (sea/coast),[16] walaupun untuk beberapa daerah pantai timur Sumatra seperti Jambi dan Palembang disebutkan telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa.

Kerajaan Pagaruyung membawahi lebih dari 500 nagari, yang merupakan satuan wilayah otonom pemerintahan. Nagari-nagari ini merupakan dasar kerajaan, dan mempunyai kewenangan yang luas dalam memerintah. Suatu nagari mempunyai kekayaannya sendiri dan memiliki pengadilan adatnya sendiri. Beberapa buah nagari kadang-kadang membentuk persekutuan. Misalnya Bandar X adalah persekutuan sepuluh nagari di selatan Padang. Kepala persekutuan ini diambil dari kaum penghulu, dan sering diberi gelar raja. Raja kecil ini bertindak sebagai wakil Raja Pagaruyung.

Dalam pembentukan suatu nagari sejak dahulunya telah dikenal dalam istilah pepatah yang ada pada masyarakat adat Minang itu sendiri yaitu Dari Taratak manjadi Dusun, dari Dusun manjadi Koto, dari Koto manjadi Nagari, Nagari ba Panghulu. Jadi dalam sistem administrasi pemerintahan di kawasan Minang dimulai dari struktur terendah disebut dengan Taratak, kemudian berkembang menjadi Dusun, kemudian berkembang menjadi Koto dan kemudian berkembang menjadi Nagari. Biasanya setiap nagari yang dibentuk minimal telah terdiri dari 4 suku yang mendomisili kawasan tersebut.[17]

Darek

Luhak nan Tigo
Luhak Tanah Data Luhak Agam Luhak Limopuluah
Tampuak Tangkai Pariangan Salapan Koto dan Tujuah Langgam Di Hilia Ampek-Ampek Angkek Hulu
Limo Kaum - Duo Baleh Koto dan Sambilan Koto Di Dalam, Tanjuang Nan Tigo Lubuak Nan Tigo, Tabek Sawah Tangah dan Limo Kaum Bunsu Matua - Palembayan Lareh
Sungai Tarok Salapan Batua - Nan Baikua Bakapalo, Bakapak Baradai, Bagombak Bakatitiran Di Ujuang Tunjuak dan Langgam Nan Tujuah Sapuluah Koto Maninjau Luhak
Batipuah - Sapuluah Koto Garagahan Lubuak Basuang Ranah dan Sehilir Kampar Kanan (Ujuang Luhak)
Pagaruyuang, Buo, Sumpu Kudus, Sumaniak, Saruaso dan Padang Gantiang sekitarnya Tigo Koto Batu Kambiang dan Sitalang Sandi
Duo Puluah Koto Bonjo dan Lubuak Sikapiang
Kubuang Tigo Baleh dan sekitarnya
Koto Tujuah dan sekitarnya
Tujuah Koto Sungai Lansek dan Ampek Baleh Koto Aia Amo
Alam Surambi Sungai Pagu

Di daerah Darek atau daerah inti Kerajaan Pagaruyung terbagi atas 3 luhak (Luhak Nan Tigo, yaitu Luhak Tak nan Data, belakangan menjadi Luhak Tanah Data, Luhak Agam dan Luhak Limopuluah). Sementara pada setiap nagari pada kawasan luhak ini diperintah oleh para penghulu, yang mengepalai masing-masing suku yang berdiam dalam nagari tersebut. Penghulu dipilih oleh anggota suku, dan warga nagari untuk memimpin dan mengendalikan pemerintahan nagari tersebut. Keputusan pemerintahan diambil melalui kesepakatan para penghulu di Balai Adat, setelah dimusyawarahkan terlebih dahulu. Di daerah inti Kerajaan Pagaruyung, Raja Pagaruyung tetap dihormati walau hanya bertindak sebagai penengah dan penentu batas wilayah.

Rantau

Raja Pagaruyung mengendalikan secara langsung daerah Rantau. Ia boleh membuat peraturan dan memungut pajak di sana. Rantau merupakan suatu kawasan yang menjadi pintu masuk ke alam Minangkabau. Rantau juga berfungsi sebagai tempat mencari kehidupan, kawasan perdagangan. Rantau di Minangkabau dikenal dengan Rantau Nan Duo terbagi atas Rantau Di Hilia (kawasan pesisir timur) dan Rantau Di Mudiak (kawasan pesisir barat).

Masing-masing luhak memiliki wilayah rantaunya sendiri. Penduduk Tanah Datar merantau ke arah barat, selatan dan timur, penduduk Agam merantau ke arah utara dan barat, sedangkan penduduk Limopuluah merantau ke arah timur. Selain itu, terdapat daerah perbatasan wilayah luhak dan rantau yang disebut sebagai Ujuang Darek Kapalo Rantau. Di daerah rantau seperti di Pasaman, kekuasaan penghulu ini sering berpindah kepada raja-raja kecil, yang memerintah turun temurun. Di Inderapura, raja mengambil gelar sultan. Sementara di kawasan lain mengambil gelar Yang Dipertuan Besar.

Pembagian daerah rantau adalah sebagai berikut:

Di kawasan Rantau Pasisia Panjang atau Banda Sapuluah (Bandar Sepuluh) dipimpin oleh Rajo nan Ampek (4 orang yang bergelar raja; Raja Airhaji, Raja Bungo Pasang, Raja Kambang, Raja Palangai). Kawasan ini merupakan semacam konfederasi dari 10 daerah atau nagari (negeri), yang masing-masing dipimpin oleh 10 orang penghulu. Nagari-nagari tersebut adalah

  • Airhaji
  • Bungo Pasang atau Painan Banda Salido
  • Kambang
  • Palangai
  • Lakitan
  • Tapan
  • Tarusan
  • Batang Kapeh
  • Ampek Baleh Koto Mukomuko
  • Limo Koto Mukomuko

Nagari-nagari ini kemudian dikenal sebagai bagian dari Kerajaan Inderapura, termasuk daerah Anak Sungai, yang mencakup lembah Manjuto dan Airdikit (disebut sebagai nagari Ampek Baleh Koto), dan Muko-muko (Limo Koto).

Selain ketiga daerah-daerah rantau tadi, terdapat suatu daerah rantau yang terletak di wilayah Semenanjung Malaya (Malaysia sekarang). Beberapa kawasan rantau tersebut menjadi nagari, kemudian masyarakatnya membentuk konfederasi (semacam Luhak), dan pada masa awal meminta dikirimkan raja sebagai pemimpin atau pemersatu mereka kepada Yang Dipertuan Pagaruyung, kawasan tersebut dikenal sebagai Negeri Sembilan, nagari-nagari tersebut adalah

  • Jelai (Jolai)
  • Jelebu (Jolobu)
  • Johol (Johol)
  • Klang (Kolang)
  • Naning (Naning)
  • Pasir Besar (Pasie Bosa)
  • Rembau (Ghombau)
  • Segamat (Sogamat)
  • Sungai Ujong (Sungai Ujong)

Catatan kaki

  1. ^ Anonim. 1822. Malayan Miscellanies, Vol II: The Geneology of Rajah of Pulo Percha. Printed And Published at Sumatra Mission Press. Bencoolen
  2. ^ a b c d e f Amran, Rusli (1981). Sumatera Barat hingga Plakat Panjang. Penerbit Sinar Harapan. 
  3. ^ Lihat: Cap mohor Bagagarsyah dari Pagaruyung
  4. ^ a b Stuers, H.J.J.L. (1849). De vestiging en uitbreiding der Nederlanders ter westkust van Sumatra. P.N. van Kampen. 
  5. ^ Casparis, J.G. (1975). Indonesian palaeography: a history of writing in Indonesia from the beginnings to C. A, Part 1500. E. J. Brill. ISBN 978-90-04-04172-1. 
  6. ^ Mhd. Nur, et al. (2016) "Perjuangan Sultan Alam Bagagar Syah Dalam Melawan Penjajah Belanda di Minangkabau pada Abad ke 19" Agam : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  7. ^ a b Casparis, J.G. (1989). "Peranan Adityawarman Putera Melayu di Asia Tenggara". Tamadun Melayu. 3: 918–943. 
  8. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.
  9. ^ Berg, C.C., (1985), Penulisan Sejarah Jawa, (terj.), Jakarta: Bhratara
  10. ^ a b Casparis, J.G. (1990). "An ancient garden in West Sumatra". Kalpataru (9): 40–49. 
  11. ^ a b Kozok, U. (2006). Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang Tertua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ISBN 979-461-603-6. 
  12. ^ a b c Muljana, S. (2005). Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. ISBN 979-98451-16-3. 
  13. ^ Mahāwitthayālai Sinlapākō̜n (2003). Sanskrit in Southeast Asia. Sanskrit Studies Centre, Silpakorn University. ISBN 974-641-045-8. 
  14. ^ Suleiman, S. (1977). The archaeology and history of West Sumatra. Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional, Departemen P & K. 
  15. ^ Poesponegoro, M.D. (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman kuno. Jakarta: PT Balai Pustaka. ISBN 979-407-408-X. 
  16. ^ a b c Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols.
  17. ^ a b c Batuah, A. Dt. & Madjoindo, A. Dt., (1959), Tambo Minangkabau dan Adatnya, Jakarta: Balai Pustaka.
  18. ^ a b Kepper, G., (1900), Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900, M.M. Cuvee, Den Haag.
  19. ^ Kathirithamby-Wells, J., (1969), Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663, JSEAH 10, 3:453-479.
  20. ^ Basel, J.L., (1847), Begin en Voortgang van onzen Handel en Voortgang op Westkust, TNI 9, 2:1-95.
  21. ^ NA, VOC 1277, Mission to Pagaruyung, fols. 1027r-v
  22. ^ a b c d e Dobbin, C.E. (1983). Islamic revivalism in a changing peasant economy: central Sumatra, 1784-1847. Curzon Press. ISBN 0-7007-0155-9. 
  23. ^ SWK 1703 VOC 1664, f. 117-18
  24. ^ Haan, F. de, (1896), Naar midden Sumatra in 1684, Batavia-'s Hage, Albrecht & Co.-M. Nijhoff. 40p. 8vo wrs. Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 39.
  25. ^ Kato, Tsuyoshi (2005). Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah. PT Balai Pustaka. ISBN 979-690-360-1. 
  26. ^ Raffles, Sophia (1835). "Chapter V". Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles. Volume I. J. Duncan. 
  27. ^ a b c Marsden, William (1784). The history of Sumatra: containing an account of the government, laws, customs and manners of the native inhabitants, with a description of the natural productions, and a relation of the ancient political state of that island. 
  28. ^ Andaya, B.W. (1993). To live as brothers: southeast Sumatra in the seventeenth and eighteenth centuries. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-1489-4. 
  29. ^ Miksic, John., (1985), Traditional Sumatran Trade, Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient.
  30. ^ Raffles, Sophia (1835). "Chapter XII". Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles. Volume I. J. Duncan. 
  31. ^ Francis, E. (1859). Herinneringen uit den Levensloop van een Indisch Ambtenaar van 1815 tot 1851: Medegedeeld in briefen door E. Francis. van Dorp. 
  32. ^ Nain, Sjafnir Aboe, (2004), Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB), transl., Padang: PPIM.
  33. ^ Teitler, G., (2004), Het einde Padri Oorlog: Het beleg en de vermeestering van Bondjol 1834-1837: Een bronnenpublicatie, Amsterdam: De Bataafsche Leeuw.
  34. ^ Hamka (12 Februari 1975). Pidato Prof. Dr. Hamka dalam upacara pemakaman kembali Sultan Alam Bagagar Syah di Balai Kota Jakarta. Jakarta:Penerbit Pustaka Panjimas.
  35. ^ Anon, (1893), Mededelingen...Kwantan. TBG 36: 325–42.
  36. ^ Radjab, M., (1964). Perang Paderi di Sumatera Barat, 1803-1838. Balai Pustaka. 
  37. ^ Cheah Boon Kheng, Abdul Rahman Haji Ismail (1998). Sejarah Melayu. the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society. 
  38. ^ Djamaris, Edwar, (1991), Tambo Minangkabau, Jakarta: Balai Pustaka.
  39. ^ "Pagaruyung, Simbol Perekat Nusantara" Kompas.com, 22 Juni 2013. Diakses 23 Juni 2015.
  40. ^ Muljana, S. (2006). Sriwijaya. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. ISBN 979-8451-62-7. 
  41. ^ Mochtar Naim (2002). Menelusuri jejak Melayu-Minangkabau. Yayasan Citra Budaya Indonesia. hlm. 6. ISBN 978-979-95830-8-6. 

Bacaan lanjut

  • Amran, Rusli (1981). Sumatera Barat hingga Plakat Panjang. Penerbit Sinar Harapan. 
  • Hamka, Prof. Dr. (12-02-1975). Pidato Prof. Dr. Hamka dalam upacara pemakaman kembali Sultan Alam Bagagar Syah di Balai Kota Jakarta. Penerbit Pustaka Panjimas, Jakarta. 
  • Stuers, Hubert Joseph Jean Lambert (1849). De vestiging en uitbreiding der Nederlanders ter westkust van Sumatra. P.N. van Kampen. 

Lihat pula

Pranala luar


Baca informasi lainnya:

Species of bird Maui ʻakepa Specimen at the Bishop Museum Conservation status Critically Endangered (IUCN 3.1)[1] Scientific classification Domain: Eukaryota Kingdom: Animalia Phylum: Chordata Class: Aves Order: Passeriformes Family: Fringillidae Subfamily: Carduelinae Genus: Loxops Species: L. ochraceus Binomial name Loxops ochraceusRothschild, 1893 Black: Extinct Green: Current range Synonyms Loxops coccineus ochraceus The Maui ʻakepa (Loxops ochraceus) is a species of ʻak…

UnionidaRentang fosil: Early Permian to present 290–0 jtyl PreЄ Є O S D C P T J K Pg N Klasifikasi ilmiah Domain: Eukaryota Kerajaan: Animalia Filum: Mollusca Kelas: Bivalvia Subkelas: Palaeoheterodonta Ordo: UnionidaStoliczka, 1871 Famili Lihat teks Unionida adalah ordo monofili kerang air tawar.[1][2][3] Urutan mencakup sebagian besar kerang air tawar yang lebih besar, termasuk kerang mutiara air tawar. Keluarga yang paling terkenal adalah Unionidae dan Margari…

Village in Saskatchewan, Canada Village in Saskatchewan, CanadaAvonleaVillageVillage of AvonleaAvonlea ElevatorAvonleaLocation of Avonlea in SaskatchewanShow map of SaskatchewanAvonleaAvonlea (Canada)Show map of CanadaCoordinates: 50°0′49″N 105°03′38″W / 50.01361°N 105.06056°W / 50.01361; -105.06056CountryCanadaProvinceSaskatchewanRural MunicipalityElmsthorpePost office Founded1904-08-01Government • TypeAvonlea Village council • MayorMa…

WWK ArenaInformasi stadionNama lamaAugsburg Arena (2006–2009)Impuls Arena (2009–2011)SGL Arena (2011–2015)PemilikFC AugsburgLokasiLokasiAugsburg, JermanKoordinat48°19′23.3″N 10°53′9.6″E / 48.323139°N 10.886000°E / 48.323139; 10.886000Koordinat: 48°19′23.3″N 10°53′9.6″E / 48.323139°N 10.886000°E / 48.323139; 10.886000KonstruksiDibuka26 Juli 2009Biaya pembuatan€ 45 jutaArsitekBernhard & KöglData teknisPermukaanRum…

Ескадрені міноносці типу J, K та N J, K and N-class destroyer Британський лідер ескадрених міноносців типу «K» HMS «Келлі» Служба Тип/клас ескадрені міноносці Попередній клас типу «Трайбл» Наступний клас типу «L» Держава прапора  Велика Британія Належність  Військово-морські сили В…

Neo-traditionalist Sufi religious movement For the ancient region, see Al-Habash. Association of Islamic Charitable Projects جمعية المشاريع الخيرية الإسلاميةJamʿīyah al-Mashārīʿ al-Khayrīyah al-ʾIslāmīyahLeaderShaykh Hussam QaraqiraFounded1930s (as the Association of Islamic Charitable Projects)1983 (as Al-Ahbash)HeadquartersVariousIdeologyPragmatismReligious pluralismAnti-SalafiReligionSunni neo-traditionalism (Ash'ari, Rifaʽi, Sufi)National affiliationMar…

Acer longipes Біологічна класифікація Царство: Рослини (Plantae) Клада: Судинні рослини (Tracheophyta) Клада: Покритонасінні (Angiosperms) Клада: Евдикоти (Eudicots) Клада: Розиди (Rosids) Порядок: Сапіндоцвіті (Sapindales) Родина: Сапіндові (Sapindaceae) Рід: Клен (Acer) Секція: Acer sect. Platanoidea Вид: A. longipes Біноміальна н

Герб Козацького ДеталіНосій Козацьке Герб Козацького — офіційний символ смт Козацьке, затверджений рішенням сесії селищної ради. Зміст 1 Опис 2 Символіка 3 Див. також 4 Посилання Опис Герб Козацького вписано у декоративний картуш, увінчаний срібною міською короною, що с…

The NEG Micon M700 wind turbine at the Great River Energy headquarters in Maple Grove Great River Energy is an electric transmission and generation cooperative in the U.S. state of Minnesota; it is the state's second largest electric utility, based on generating capacity, and the fifth largest generation and transmission cooperative in the U.S. in terms of assets.[citation needed] Great River Energy was formed in 1999 when Cooperative Power Association and United Power Association merged…

International Sumo FederationSportSumoJurisdictionInternationalAbbreviationIFSFounded1992HeadquartersTokyo, JapanPresidentHidetoshi TanakaOfficial websitewww.ifs-sumo.org The International Sumo Federation (IFS) is the largest international governing body of sport Sumo with over 87 member countries. It was formed in 1992 and is the only Sumo organization recognised by the International Olympic Committee and World Anti-Doping Agency. History This section is empty. You can help by adding to it. (No…

Ліцензування Це логотип (емблема) організації, товару, або заходу, що перебуває під захистом авторських прав та/або є товарним знаком. Використання зображень логотипів з низькою роздільною здатністю в україномовному розділі Вікіпедії, який розміщений на серверах у США не…

All points not part of the interior of a subset of a topological space This article is about boundaries in general topology. It is not to be confused with boundary of a manifold or boundary of a locally closed subset. This article includes a list of general references, but it lacks sufficient corresponding inline citations. Please help to improve this article by introducing more precise citations. (March 2013) (Learn how and when to remove this template message) A set (in light blue) and its bou…

2006 Egyptian filmThe Yacoubian BuildingTheatrical release posterDirected byMarwan HamedScreenplay byWahid HamedBased onThe Yacoubian Buildingby Alaa Al AswanyProduced byImad AdeebStarringAdel EmamNour El-SherifHend SabriYousraCinematographySameh SelimEdited byKhaled MareiMusic byKhaled HammadDistributed byGood News Group (In Egypt)Arab Co for Cinema Production & Distribution (Worldwide distributor)Release date June 21, 2006 (2006-06-21) Running time165 minutesCountryEgyptLang…

ルイス・アンド・クラーク級貨物弾薬補給艦 基本情報種別 貨物弾薬補給艦 (AKE)命名基準 アメリカ合衆国の探検家運用者  アメリカ海軍建造期間 2004年 - 2012年就役期間 2006年 -建造数 14隻前級 シリウス級(AFS)キラウエア級(AE)要目軽荷排水量 26,118 t満載排水量 42,528 t全長 210.00 m垂線間長 200.47 m最大幅 32.20 m吃水 9.12 m機関方式 統合電気推進(IFEP)主機 電動機×2基推進…

MIT mathematician, computer scientist, and educator Seymour PapertPapert with a Turtle robotBornSeymour Aubrey Papert(1928-02-29)February 29, 1928Pretoria, Union of South AfricaDiedJuly 31, 2016(2016-07-31) (aged 88)Blue Hill, Maine, U.S.CitizenshipUnited StatesAlma mater University of the Witwatersrand (BA, PhD)[1] University of Cambridge (PhD) Known for Perceptrons Artificial intelligence Logo programming language One Laptop per Child Papert's principle Spouses Dona Stra…

Igreja da Ordem Terceira de São Francisco da Penitência Igreja da Ordem Terceira de São Francisco da PenitênciaMorro de Santo Antônio. A Igreja da Ordem Terceira é a da direita, com três corpos. Os edifícios à esquerda são a igreja e convento de Santo Antônio Orientação Ordem dos Terceiros de São Francisco Fundador Luiz de Figueiredo e Antônia Carneiro – 20 de março de 1619 (404 anos) Localização Largo da Carioca, Rio de Janeiro, Brasil Líder espiritual Francisco de Assi…

Greek fried cheese dish SaganakiCourseHors d'oeuvrePlace of originGreeceVariationsMany  Media: Saganaki In Greek cuisine, saganaki (Greek σαγανάκι) is any one of a variety of dishes prepared in a small frying pan, the best-known being an appetizer of fried cheese. It is commonly flambéed in North America. Etymology Look up saganaki in Wiktionary, the free dictionary. The dishes are named for the frying pan in which they are prepared, called a saganaki, which is a diminutive of …

Himawari! ひまわりっ!(Химавари!)Жанр / тематикаприключения, комедия Манга «Himawari-den!» Автор GoDo Иллюстратор Tagro Издатель Hakusensha Публикуется в Young Animal Arashi Аудитория сэйнэн Публикация 7 марта 2006 года — 7 декабря 2006 года Томов 1 Аниме-сериал Режиссёр Сигэнори Кагэяма Студия Arms Телесеть …

Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.Tag ini diberikan pada Januari 2023. Sinar Lorenz adalah sistem pemancar gelombang suara yang membantu pilot untuk mendaratkan pesawatnya tepat di landasan. Konsepnya masih sama seperti yang digunakan oleh sistem pendaratan instrumen sekarang, hanya saja sinar Lorenz memiliki sistem yang leb…

Overview of television in North Korea Open air display of Korean Central Television in Pyongyang Television in North Korea is subject to the Korean Central Broadcasting Committee and controlled by the Propaganda and Agitation Department of the Workers' Party of Korea.[1] A study in 2017 found that 98% of households had a television set.[2] As of 2020, there are over-the-air broadcasts in both analogue and recently launched digital formats.[3] Technological data Television…

American artist Matthew E. ZieglerBorn(1897-02-04)February 4, 1897Ste. Genevieve, MissouriDiedOctober 6, 1981(1981-10-06) (aged 84)Ste. Genevieve, MissouriKnown forPainterMovementAmerican regionalism Wheat in the Shock (mural study, Flandreau, South Dakota Post Office) Matthew E. Ziegler (1897–1981) was an American artist associated with the American regionalist style. He painted the New Deal mural Wheat in the Shock in the Flandreau, South Dakota, post office. It was commissioned by…

Method by which work is assigned This article is about scheduling in general. For networks, see Network scheduler. For other uses, see Scheduling (disambiguation). In computing, scheduling is the action of assigning resources to perform tasks. The resources may be processors, network links or expansion cards. The tasks may be threads, processes or data flows. The scheduling activity is carried out by a process called scheduler. Schedulers are often designed so as to keep all computer resources b…

Ukrainian service of the BBC BBC News УкраїнаBBC News UkraineTypeRadio network and websiteCountryUnited KingdomAvailabilityInternationalEndowmentForeign and Commonwealth Office, UKOwnerBBCKey peopleMaciek Bernatt-Reschynskyy (Head of Service)[1]Launch date1992Official websitewww.bbc.com/ukrainian BBC News Ukrainian (Ukrainian: BBC News Україна) is the Ukrainian service of BBC News which conveys the latest political, social, economical and sport news relevant to Ukraine and …

Phái bộ gìn giữ hòa bình Liên Hợp Quốc tại Nam Sudan (UNMISS)Biểu tượng của UNMISSNhiệm vụ Ngăn ngừa xung đột, giảm thiểu thương vong và bảo vệ cho dân thường. Giúp Chính phủ Nam Sudan xây dựng chính quyền, tăng cường năng lực an ninh và thực thi pháp luật. Trung gian giữa các bên xung đột cho tiến trình hòa bình. Thành lập8 tháng 7 năm 2011Nghị quyết thành lậpNghị quyết 1996Tổ chức tiền nhi…

Season 11 of the anime television series based on the manga One Piece Season of television series One PieceSeason 11Sabaody ArchipelagoThe cover of the first DVD compilation released by Toei Animation of the eleventh season.Country of originJapanNo. of episodes26ReleaseOriginal networkFuji TelevisionOriginal releaseDecember 21, 2008 (2008-12-21) –June 28, 2009 (2009-06-28)Season chronology← PreviousSeason 10 Next →Season 12 List of episodes The eleventh season of t…

American entrepreneur (1935–2018) This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Don Panoz – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (September 2018) (Learn how and when to remove this template message) Don Panoz at Petit Le Mans 2017 Donald Panoz (/ˈpeɪnoʊz/ PAY-nohz or /ˈpɑːnoʊz/ PAH-nohz; Febru…

English courtier For other people named Thomas Culpeper, see Thomas Culpeper (disambiguation). This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Thomas Culpeper – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (June 2022) (Learn how and when to remove this template message) Thomas Culpeper (c. 1514 – 10…

Various forms of emotional suffering in Stoicism Stoic passions are various forms of emotional suffering in Stoicism, a school of Hellenistic philosophy. Definition The passions are transliterated pathê from Greek.[1] The Greek word pathos was a wide-ranging term indicating an infliction one suffers.[2] The Stoics used the word to discuss many common emotions such as anger, fear and excessive joy.[3] A passion is a disturbing and misleading force in the mind which occurs…

Kurdish cinema focuses on the Kurdish people and culture. The fate of the Kurds as a people without a state shaped their cinema. Kurdish films often show social grievances, oppression, torture, human rights violations, and life as a stranger. Kurdish cinema has a high significance for the Kurds, as it offers the opportunity to draw attention to their own situation artistically. However, because of state repression, most films are produced in exile. The best example of this is in Turkey, where Ku…

Type of map that visualizes data For broader coverage of this topic, see Map. Minard's 1869 flow map of Napoleon's invasion of Russia in 1812–1813. A very innovative thematic map from the 19th century. Isarithmic map of minimum temperature used as plant hardiness zones. A thematic map is a type of map that portrays the geographic pattern of a particular subject matter (theme) in a geographic area. This usually involves the use of map symbols to visualize selected properties of geographic featu…

Kembali kehalaman sebelumnya