Dimetil eter ( DME ; juga dikenal sebagai metoksimetana) adalah senyawa organik berbentuk gas dengan rumus CH3OCH3, (kadang-kadang disederhanakan menjadi C2H6O karena merupakan isomer etanol). Eter yang paling sederhana adalah gas tak berwarna yang merupakan prekursor yang berguna bagi senyawa organik lain dan propelan aerosol yang saat ini sedang ditunjukkan untuk digunakan dalam berbagai aplikasi bahan bakar. Senyawa ini dianggap sebagai bahan bakar dalam Permen ESDM No. 29 Tahun 2023.
Dimetil eter (DME) adalah gas tak berwarna dan tak berbau yang digunakan sebagai propelan aerosol dalam produk seperti cat semprot, deodoran, dan inhaler asma. DME merupakan alternatif propelan yang aman, efektif, dan ramah lingkungan. Gas ini tak berwarna dan tak berbau, tidak beracun, dapat terurai secara hayati, dan tidak menyebabkan penipisan ozon atau pemanasan global. DME merupakan propelan aerosol, bahan peniup dalam produksi busa poliuretan, bahan bakar alternatif, bahan baku dalam industri petrokimia, dan bahan bakar rumah tangga. DME diproduksi secara sintetis dari batu bara, gas alam, atau biomassa. DME memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: Kemurnian, Non-toksik, Rendah tekanan, Emisi gas buang yang rendah, Angka setananya yang tinggi. Ciri dari dimetil eter adalah bentuknya yang berupa gas tidak berwarna, tidak beracun, tidak mengandung unsur Sulfur (S) dan nitrogen (N). DME yang tidak mengandung sulfur dan nitrogen menyebabkan emisi SOx, NOx, particulate matter, dan jelaga lebih rendah dari solar.[1][2][3][4][5]
Dimetil eter pertama kali disintesis oleh Jean-Baptiste Dumas dan Eugene Péligot pada tahun 1835 dengan distilasi metanol dan asam sulfat. Ini dihasilkan dari gas alam melalui proses dehidrasi metanol.
Ini digunakan sebagai biofuel oleh perusahaan minyak seperti Total .
Lihat pula
Referensi