Pada unjuk rasa di Hong Kong tahun 2019 yang menentang rancangan undang-undang ekstradisi Hong Kong, Chen mengkritik pemerintah di dalam liputannya terhadap unjuk rasa tersebut yang ia unggah ke situs media sosial Sina Weibo. Ia mengkritik pemerintah Hong Kong yang menyebut para pengunjuk rasa beraksi rusuh. Chen menyebutkan bahwa kebanyakan pengunjuk rasa justru bertindak damai. Beberapa hari setelah videonya diunggah, Chen ditahan oleh pemerintah Tiongkok. Video tersebut beserta akun milik Chen di Weibo pun dihapus. Sebelum dihapus, di Weibo, Chen memiliki lebih dari 740.000 pengikut.[3]The Guardian menyebutkan bahwa banyak komentar-komentar yang mendukung Chen di akun Weibo miliknya juga dihapus.[1]
Chen kemudian membuka akun di Twitter dan YouTube untuk membagikan liputannya. Pada penghujung tahun 2019, sebuah wabah koronavirus baru menyebar di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Chen pun pergi ke Hubei dan mengunjungi beberapa kota termasuk Wuhan serta mewawancarai warga setempat. Pada bulan Januari 2020, ia mengunjungi beberapa rumah sakit termasuk Rumah Sakit Huoshenshan yang kala itu masih dalam pembangunan. Di dalam liputannya, ia menyebutkan bahwa para dokter yang ia temui telah sangat lelah bekerja dan persediaan peralatan medis yang mereka miliki semakin tidak mencukupi. Pada sebuah video yang ia unggah tanggal 30 Januari, ia memperlihatkan suasana rumah sakit di Wuhan yang penuh dengan pasien-pasien yang dirawat di koridor. Chen teramati hanya mengenakan kacamata pelindung dan masker sementara beberapa wartawan media milik pemerintah mengenakan pakaian pelindung diri. Ia juga mengatakan di dalam liputannya bahwa ia tidak takut terhadap kekuasaan dan wewenang yang dimiliki Partai Komunis Tiongkok.[1][4] Pada awal Februari 2020, akun Twitter-nya telah memiliki 246.000 pengikut sementara saluran YouTube-nya memiliki 430.000 pelanggan.[5]
Chen mengunggah video terakhirnya pada tanggal 4 Februari sebelum ia dilaporkan menghilang. Di dalam video tersebut, ia mewawancarai seorang warga Wuhan bernama A Ming yang menyebutkan bahwa ayahnya kemungkinan tertular virus korona pada awal Januari saat melakukan pemeriksaan kesehatan. Ia menyebutkan bahwa tidak ada peringatan bahaya apapun saat itu terkait virus korona. Ayahnya kemudian meninggal akibat virus tersebut. Di dalam video tersebut pula, Chen mengatakan bahwa ia mengetahui kekhawatiran pengikutnya di media sosial bahwa ia berisiko untuk ditahan pemerintah. South China Morning Post menyebutkan bahwa keberadaan jurnalis publik seperti Chen menyoroti pentingnya pemberitaan pandemi koronavirus di Tiongkok beserta risikonya. Laporan Chen dinilai menyajikan berita yang berbeda dibandingkan dengan media seperti Caixin, Sanlian Lifeweek, atau juga media-media milik pemerintah yang disebut cenderung memiliki "batas" tertentu di dalam beritanya.[6]
Hilang
Chen dilaporkan hilang pada malam hari tanggal 6 Februari 2020. Keluarga Chen menyebutkan bahwa kabar terakhir yang mereka terima dari Chen adalah ia hendak meliput ke sebuah rumah sakit sementara. Beberapa teman Chen dilaporkan tidak dapat menghubunginya sejak pukul 7 malam pada hari itu. Salah satu teman Chen mengeluarkan cuitan di akun Twitter milik Chen untuk mengumumkan kabar tersebut.[1][7][8] Keesokan harinya pada tanggal 7 Februari, teman dan keluarga Chen menerima pemberitahuan dari polisi di Qingdao, tempat tinggal keluarga Chen, bahwa Chen telah ditahan untuk keperluan karantina. Keluarga dan teman Chen tidak diberi tahu tempat Chen ditahan. Menghilangnya Chen juga menjadi diskusi di forum media sosial Tiongkok, Weibo, meskipun topik mengenai Chen adalah isu yang dinilai sensitif di situs tersebut.[9][10]
Ketidakjelasan penahanan Chen menuai tanggapan internasional. Amnesty International melalui salah satu penelitinya, Patrick Poon, dalam sebuah wawancara dengan BBC pada pertengahan Februari menyebutkan bahwa tidak diketahui apakah Chen berada dalam tahanan atau dikarantina dengan paksa. Tidak ada informasi resmi apapun yang diterbitkan oleh pemerintah terkait menghilangnya Chen. Human Rights Watch melalui salah seorang perwakilannya menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok memiliki riwayat menyerang dan menahan orang-orang yang mengkritik pemerintah dalam sebuah keadaan darurat. Beberapa hari setelah Chen dilaporkan hilang, jurnalis publik lainnya yaitu Fang Bin juga dilaporkan hilang. Pada bulan Maret 2020, seorang jurnalis publik lainnya yaitu Li Zehua juga dilaporkan hilang.[11][12] Chen dimasukkan ke dalam daftar kasus "paling genting" menurut One Free Press Coalition dan Committe to Protect Journalist telah mengeluarkan seruan agar Chen dibebaskan.[13][14] Anggota Dewan Perwakilan Amerika Serikat, Jim Banks, melalui sebuah surat tanggal 31 Maret 2020 meminta Departemen Luar Negeri AS untuk menekan Tiongkok agar menyelidiki menghilangnya Chen, Fang, dan Li.[15]