Punclut yang merupakan singkatan dari Puncak Ciumbuleuit adalah salah satu kawasan yang terletak di sebelah utara Kota Bandung.[1] Kawasan ini terletak 7 kilometer dari pusat kota Bandung.[1] Pada akhir pekan, kawasan Punclut dipenuhi oleh wisatawan yang datang untuk berwisata dan menikmati pemandangan Kota Bandung.[1] Banyak warga maupun wisatawan yang menggunakan kawasan ini untuk melakukan jalan atau olahraga pagi setiap hari Minggu.[1]
Lokasi
Kawasan Punclut berada pada koordinat 6°50,842'S 107°37,666'E.[2] Kawasan ini merupakan dataran tinggi terdekat dari Kota Bandung.[1] Kawasan Punclut memiliki luas lebih kurang 286 Ha dan menjadi paru-paru Kota Bandung dengan suhu rata-rata 15 derajat Celcius hingga 22 derajat Celcius.[3] Dari lokasi ini, kita dapat melihat bentuk geografis dari kota Bandung yang bebentuk seperti cekungan.[1] Dari lokasi ini juga kita dapat melihat pegunungan Malabar, Patuha dan Waringin di sebelah selatan kota Bandung.[1] Jika cuaca sedang cerah, kita juga dapat melihat landmark kota Bandung seperti Masjid Raya Jawa Barat dan Jembatan Pasupati.[1]
Untuk menuju kawasan ini, dari pusat kota Bandung, masyarakat dapat mengambil arah menuju Bandung Utara ke daeran Ciumbuleuit kemudian turun di Rumah Sakit Salamun dan berjalan menuju jalan Bukit Raya.[2] Kawasan Punclut juga bisa menjadi jalur alternatif wisatawan yang akan pergi ke daerah Lembang dari kota Bandung.[4] Jalan alternatif Punclut cukup sempit dan menanjak tetapi dapat membantu wisatawan ataupun masyarakat yang sedang menghindari kemacetan yang terjadi di jalur utama Bandung-Lembang [4]
Puclut sebagai Tempat Wisata
Kawasan Punclut menjadi salah satu tempat wisata favorit di Kota Bandung karena dari kawasan ini, wisatawan dapat menikmati pemandangan alam dari Bandung Utara dengan udara yang masih sejuk karena jauh dari polusi udara di yang ada di daerah perkotaan [2] Sebagai kawasan wisata, Punclut juga dilengkapi dengan jajaran kios dan pedagang kaki lima di sisi kiri dan kanan jalan yang menjual berbagai macam pernak pernik mulai dari makanan sampai dengan keperluan rumah tangga.[2] Kawasan Punclut juga menyajikan berbagai macam makanan tradisional khas Sunda seperti Nasi Timbel, tutut, sambal pecel dan makanan Sunda lainnya.[2]
Kontroversi Kawasan Punclut
Selain dikenal sebagai kawasan wisata, kawasan Punclut juga dikenal oleh masyarakat sebagai satu kawasan kontroversional di kota Bandung karena menyebabkan banyak konflik.[5] Konflik yang terjadi di kawasan Punclut ini bermula sejak tahun 1961 saat pemerintah memberikan Hak Milik Tanah Kawasan Punclut kepada 948 pejuang Republik Indonesia dengan syarat mereka akan membangun rumah dalam waktu lima tahun, padahal saat itu Punclut memang disiapkan untuk menjadi daerah hutan lindung [5] Namun tanah tersebut tidak dibangun rumah dalam waktu yang lama.[5] Akibatnya, banyak warga yang membangun rumah di daerah tersebut.[5] Di tambah lagi pada tahun 1994, sebuah perusahaan swasta diberikan izin untuk mengembangkan dan membangun perumahan di Punclut dan memohon Hak Guna Bangunan agar dapat membangun Kawasan Punclut.[5] Mulai saat itu muncul pro dan kontra mengenai pembangunan Kawasan Punclut.[5] Di tengah masalah tersebut, muncul pula rencana dari pemerintah dengan menggandeng pihak swasta untuk membangun jalan raya di Kawasan Punclut supaya mempermudah perpindahan masyarakat di kawasan Bandung.[5]
Sebenarnya pada tahun 2004, Pemerintah Kota Bandung telah menetapkan Punclut sebagai kawasan paru-paru kota Bandung bahkan menjadi kawasan hutan lindung sesuai dengan Perda Kota Bandung Nomor 2 tahun 2004 tentang tata ruang kota Bandung.[6] Namun di pada tahun 2005, terjadi pembangunan di daerah Punclut.[6] Tentu saja hal ini mengundang kontroversi di tengah masyarakat karena pembangunan di Punclut merupakan tindakan yang melanggar undang-undang.[6] Bahkan karena pembangunan-pembangunan ini, kawasan Punclut sering kali dianggap sebagai penyebab terjadinya banjir di aliran Sungai Cikapundung karena kerusakan kawasan ini yang sudah beralih menjadi kawasan komersial.[5]